The price of energy commodities such as oil, natural gas, and coal expected to increase in the next year along with the reduced fren surplus supply in the market.
On Tuesday (27/12) at 17:44 pm, the price of WTI oil contracts in February 2017 is at US $ 53.16 per barrel, up 0.14 points or 0.26%. Meanwhile, the price of Brent oil contract last February 2017 at US $ 55.16, the same as the previous trade. At the same time, the price of natural gas contracts in January 2017 heats up 2.89% or 0.1 points towards 3.76 mmbtu. At the close of trade on Friday (23/12), the price of the coal contract in January 2017 in Rotterdam ICE exchange rose 0.12%, or 0.1 points, to US $ 83.85 per ton. Financial Company Limited lnternational Choice explained in his research, in November 2016, WTI oil prices managed to rise 6%, while Brent grew 6.6%.
The main sentiment drives prices is planned production cuts by number of producing countries. In a 30 November meeting in Vienna. Austria, the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) agreed to cut production in early January 2017 by 1.2 million barrels per day (bpd), or more than 3% to the 32.5 million bpd. Saudi Arabia will take the lion's share by cutting around 486,000 bpd to 10.06 million bpd. As for the Iraqis, as the second largest producer of OPEC, which previously refused finally agreed to cut production by 200,000 bpd to 4.35 million bpd.
Meanwhile, Iran choose to maintain the level of mining amounted to 3.68 million bpd to rebuild after the lifting of sanctions export market in early 2016. The agreement in Vienna was a victory for all members of OPEC. History shows both in the organization is committed, but poor in implementation, "cites research that, on Tuesday (27/12). Meanwhile, US crude oil inventories showed 'a rising trend since October 2016.
On 30 September 2016, the stock of approximately 469.1 million barrels grew 21.17 million barrels on 11 November 2016 be 490.28 million barrels. Trends inventory gradually thinned toward 485.45 million barrels at December 16, 2016. The market is still wait and see the continuation of US stocks for the oil price, taking into account the cold weather conditions in the US.
THE FED
According to Choice, oil prices entered a bullish trend in line with the expectations balance Clan supply demand, so prices are likely to improve in 2017. However, the challenge still facing of the plan the Fed to raise interest rates three times. The Fed raising interest rates became the basis of the strengthening US dollar, putting pressure on demand for the commodity. On the other hand, the level of OPEC production above 30 million bpd limit price growth.
Strengthening oil prices will support the increase in commodity prices of other energy. In the next month, Choice predict the price of oil will be in the range of US $ 48-US $ 58 a barrel. For natural gas, the price at New York Mercantile Exchange grew more than 10% in November 2016 because of strong demand in the winter. About 50% of homes in the US use the commodity as a heater.
The cold weather is a major factor affecting natural gas demand, "cites research Choice. Citing data from the US Energy Information Administration, natural gas stockpiles per December 9 already tunm to 147 billion cubic feet, compared with the previous year. Some analysts still anticipate inventory reports ahead ahead to predict prices. With a projected level of natural gas production and exports remained strong bearish, the price is likely to strengthen next year. the positive sentiment came from the industrial sector consumption growth.
In the next month, the price of natural gas is predicted to move in the range of US $ 3,21- $ 3.9 per mmbtu. In other research, investment banking firm Albilad Capital, expressed in oil prices has improved along with the reduced surplus of supply. In 2015, the surplus amounted to 2.05 million bpd supply is reduced to the 190,000 bpd in the quarter III / 2016. Turkey Fadaak, Research & Advisory Manager Albilad Capital, said that with the OPEC production cuts and other producing countries in oil prices in 2017 will grow in the range of US $ 51 per barrel.
Saudi Arabia's production level will drop to 10.06 million bpd from 10.39 million bpd in 2016 number. Andy Wibowo Gunawan, Senior Analyst Daewoo Securities Indonesia, said coal prices fueled by Chinese government intervenes measures the amount of production in the country. Starting April 2016, the local government set a firm working time cuts coal per year from 330 days to 276 days per year.
The World Bank report said the Chinese government plans to reduce the stock of coal is between 60% -64% by 2020 and switch to nuclear power, natural gas, and renewable energy. Production of national black stone is also cut by 500 tons in the next 3-5 years. Andy predict the price of black stone they will heat up next year with a range of US $ 65-US $ 70 per ton which is mainly driven by China sentiment. Trends significant increase will be felt until the first half of 2017.
IN ENGLISH
Harga Energi Diyakini Meninggi
Harga komoditas energi seperti minyak, gas alam, dan batu bara diperkirakan semakin meningkat pada tahun depan seiring dengan berkurangnya fren surplus pasokan di pasar.
Pada perdagangan Selasa (27/12) pukul 17:44 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2017 berada di posisi US$ 53,16 per barel, naik 0,14 poin atau 0,26%. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Februari 2017 bertahan di US$ 55,16, sama seperti perdagangan sebelumnya. Dalam waktu yang sama, harga gas alam kontrak Januari 2017 memanas 2,89% atau 0,1 poin menuju 3,76 mmbtu. Pada penutupan perdagangan Jumat (23/12), harga batu bara kontrak Januari 2017 di bursa ICE Rotterdam meningkat 0,12% atau 0,1 poin menjadi US$ 83,85 per ton. Perusahaan finansial Choice lnternational Limited dalam risetnya memaparkan, pada November 2016, harga minyak WTI berhasil meningkat 6%, sedangkan Brent tumbuh 6,6%.
Sentimen utama yang mendorong harga ialah rencana pemangkasan produksi oleh sejumlah negara produsen. Dalam rapat 30 November di Wina. Austria, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) sepakat memangkas produksi pada awal Januari 2017 sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), atau lebih dari 3% menuju 32,5 juta bph. Arab Saudi akan mengambil bagian terbesar dengan pemotongan sekitar 486.000 bph menjadi 10,06 juta bph. Adapun lrak, sebagai produsen kedua terbesar OPEC, yang sebelumnya menolak akhirnya sepakat memangkas produksi 200.000 bph menjadi 4,35 juta bph.
Sementara itu, Iran memilih mempertahankan level penambangan sebesar 3,68 juta bph untuk membangun kembali pasarnya pasca pencabutan sanksi ekspor pada awal 2016. Perjanjian di Wina merupakan kemenangan bagi semua anggota OPEC. Sejarah menunjukkan organisasi baik dalam berkomitmen, tetapi buruk dalam implementasi," mengutip riset itu, Selasa (27/12). Sementara itu, persediaan minyak mentah AS menunjukkan 'tren meningkat sejak Oktober 2016.
Pada 30 September 2016, stok sekitar 469,1 juta barel tumbuh 21,17 juta barel pada 11 November 2016 menjadi 490,28 juta barel. Tren persediaan berangsur menipis menuju 485,45 juta barel pada 16 Desember 2016. Pasar masih menunggu dan melihat kelanjutan stok AS terhadap harga minyak, dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dingin di AS.
THE FED
Menurut Choice, harga minyak memasuki tren bullish seiring dengan adanya ekspektasi keseimbangan suplai Clan permintaan, sehingga harga cenderung membaik pada 2017. Namun, tantangan masih menghadang dari rencana The Fed yang menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali. Penaikan suku bunga The Fed menjadi basis penguatan dolar AS, sehingga menekan permintaan komoditas minyak. Di sisi lain, produksi OPEC di atas level 30 juta bph membatasi pertumbuhan harga.
Penguatan harga minyak akan mendukung peningkatan harga komoditas energi lainnya. Pada bulan depan, Choice memprediksi harga minyak akan berada dalam rentang US$ 48-US$ 58 barel. Untuk gas alam, harga di bursa Nymex tumbuh melebihi 10% pada November 2016 karena menguatnya permintaan dalam musim dingin. Sekitar 50% rumah di AS menggunakan komoditas tersebut sebagai pemanas.
Cuaca dingin menjadi faktor utama yang memengaruhi permintaan gas alam," mengutip riset Choice. Mengutip data U.S. Energy Information Administration, stok gas alam per 9 Desember sudah tunm ke 147 miliar kaki kubik, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa analis masih mengantisipasi laporan persediaan ke depan ke depan untuk memprediksi harga. Dengan proyeksi tingkat produksi gas alam melesu dan ekspor tetap kuat, harga berpeluang menguat tahun depan. Sentimen positif juga datang dari pertumbuhan konsumsi sektor industri.
Pada bulan depan, harga gas alam diprediksi bergerak dalam kisaran US$ 3,21- US$3,9 per mmbtu. Dalam riset lainnya, perusahaan bank investasi Albilad Capital, menyampaikan harga minyak semakin membaik seiring dengan berkurangnya suprlus pasokan. Pada 2015, surplus pasokan sebesar 2,05 juta bph berkurang menuju 190.000 bph pada kuartal lll/2016. Turki Fadaak, Research & Advisory Manager Albilad Capital, menuturkan dengan adanya pemangkasan produksi OPEC dan negara produsen lain harga minyak 2017 akan tumbuh di kisaran US$51 per barel.
Tingkat produksi Arab Saudi akan turun menjadi 10,06 juta bph dari 2016 sejumlah 10,39 juta bph. Andy Wibowo Gunawan, Senior Analyst Daewoo Securities Indonesia, mengatakan harga batu bara memanas akibat langkah pemerintah China yang mengintervensi jumlah produksi di dalam negeri. Mulai April 2016, pemerintah setempat menetapkan pemangkasan waktu kerja perusahaan batu bara dari 330 hari per tahun menjadi 276 hari per tahun.
Laporan Bank Dunia menyebutkan pemerintah China berencana mengurangi stok batu bara antara 60%-64% sampai 2020 dan beralih ke tenaga nuklir, gas alam, serta energi terbarukan. Produksi batu hitam nasional juga dipangkas sebesar 500 ton dalam 3-5 tahun ke depan. Andy memprediksi harga batu hitam masih akan memanas hingga tahun depan dengan kisaran US$ 65-US$ 70 per ton yang utamanya didorong oleh sentimen China. Tren kenaikan signifikan akan terasa sampai pertengahan tahun pertama 2017.
Bisnis Indonesia, Page-16, Wednesday, Dec,28,2016
No comments:
Post a Comment