Saturday, November 12, 2016
Jonan Ubah Skema Kilang Bontang
Tarik ulur rencana penugasan Pertamina membangun kilang New Grass Root Refinery (NGRR) di Bontang akhirnya berakhir. Komite Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) memastikan kilang baru digarap dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (IGDBU). Kilang tidak dibangun dengan mekanisme penugasan kepada Pertamina. Kepastian itu disampaikan Direktur Program KPPIP Rainier Haryanto. Pihaknya perlu segera memastikan mekanisme pembangunan kilang karena ada yang Salah dalam lalu lintas informasi.
Direktur Mega proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi sempat menyebutkan skema penugasan yang akan dipakai. Menteri ESDM Ignasius Jonan juga sempat menyinggung soal mekanisme pembangunan kilang Bontang. Mantan menteri perhubungan tersebut pernah menyampaikan bahwa berbagai pola masih dipertimbangkan dan belum ada keputusan. Rainier menilai simpang siurnya informasi berpotensi mengganggu pencarian transaction advisory. Kilang Bontang memiliki posisi yang sangat vital karena memiiiki kapasitas sampai 300 ribu barel per hari.
Proyek itu diperkirakan selesai pada 2023 dan membuat kapasitas kilang Indonesia menjadi 2 juta kiloliter per hari. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto membenarkan adanya skema pembangunan kilang Bontang yang ditetapkan pemerintah dengan pola KPBU. Pertamina nantinya mengawasi proyek itu hingga selesai. Konsultan pendamping nanti membuka tender untuk membentuk join venture dengan Pertamina. Saat ini semua proses tersebut belum dilakukan. Jika lewat penugasan, prosesnya lebih sederhana.
Pertamina bisa langsung mencari partner seperti saat bekerja sama dengan Rosneft Rusia untuk kilang Tuban. Rachmad Hardadi menyebutkan, opsi penugasan bisa lebih baik karena ada faktor kecepatan. Lewat mekanisme KPBU, kilang di Bontang diperkirakan selesai 2023. Dengan penugasan, kilang bisa selesai setahun lebih cepat. Soal pembiayaan, Pertamina juga bisa mempersiapkan sesuai persentase saham yang di inginkan, sangat mungkin kebutuhan investasi kilang Bontang menelan USD 12 miliar atau Rp 159 triliun (kurs Rp 13.300 per USD).
IN ENGLISH
Jonan Change Scheme Bontang
Tug assignment plan Pertamina to build new refineries New Grass Root Refinery (NGRR) in Bontang finally ended. Acceleration of Infrastructure Development Priorities Committee (KPPIP) to make sure the new refinery scheme dealt with cooperation between the government and business entities (IGDBU). Refineries are not built with the assignment mechanism to Pertamina. The assurance was conveyed KPPIP Rainier Program Director Haryanto. It needs to immediately ensure mechanisms for building refineries because there is One in traffic information.
Mega project director Processing and Petrochemical Pertamina Rachmad Hardadi had mentioned assignment scheme will be used. EMR Minister Ignatius Jonan also briefly touched on the Bontang plant development mechanism. Former minister of transportation was once said that a variety of patterns is still under consideration and no decision. Rainier rate this maze potentially disruptive information search transaction advisory. Bontang has a very vital position because memiiiki capacity to 300 thousand barrels per day.
The project is estimated to be completed in 2023 and made the Indonesian refining capacity to 2 million kiloliters per day. Pertamina President Director Dwi Soetjipto confirmed the Bontang refinery construction scheme established by the government with KPBU pattern. Pertamina will oversee the project to completion. Consultants companion later open the bidding to form a joint venture with Pertamina. Currently, all the processes have been carried out. If through the assignment, the process is much simpler.
Pertamina can be directly looking for partners such as when working with Russia's Rosneft to refineries Tuban. Rachmad Hardadi said assignment option could be better because there is a speed factor. Through the mechanism of KPBU, Bontang refinery in 2023. With the expected completion of assignment, the refinery could be finished a year sooner. Problem financing, Pertamina also can prepare the appropriate percentage of shares desired, it may need to swallow Bontang refinery investment of USD 12 billion, or Rp 159 trillion (exchange rate of Rp 13,300 per USD).
Jawa Pos, Halaman : 6, Sabtu, 12 Nop 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment