google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Total E&P -->

MARKET

Showing posts with label Total E&P. Show all posts
Showing posts with label Total E&P. Show all posts

Monday, July 2, 2018

PT Radians Utama eyeing Mahakam block contract



PT Radiant Utama lnterinsco Tbk will enter the new and renewable energy generation business.

The declining oil price since 2015 to 2016 triggered PT Radiant Utama Interinsco Tbk seeking new contracts. Not only in the oil and gas sector, issuers coded RUIS shares in the Indonesia Stock Exchange also targeted jobs in other sub sectors such as power generation and renewable energy (EBT).

President Director of RUIS Sofwan Farisyi said it expands the business from the oil and gas sector to a company engaged in the energy sector. That way, the company hopes to get a contract also in renewable energy and renewable energy projects.

With this strategy, Sofwan targets to get a contract on hand of Rp 2.2 trillion until the end of the year. Currently RUIS - has booked on hand contract of Rp 2 Trillion, alias still remaining Rp 200 million. In order to achieve the target, RUIS is eyeing a major contract in the Mahakam Block Project which currently exists PT Pertamina Hulu Mahakam as operator. The new contract at Mahakam is a breath of fresh air for service companies like RUIS.


Total EP lndonesie which is a previous Mahakam Block contractor has lowered the investment in the block at the end of the contract. The reason, they do not get the certainty of contract extension from the government.

the Mahakam Block

But since the government decided Pertamina as the new operator of the Mahakam Block as of January 2018, the oil and gas services work in the Mahakam Block began to move again. Sofwan mentioned this year PT Pertamina Hulu Mahakam held 10 tender. The value reached Rp 1 trillion.

"We are targeting two to three contracts, the tender launching from July to August," he said in a public expose.

In addition to targeting contracts from the new tender in the Mahakam block this year, the company hopes to secure contract extension for the dredging vessels over the next three years in the Mahakam Block. Sofwan admitted that the contract extension of dredging ship contract with PT Pertamina Hulu Mahakam is almost complete.

"We were supposed to get a contract extension of the dredging, last Tuesday was the last negotiation," he said.

In addition to targeting projects in Mahakam, RUIS targets to get contract ship dredging in power projects owned by the State Electricity Company (PLN).

"We are trying to get a similar project at PLN power plant, we see that there is more sustain, electricity is needed," he said.

In addition to these two projects, PT Radiant Utama lnterinsco Tbk tries to target geothermal projects. One of them is a geothermal project in Sulawesi. However, RUIS's business development in geothermal projects is still constrained by low geothermal electricity tariffs. Though investing in geothermal projects requires large funds with a high enough risk level.

"The geothermal project in Sulawesi, but there are still obstacles in the rate of how much geothermal, geothermal investment is very expensive, there is a failure, but if successful will not end," he explained.

In addition to the new geothermal project, PT Radiant Utama Interinsco Tbk actually has a geothermal project that already operates, the Sorik Marapi Geothermal (SMGP) project. RUIS holds a 5% stake in the project.

The project is projected to produce geothermal 240 megawatts (MW). So far there have been five wells that have been drilled and confirmed there is a geothermal equivalent of 50 MW. He revealed, this year there are those who can enter the PLN system.

"Our target of delivery is 20 MW this year,". Currently it is conducting trials and has already generated about 2 MW of electricity. Electricity is given free to the public. In the near future there is the approval of PLN. "A total of 20 MW, it is expected to be implemented July-August," he added.

In addition to targeting to generate electricity this year, Sofwan also explained that his company targets to be able to get construction work in this Sorik Marapi geothermal project. The company's target work includes the construction of foundations, substations, and transmission of 20 kilovolts.

IN INDONESIA

PT. Radian Utama Mengincar Kontrak Blok Mahakam


PT Radiant Utama lnterinsco Tbk akan  masuk ke bisnis pembangkit energi baru dan terbarukan.

Harga minyak yang menurun sejak tahun 2015 hingga 2016 memicu PT Radiant Utama Interinsco Tbk berupaya mencari kontrak-kontrak baru. Tidak hanya di sektor migas, emiten berkode saham RUIS di Bursa Efek Indonesia tersebut juga mentarget pekerjaan di sub sektor lainnya seperti pembangkit listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

Presiden Direktur RUIS Sofwan Farisyi menyatakan, pihaknya memperluas bisnis dari sektor minyak dan gas menjadi perusahaan yang bergerak di sektor energi. Dengan begitu, perseroan ini berharap bisa mendapat kontrak juga di proyek listrik dan energi baru terbarukan.

Dengan strategi tersebut, Sofwan menargetkan bisa mendapatkan kontrak on hand sebesar Rp 2,2 triliun hingga akhir tahun. Saat ini RUIS- sudah membukukan kontrak on hand sebesar Rp 2 Triliun, alias masih tersisa Rp 200 juta lagi. Agar mencapai target, RUIS sedang mengincar kontrak besar di Proyek Blok Mahakam yang saat ini ada PT Pertamina Hulu Mahakam sebagai operator. Kontrak baru di Mahakam ini menjadi angin segar bagi perusahaan jasa seperti RUIS.

Total EP lndonesie yang merupakan kontraktor Blok Mahakam sebelumnya telah menurunkan investasi di blok tersebut saat akhir kontrak. Penyebabnya, mereka tidak mendapatkan kepastian perpanjangan kontrak dari pemerintah.

Namun sejak pemerintah memutuskan Pertamina sebagai operator baru Blok Mahakam per Januari 2018, pekerjaan jasa migas di Blok Mahakam mulai bergerak kembali. Sofwan menyebut tahun ini PT Pertamina Hulu Mahakam mengadakan 10 tender. Nilainya mencapai Rp 1 triliun.

“Kami menargetkan mendapat dua sampai tiga kontrak, tendernya launch bulan Juli- Agustus," kata nya dalam paparan publik.

Selain mentarget kontrak dari tender baru di Blok Mahakam tahun ini, perseroan ini berharap bisa mendapatkan kepastian perpanjangan kontrak untuk kapal dredging selama tiga tahun ke depan di Blok Mahakam. Sofwan mengaku pembicaraan perpanjangan kontrak kapal dredging dengan PT Pertamina Hulu Mahakam hampir selesai. 

"Seharusnya kami mendapat perpanjangan kontrak dredging tersebut. Selasa kemarin adalah negosiasi terakhir," ungkapnya.

Selain mengincar proyek di Mahakam, RUIS menargetkan bisa mendapatkan kontrak kapal dredging di proyek-proyek pembangkit listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

"Kami coba mendapatkan proyek sejenis di pembangkit PLN. Kami melihat di sana lebih sustain, listrik terus dibutuhkan," katanya.

Selain kedua proyek tersebut, PT Radiant Utama lnterinsco Tbk mencoba mengincar proyek panas bumi. Salah satunya proyek panas bumi yang ada di Sulawesi. Namun pengembangan bisnis RUIS di proyek panas bumi masih terkendala tarif listrik panas bumi yang masih rendah. Padahal berinvestasi di proyek panas bumi membutuhkan dana besar dengan tingkat risiko yang cukup tinggi. 

"Proyek panas bumi di Sulawesi tersebut tapi masih ada hambatan di rate berapa geotermal. Investasi panas bumi sangat mahal, ada yang berhasil ada gagal. Tapi kalau berhasil tidak akan habis-habis," jelasnya.

Selain proyek baru di bidang panas bumi, PT Radiant Utama Interinsco Tbk sebenarnya juga telah memiliki proyek panas bumi yang telah beroperasi, yaitu proyek Sorik Marapi Geothermal (SMGP). RUIS memegang 5% saham di proyek tersebut.

Proyek ini diproyeksi bisa menghasilkan panas bumi 240 megawatt (MW). Sejauh ini sudah ada lima sumur yang dibor dan telah terkonfirmasi ada panas bumi yang setara 50 MW. Dia mengungkapkan, tahun ini ada yang bisa masuk ke sistem PLN. 

"Target kami delivery sebanyak 20 MW tahun ini,". Saat ini pihaknya sedang melakukan ujicoba dan dan sudah menghasilkan listrik sekitar 2 MW.
Listrik tersebut diberikan gratis kepada masyarakat. Dalam waktu dekat ada persetujuan PLN. " Sebanyak 20 MW itu, diperkirakan Juli-Agustus bisa terlaksana," tambahnya.

Selain menargetkan bisa menghasilkan listrik pada tahun ini, Sofwan juga memaparkan pihaknya menargetkan tetap bisa mendapatkan pekerjaan konstruksi di proyek panas bumi Sorik Marapi ini. Pekerjaan incaran perseroan ini di antaranya pembangunan pondasi, gardu induk, dan transmisi 20 kilovolt.

Kontan, Page-14, Friday, June 29, 2018

Ready-to-Gas Boaming



The golden age of the global gas industry is predicted to arrive soon after the shift of unfriendly fuel consumption, such as crude oil and coal, to natural gas. Indonesia also will have to strengthen the natural gas infrastructure to seize opportunities. Based on projections, North America, especially the United States (US), will become the leader of world gas producers with abundant production.

"The use of electric vehicles in the world will also change the world's energy market as more and more power plants use gas," said Sasaka Peace Foundation Chairman Nobuo Tanaka as moderator of the discussion on What's Next for The Asia Pacific Gas Market in the World Gas Conference (WGC) 2018, in Washington DC, Wednesday (27/6).



WGC is a 3-year event organized by a country that holds leadership in the International Gas Union. The WCC was attended by influential energy leaders, executive officers of the global energy giant, such as Exxon Mobil Corp., BP Plc., Total, senior officials from the US Department of State and energy bureau, and a number of energy ministers from oil and gas producers and consumers such as Argentina and Indonesia .

Tanaka, who is also a former Executive Director of the International Energy Agency (IEA), added that China would also switch to greener energy, which is gas, and reduce the use of coal as a source of energy. Predictions on the gas market in China are also corroborated by Chairman of Board of Director of Beijing Gas Group Li Yalan.

He said gas consumption in the country will increase significantly driven by the increase of pipelines, and 70,000 km to 100,000 km by 2020. In addition, China has 18 Liquified Natural Gas (LNG) terminals with capacity of 60 million cubic meters per year.

"With expansion and development, the 18 terminals will have a capacity of 80 million tons by 2020," he said.

Growing gas consumption is in line with China's move to reduce coal consumption for power generation. For example, a large-scale power plant that requires 35 million tons of coal per year to be only one-fourth or five million tons. Last year, the IEA has predicted the use of natural gas will surpass coal in 2030 as the world's second largest energy source. By 2040, gas consumption is expected to equal the use of oil as the largest source of energy.

Currently, the position of natural gas as an energy source is in the third position with a percentage of 23.3%. The natural gas position is under 27% coal, and oil is 34%. In the long term, the IEA says the global gas market will face challenges and cost advantages in emerging markets.

On the other hand, trade disputes between the United States and China can disrupt the global energy market in the short term. Beijing this month filed a counter-rate for petroleum and US imports. It is expected to hit the US oil and gas industry. Chevron CEO Mike Wirth fears the trade tension could hit demand for energy commodities.

"The risk of a trade war begins to weigh on people's perceptions of economic growth," Reuters quoted him as saying.

INDONESIA OPPORTUNITY

Discussion of the Asia Pacific gas market in the WGC event also featured ESDM Minister Ignatius Jonan as the keynote speaker. The other panelists, among them EVP 81 Upstream CEO Petronas Anuar Taib and Li Yalan. In his presentation, Jonan predicts that the use of gas as a primary energy source is increasing. In Indonesia, the increase in gas consumption is predicted to reach 6% -7% per year, or above economic growth.



However, he is optimistic that Indonesia should not become a future gas importer following the discovery of new gas wells such as in the deep sea in Makassar Strait and Masela Block in Maluku. The two new gas sources will break the IEA's prediction that Indonesia will become a net importer of gas by 2040. Masela will produce 1.2 million cubic feet of gas per day and IDD 1,000 cubic feet per day. Jonan said that when answering Tanaka's question.

"The IEA Prediction is not wrong. However, the prediction was made before the discovery of gas Masela, Maluku, and Makassar Strait, "said Jonan.



In the Masela Block, Inpex and Shell act as operators and are expected to start production by 2027. As for the IDD project is operated by Chevron. In data from SKK Migas, IDD Gendalo and Gehem Project managed by Chevron Makassar Ltd. will start operating (on stream) in 2024 and 2025. IDD Gendalo is estimated to have production of about 500 million cubic feet per day, while Gehem amounts to 420 million cubic feet per day.

Nicke Widyawati, Ignatius Jonan, and Neil Chapman

With a daily gas production of 1.2 million barrels of oil equivalent, only 60% is used for domestic consumption. Plt. President Director of PT Pertamina Nicke Widyawati assess infrastructure development as the main requirement for the development of natural gas as one of the main energy besides oil and coal. Later, the infrastructure is needed to naturally populate the local liquefied natural gas.

Nicke Widyawati

"Infrastructure needed, among others, LNG terminals and gas pipelines. It could make domestic gas prices more competitive, "Nicke said.

Nicke said Pertamina will further explore the gas business from infrastructure such as LNG and gas pipeline. Holding BUMN Migas also became a supporter of the company's growth to strengthen the gas infrastructure.

"The gas infrastructure should be reinforced by industrial development plans. PGN [PT Perusahaan Gas Negara Tbk.] And PT Pertamina Gas will develop infrastructure to bring gas sources closer to consumers, "he said.

According to Nicke, the distance between gas sources and closer consumers could push down the price of gas more competitive. In the future, Nick said the company coordinates with major gas consumers such as PT Perusahaan Listrik Negara.

"Joint planning is done in order to be clear what to support."

IN INDONESIA

Siap-Siap Boaming Gas


Masa emas industri gas dunia diprediksi segera tiba setelah beralihnya konsumsi bahan bakar tidak ramah lingkungan, seperti minyak mentah dan batu bara, ke gas alam. Indonesia pun mau tidak mau harus memperkuat infrastruktur gas bumi untuk meraih peluang. Berdasarkan proyeksi, Amerika Utara, terutama Amerika Serikat (AS), akan menjadi pemimpin produsen gas dunia dengan produksi yang melimpah.

“Penggunaan kendaraan listrik di dunia juga akan mengubah pasar energi dunia karena makin banyak pembangkit listrik menggunakan gas,” kata Chairman The Sasaka Peace Foundation Nobuo Tanaka saat menjadi moderator diskusi bertema What Next for The Asia Pacific Gas Market di arena World Gas Conference (WGC) 2018, di Washington DC, Rabu (27/6).

WGC merupakan kegiatan 3 tahunan yang diselenggarakan oleh negara yang memegang kepemimpinan dalam International Gas Union. WCC dihadiri oleh pemimpin berpengaruh bidang energi, pejabat eksekutif raksasa energi global, seperti Exxon Mobil Corp., BP Plc., Total, pejabat senior dari Departemen Luar Negeri AS dan biro energi, serta sejumlah menteri energi dari produsen dan konsumen migas seperti Argentina dan Indonesia.

Tanaka yang juga mantan Direktur Eksekutif Intemational Energy Agency (IEA) menambahkan China juga akan beralih ke energi yang lebih hijau, yaitu gas, dan mengurangi pemakaian batu bara sebagai sumber energi. Prediksi atas pasar gas di China juga dikuatkan oleh Chairman of Board of Director Beijing Gas Group Li Yalan. 

Dia mengatakan konsumsi gas di negara itu akan meningkat signifikan didorong oleh bertambahnya jaringan pipa, dan 70.000 km menjadi 100.000 km pada 2020. Selain itu, China memiliki 18 Terminal liquified natural gas (LNG) dengan kapasitas 60 juta meter kubik per tahun. 

“Dengan ekspansi dan pengembangan, 18 terminal itu akan memiliki kapasitas 80 juta ton pada 2020,” tuturnya.

Konsumsi gas yang terus meningkat itu sejalan dengan langkah China mengurangi konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik. Misalnya, satu PLTU skala besar yang memerlukan batu bara 35 juta ton per tahun menjadi hanya sepertujuhnya atau 5 juta ton. Tahun lalu, IEA telah memprediksi penggunaan gas alam akan melampaui batu bara pada 2030 sebagai sumber energi kedua terbesar di dunia. Pada 2040, konsumsi gas diperkirakan menyamai penggunaan minyak sebagai sumber energi terbesar.

Saat ini, posisi gas bumi sebagai sumber energi berada di posisi ketiga dengan persentase 23,3%. Posisi gas bumi berada di bawah batu bara 27%, dan minyak sebesar 34%. Secara jangka panjang, IEA menyatakan pasar gas global akan menghadapi tantangan dan persajngan biaya di pasar negara berkembang. 

Di sisi Iain, perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China dapat menggangu pasar energi global dalam jangka pendek. Beijing pada bulan ini mengajukan tarif balasan untuk impor petroleum dan AS. Hal itu diperkirakan dapat memukul industri migas AS. CEO Chevron Mike Wirth khawatir tensi perdagangan dapat memukul permintaan komoditas energi. 

“Risiko perang dagang mulai membebani persepsi orang terhadap pertumbuhan ekonomi,” seperti dikutip Reuters.

PELUANG INDONESIA

Diskusi pasar gas Asia Pasifik dalam ajang WGC juga menampilkan Menteri ESDM Ignasius Jonan sebagai pembicara utama. Adapun panelis lainnya, di antaranya EVP 81 CEO Upstream Petronas Anuar Taib dan Li Yalan. Dalam paparannya, Jonan memprediksi bahwa penggunaan gas sebagai sumber energi primer semakin meningkat. Di Indonesia, peningkatan konsumsi gas diprediksi mencapai 6%-7% per tahun, atau di atas pertumbuhan ekonomi.

Namun, dia optimistis Indonesia tidak harus menjadi importir gas pada masa depan menyusul ditemukannya sumur gas baru seperti di laut dalam Selat Makassar dan Blok Masela di Maluku. Dua sumber gas baru tersebut akan mematahkan prediksi IEA bahwa Indonesia akan menjadi net importir gas pada 2040. Masela akan memproduksi gas 1,2 juta kaki kubik per hari dan IDD 1.000 kaki kubik per per hari. Jonan menyatakan hal itu saat menjawab pertanyaan Tanaka. 

“Prediksi IEA tidak salah. Akan tetapi, prediksi itu dibuat sebelum penemuan gas Masela, Maluku, dan Selat Makassar,” kata Jonan. 

Pada Blok Masela, Inpex dan Shell bertindak sebagai operator dan diperkirakan akan memulai produksi pada 2027. Adapun, proyek IDD dioperasikan oleh Chevron. Dalam data SKK Migas, Proyek IDD Gendalo dan Gehem yang dikelola oleh Chevron Makassar Ltd. akan mulai beroperasi (on stream) pada 2024 dan 2025. IDD Gendalo diperkirakan memiliki produksi sekitar 500 juta kaki kubik per hari, sedangkan Gehem sebesar 420 juta kaki kubik per hari.

Dengan produksi gas harian 1,2 juta barrel setara minyak, hanya 60% yang digunakan untuk konsumsi domestik. Plt. Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menilai pembangunan infrastruktur menjadi syarat utama untuk pengembangan gas bumi sebagai salah satu energi utama selain minyak dan batu bara. Nantinya, infrastruktur itu diperlukan untuk mengutilisasi gas alam cair lokal secara maksimal.

“Infrastruktur yang dibutuhkan antara lain, terminal LNG dan pipa gas. Hal itu bisa membuat harga gas domestik menjadi Iebih kompetitif,” Kata Nicke.

Nicke mengatakan Pertamina akan semakin mendalami bisnis gas dari sisi infrastruktur seperti LNG dan gas pipa. Holding BUMN Migas pun menjadi pendukung pertumbuhan perseroan untuk memperkuat infrastruktur gas.

“lnfrastruktur gas memang harus diperkuat dengan rencana pengembangan industri. PGN [PT Perusahaan Gas Negara Tbk.] dan PT Pertamina Gas bakal mengembangkan infrastruktur agar mendekatkan sumber gas dengan konsumen,” ujarnya.

Menurut Nicke, jarak antara sumber gas dengan konsumen yang semakin dekat bisa menekan harga jual gas Iebih kompetitif. Pada masa mendatang, Nickemengatakan perseroan menjalin koordinasi dengan konsumen gas utama seperti PT Perusahaan Listrik Negara. 

“Joint planning dilakukan agar jelas apa yang harus didukung.”

Bisnis Indonesia, Page-1, Friday, June 29, 2018

Saturday, June 23, 2018

Four Companies Compete to Become Pertamina Partners



PT Pertamina (Persero) said there are four oil and gas companies interested to participate in managing the Mahakam block. The Company targets the sale of participating interest in the Mahakam block to be completed this year.

Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that it has received a statement of interest to join the Mahakam block from four companies. But until now, it has not determined who the company selected as a partner. It is still in talks with potential partners.

"Being discussed, not knowing the details, is still being discussed. Not only Inpex (who are interested), there are four companies, "he said on halal halal halalbihalal at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), Jakarta.




One of the interested oil and gas companies is Inpex Corporation. Previously, Inpex was the partner of Total E&P Indonesie in working on the oil and gas block in East Kalimantan. In contrast, Total E&P lndonesie has long declared no interest in joining the Mahakam Block.




Because it is still in the conversation stage, Syamsu Alam claimed to be unable to confirm when the release of shares of participation (share down) Mahakam block is completed. However, it hopes there will be an agreement with potential partners for the Mahakam Block this year.


the Mahakam Block

"Hopefully finished this year," he said.

Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, Djoko Siswanto, previously stated that Pertamina must be 51% majority shareholder in Mahakam block. In addition, the Regional Owned Enterprises (BUMD) must also obtain a 10% Indonesian participation right. The rest, Pertamina may release its share ownership to its partners.

"So Inpex can own up to 39%," said Djoko.

However, the amount of participation rights that Inpex ultimately has will refer to the results of negotiations with Pertamina. As it is known, Pertamina has signed a new Mahakam Block contract valid from 1 January 2018 at the end of 2015. Under the contract, the company promised a signature bonus of US $ 41 million. 

 In addition, state revenue from production bonuses includes US $ 5 million from a cumulative production of 500 million barrels of oil equivalent, of US $ 4 million from cumulative production of 750 million barrels of oil equivalent, and US $ 4 million from a cumulative production of 1,000 million barrels of oil equivalent .

As for the first three-year investment plan, Pertamina pledged US $ 75.3 million. The details are respectively US $ 1.3 million, then US $ 33.5 million, and US $ 40.5 million. Currently, Pertamina begins to manage the Mahakam block in preparation for operator switching. This is to keep the oil and gas production in the block does not drop dramatically.

As of May 31, oil and gas production in the Mahakam block is still below the target set in the APBN. Referring to data of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Executor (SKK Migas), the realization of Mahakam Block oil production is 44,638 barrels per day (bpd), 92.47% from 48,271 bph target. Gas production realization was only 932.7 million standard cubic feet per day / mmscfd, or 84% of the target 1,100 mmscfd.

Termination Block

At the same time, Pertamina is also in the process of selecting partners for ten 2018-2019 oil and gas blocks terminated to the company. According to Alam, the company is still preparing criteria from potential partners and the value of the shares to be released in every oil and gas block. He said the company will hold a majority stake.

"The termination block 2018-2019 majority ownership of its shares. The remaining partner, "Alam said.

Previously, Alam explained, the bidding process of participation rights starts from the oil and gas block where the production sharing contract / PSC of the company has already started to be effective. The reason, although the PSC for the ten blocks of oil and gas has been signed, but the contract has not been fully effective since the existing contracts of several oil and gas blocks still apply. Therefore, the offering of such participation rights will be done gradually in accordance with the effectiveness of the Pertamina contract.

"It's starting a sharedown, is being prioritized. Of course offered that we already have a contract, "he said.

As reported previously, Pertamina has signed a contract for 11 oil and gas blocks that ended its contract in 2017-2019. For 2018 terminating oil and gas blocks, Pertamina is granted 100% rights for eight blocks, namely Tuban, Ogan Komering, Sanga-Sanga, Southeast Sumatra (SES), North Sumatra Offshore (NSO), East Kalimantan, Attaka and Central Block.

For the other two blocks assigned to Pertamina are the Jambi Merang and Raja-Pendopo Blocks. However, the existing contract of oil and gas block is only completed next year. Thus, Pertamina's contract is effective next year. The effective termination block participation contract is targeted for completion this year. We expect something to be done this year, "said Alam.

Djoko said, many oil and gas companies are interested to buy the termination block participation rights offered by Pertamina. Some of the oil and gas blocks of Pertamina that interest other oil and gas companies are Mahakam Block, Sanga-Sanga, East Kalimantan and Jambi Merang.

IN INDONESIA

Empat Perusahaan Bersaing Menjadi Mitra Pertamina


PT Pertamina (Persero) menyatakan terdapat empat perusahaan migas yang berminat untuk ikut serta mengelola Blok Mahakam. Perseroan menargetkan penjualan hak partisipasi (participating/Interest/PI) di Blok Mahakam bisa selesai tahun ini.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menuturkan, pihaknya telah menerima surat pernyataan minat untuk bergabung di Blok Mahakam dari empat perusahaan. Namun hingga saat ini, pihaknya belum menetapkan siapa perusahaan yang terpilih menjadi mitra. Pihaknya masih melakukan pembicaraan dengan para calon mitra tersebut.

“Sedang dibicarakan, belum tahu detailnya, masih dibicarakan. Tidak Inpex saja (yang berminat), ada empat perusahaan,” kata dia di sela halalbihalal di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) , Jakarta.

Salah satu perusahaan migas yang berminat adalah Inpex Corporation. Sebelumnya, Inpex merupakan mitra dari Total E&P Indonesie dalam mengerjakan blok migas di Kalimantan Timur tersebut. Sebaliknya, Total E&P lndonesie sudah sejak lama menyatakan tidak berminat bergabung mengelola Blok  Mahakam.

Karena masih dalam tahap pembicaraan, Syamsu Alam mengaku belum dapat memastikan kapan proses pelepasan saham partisipasi (share down) Blok Mahakam ini selesai. Meski demikian, pihaknya berharap akan ada kesepakatan dengan calon mitra untuk Blok Mahakam pada tahun ini juga. 

“Mudah-mudahan selesai tahun ini,” ujarnya.

Direktur jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto sebelumnya juga mengungkapkan bahwa Pertamina harus menjadi pemegang saham mayoritas 51% di Blok Mahakam. Selain itu, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga harus memperoleh hak partisipasi Indonesia sebesar 10%. Sisanya, Pertamina boleh melepas kepemilikan sahamnya ke mitranya.

“Jadi Inpex bisa memiliki sampai 39%,” tutur Djoko. 

Meski demikian, besaran hak partisipasi yang akhirnya dimiliki Inpex akan mengacu hasil negosiasi dengan Pertamina. Seperti diketahui Pertamina telah menandatangani kontrak baru Blok Mahakam yang berlaku mulai 1 Januari 2018 pada akhir 2015 lalu. Dalam kontrak itu, perseroan menjanjikan bonus tanda tangan US$ 41 juta. Selain itu juga penerimaan-negara dari bonus produksi meliputi US$ 5 juta dari kumulatif produksi 500 juta barel setara minyak, sebesar US$ 4 juta dari kumulalif produksi 750 juta barel setara minyak, dan US$ 4 juta dari kumulatif produksi 1.000 juta barel setara minyak.

Sementara untuk rencana investasi tiga tahun pertama, Pertamina menjanjikan dana sebesar US$ 75,3 juta. Rinciannya secara berurutan US$ 1,3 juta, kemudian US$ 33,5 juta, dan US$ 40,5 juta. Saat ini, Pertamina mulai ikut mengelola Blok Mahakam untuk persiapan peralihan operator. Hal ini untuk menjaga agar produksi migas di blok tersebut tidak turun drastis.

Hingga 31 Mei lalu, produksi migas di Blok Mahakam tercatat masih di bawah target yang ditetapkan dalam APBN. Mengacu pada data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) , realisasi produksi minyak Blok Mahakam yakni 44.638 barel per hari (bph), 92,47% dari  target 48.271 bph. Sementara realisasi produksi gas hanya 932,7 million standard cubic feet per day/ mmscfd, atau 84% dari target 1.100 mmscfd. 

Blok Terminasi

Pada saat yang sama, Pertamina juga sedang memproses seleksi mitra untuk sepuluh blok migas terminasi 2018-2019 yang ditugaskan ke perseroan. Menurut Alam, perseroan kini masih menyusun kriteria dari calon mitra dan nilai dari saham yang akan dilepas di setiap blok migas. Dikatakannya perseroan akan memegang saham mayoritas. 

“Yang blok terminasi 2018-2019 mayoritas kepemilikan sahamnya. Partner sisanya,” ujar Alam.

Sebelumnya, Alam menjelaskan, proses penawaran hak partisipasi ini dimulai dari blok migas di mana production sharing contract/PSC perseroan yang sudah mulai efektif. Pasalnya, meski PSC untuk sepuluh blok migas itu sudah ditandatangani, namun kontrak belum seluruhnya berlaku efektif mengingat kontrak eksisting beberapa blok migas masih berlaku. Sehingga penawaran hak partisipasi tersebut akan dilakukan bertahap sesuai dengan efektitnya kontrak Pertamina. 

“Sudah dimulai sharedown, sedang disusun prioritasnya. Tentu yang ditawarkan yang kami sudah punya kontraknya,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina telah menandatangani kontrak untuk 11 blok migas yang berakhir kontraknya pada 2017-2019. Untuk blok migas terminasi 2018, Pertamina diberi hak 100% untuk delapan blok, yakni Tuban, Ogan Komering, Sanga-Sanga, Southeast Sumatera (SES), North Sumatera Offshore (NSO), East Kalimantan, Attaka, dan Tengah.

Untuk blok yang telah berakhir kontrak lamanya dan kontrak baru berlaku efektif adalah Blok Tuban, Ogan Komering, dan Attaka. Namun, pengelolaan Blok Attaka digabung dengan Blok East Kalimantan yang kontraknya akan terminasi pada 24 Oktober nanti. Selanjutnya, kontrak Blok Sanga-Sanga akan habis pada 7 Agustus, SES pada 5 September, blok Tengah pada 4 Oktober, dan NSO pada 15 Oktober.

Untuk dua blok lain yang ditugaskan ke Pertamina adalah Blok Jambi Merang dan Raja-Pendopo. Namun, kontrak eksisting kedua blok migas ini baru selesai pada tahun depan. Sehingga, kontrak Pertamina mulai efektif pada tahun depan.

Penawaran hak partisipasi blok terminasi yang sudah efektif kontrak Pertamina tersebut ditargetkan selesai tahun ini. Kami harapkan ada yang bisa
selesai tahun ini,” tegas Alam.

Djoko menuturkan, banyak perusahaan migas yang berminat membeli hak partisipasi blok terminasi yang ditawarkan oleh Pertamina. Beberapa blok migas Pertamina yang diminati perusahaan migas lain tersebut adalah Blok Mahakam, Sanga-Sanga, East Kalimantan, dan Jambi Merang.

Investor Daily, Page-9, Saturday, June 23, 2018

Four Companies Closer to Pertamina



Inpex Corporation is a strong candidate to partner with Pertamina to manage the Mahakam Block

Inpex Corporation

The selection process of partner or partner with PT Pertamina for Mahakam block managers is getting faster. This was done after Total E & P lndonesie made sure not to join the block.

Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that there are at least four international companies that have openly expressed interest in joining the Mahakam block. However, Syamsu is still reluctant to detail in detail the names of companies expressing interest in joining the Mahakam block manager. Syamsu just called Inpex Corporation to be one of the enthusiasts. Currently, the discussion process of Mahakam block management is still ongoing intensively.

Mahakam Block

"But we do not know the details, we are still talking, not only Inpex, there are four companies," Syamsu said when met at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) on Friday (22/6).

Syamsu admitted lnpex Corporation became one of the best candidates as Pertamina's partner in managing the Mahakam Block. The reason, the company from Japan has ever cooperated with Total E & P Indonesia before the management of the Mahakam block moved fully to Pertamina starting January 1, 2018 ago.

Limiting Sections

Pertamina hopes that detailed discussions on cooperation with the mitral candidate can be completed as soon as possible.

"Hopefully this year, transaction talks and others are still being discussed," said Syamsu.

Earlier, Director of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, Djoko Siswanto, said that although he seriously wants to manage the Mahakam block, it has not yet known the amount of participation rights that interest lnpex. 

    The government has decided that the maximum share down limit of Pertamina in Mahakam Block is only 39%. The decision aims to keep Pertamina as majority as the operator of the oil and gas block.

"Only up to 39%, as much as 10% is for Regional Owned Enterprises (BUMD), Pertamina must be 51%, so up to 39% can still," said Djoko.



The oil and gas company from China, Petrochina has also expressed interest in the Mahakam block. Petrochina wants a participating interest of about 15% to 20%. Referring data of SKK Migas, average oil and gas production of Mahakam block until May 2018 for gas is 951,8 mmscfd. While oil production amounted to 46,069 barrels per day (bpd).

IN INDONESIA

Empat Perusahaan Mendekat ke Pertamina


Inpex Corporation menjadi calon kuat bermitra dengan Pertamina kelola Blok Mahakam

Proses seleksi mitra atau partner dengan PT Pertamina untuk pengelola blok Mahakam semakin cepat. Hal ini dilakukan setelah Total E&P lndonesie memastikan tidak ingin bergabung mengelola blok tersebut.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, setidaknya sudah ada empat perusahaan bertaraf internasional yang sudah terang-terangan menyatakan minat untuk ikut mengelola blok Mahakam. 

    Namun, Syamsu masih enggan merinci secara detail nama-nama perusahaan yang menyatakan minatnya untuk bergabung menjadi pengelola blok Mahakam tersebut. Syamsu hanya menyebut Inpex Corporation menjadi salah satu dari peminat itu. Saat ini, proses pembicaraan pengelolaan blok Mahakam masih berlangsung secara intensif.

"Sedang dibicarakan. Tapi belum tahu detailnya, masih kami bicarakan. Tidak hanya Inpex, ada empat perusahaan," kata Syamsu saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (22/6).

Syamsu mengakui lnpex Corporation menjadi salah satu kandidat terbaik sebagai mitra Pertamina dalam mengelola Blok Mahakam. Pasalnya, perusahaan yang berasal dari Jepang ini pernah bekerjasama dengan Total E&P Indonesia sebelum pengelolaan Blok Mahakam berpindah secara penuh ke Pertamina mulai 1 Januari 2018 yang lalu.

Membatasi Bagian

Pertamina berharap, pembicaraan detail kerjasama dengan calon mitral bisa selesai secepatnya. 

"Mudah-mudahan tahun ini. Pembicaraan transaksi dan lain-lain masih terus dibicarakan," ujar Syamsu.

Sebelumnya, Direktur Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, walau serius ingin mengelola Blok Mahakam, tetapi belum diketahui besaran hak partisipasi yang diminati lnpex. 

     Pemerintah memutuskan batas maksimal share down yang boleh dilakukan Pertamina di Blok Mahakam hanya sebesar 39%. Keputusan tersebut bertujuan agar Pertamina tetap menjadi mayoritas sebagai operator blok migas tersebut.

"Hanya bisa sampai 39%, sebanyak 10% adalah untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Pertamina harus 51%. Jadi sampai 39% masih bisa," jelas Djoko.

Perusahaan migas yang berasal China yaitu Petrochina juga telah menyatakan minat di Blok Mahakam. Petrochina menginginkan hak partisipasi sekitar 15% sampai 20%. Mengacu data SKK Migas, rata-rata produksi migas blok Mahakam hingga Mei 2018 untuk gas sebesar 951,8 mmscfd. Sementara produksi minyak sebesar 46.069 barel per hari (bph).

Kontan, Page-14, Saturday, June 23, 2018

Pertamina Continue to Search for Partners



PT Pertamina (Persero) is processing prospective partners on several oil and gas blocks granted by the government such as Mahakam, 2018 termination block and termination block 2019. This government-owned company is targeting an existing partner search process completed this year.

Upstream Director of Pertarnina Syamsu Alam said the search process of partners is still in process. A total of six 2018 terminated oil and gas blocks and 2 blocks of termination oil and gas are in the evaluation phase.

"We are evaluating to determine the criteria of partners and the sale value of the ownership shares of oil and gas blocks. At 8 termination blocks 2018 and 2019, we have committed to keep the majority share of the shares, "he said on Friday (22/6).

Six 2018 oil and gas blocks terminated by Pertamina include Tuban, Ogan Komering, Sanga-sanga, Southeast Sumatra, North Sumatra Offshore and Attaka & East Kalimantan. Then, two blocks of oil and gas termination 2019 is Jambi Merang & Pendopo Raja.

Termination Blocks

The Ministry of Energy and Mineral Resources noted that Pertamina will seek partners on 4 termination blocks granted by the government. The four blocks are, Mahakam, Attaka & East Kalimantan, Sanga-sanga, and Jambi Merang. Special Sanga-sanga, Plt. Pertamina President Director Nicke Widyawati said the company is evaluating potential partners in the block previously managed by VICO Indonesia and PT Saka Energi Indonesia.

"We are also reviewing whether Saka will return to Sanga-sanga as Pertamina's partner or not," he said.



Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Djoko Siswanto mentioned that some operators exist in the termination block is indeed interested to return such as Repsol S.A and Pacific Oil in Jambi Merang Block. Saka also has an opportunity to return to Sanga-sanga.



"In addition, the Attaka & East Kalimantan Block also has many enthusiasts from the private sector," he said.

The Mahakam Block

MAHAKAM BLOCK

Meanwhile, Pertamina noted that there are five potential partners of the company in Mahakam block. Syamsu said that Inpex is one of those interested to re-participate in Mahakam, while Total lndonesie, the operator of Mahakam before being taken over by Pertamina is not interested in returning to the block in the area of ​​Borneo.



"In addition to Inpex, there are four other multinational companies that are also interested in becoming our partners in the Mahakam Block. However, it is unethical to mention name is now, "he said.

Syamsu Alam said, is currently in the process of further discussion with potential partners. The Company expects the transaction to be completed sooner. We hope to finish this year, he said.

lnpex Corporation

Senior Specialist Media Relations of lnpex Corporation Mochammad. N Kurniawan said that Inpex is still discussing with the Indonesian government and Pertamina to participate in the new Mahakam Block Production Sharing Contract (PSC) since 2018.

"Our position is still the same that is interested to participate there [Mahakam Block]," he said.

Pertamina plans to become the majority owner in the Mahakam Block which means a minimum of 51% ownership. That means the five potential partners will compete for 39% ownership in the Mahakam Block because the remaining 10% must be given to the Regional Government.

Total Indonesie has reason not to return to Mahakam, because the French company was asked to pay the amount of Mahakam Block shares to Pertamina. Total wants the shares to be given free of charge as existing operators in the Mahakam Block. Mahakam Block production until May 31, 2018 was recorded at 44,638 barrels per day.

IN INDONESIA

Pertamina Terus Mencari Mitra


PT Pertamina (Persero) sedang memproses calon mitra pada beberapa blok migas yang diberikan pemerintah seperti Mahakam, blok terminasi 2018, dan blok terminasi 2019. Perusahaan milik pemerintah ini menargetkan proses pencarian mitra sudah ada yang rampung tahun ini.

Direktur Hulu Pertarnina Syamsu Alam mengatakan, proses pencarian mitra masih dalam proses. Sebanyak enam Blok migas terminasi 2018 dan 2 blok migas terminasi 2019 sedang dalam tahap evaluasi.

“Kami sedang mengevaluasi untuk menentukan kriteria mitra dan nilai penjualan saham kepemilikan blok migas tersebut. Pada 8 blok terminasi 2018 dan 2019, kami sudah berkomitmen untuk menjaga bagian saham tetap mayoritas,” ujarnya, pada Jumat (22/6).

Enam blok migas terminasi 2018 yang didapatkan Pertamina antara lain, Tuban, Ogan Komering, Sanga-sanga, Southeast Sumatra, North Sumatra Offshore, dan Attaka & East Kalimantan. Lalu, dua blok migas terminasi 2019 adalah Jambi Merang & Pendopo Raja.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, Pertamina akan mencari mitra pada 4 blok terminasi yang diberikan pemerintah. Empat blok itu adalah, Mahakam, Attaka & East Kalimantan, Sanga-sanga, dan Jambi Merang. Khusus Sanga-sanga, Plt. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, perseroan sedang mengevaluasi calon mitra di blok yang sebelumnya dikelola oleh VICO Indonesia dan PT Saka Energi Indonesia.

“Kami juga sedang mengkaji apakah Saka akan kembali ke Sanga-sanga sebagai mitra Pertamina atau tidak," ujarnya.

Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto sempat menyebutkan, beberapa operator eksis di blok terminasi itu memang tertarik untuk kembali seperti, Repsol S.A dan Pacific Oil di Blok Jambi Merang. Saka juga ada peluang kembali ke Sanga-sanga.

“Selain itu, Blok Attaka & East Kalimantan juga punya banyak peminatnya dari pihak swasta,” ujarnya.

BLOK MAHAKAM

Sementara itu, Pertamina mencatat sudah ada lima calon mitra perseroan di Blok Mahakam. Syamsu mengatakan, Inpex menjadi salah satu yang tertarik untuk kembali berpartisipasi di Mahakam, sedangkan Total lndonesie, operator Mahakam sebelum di ambil alih oleh Pertamina sudah tidak tertarik kembali ke blok di daerah Kalimantan tersebut.

“Selain Inpex, ada empat perusahaan multinasional lainnya yang juga tertarik untuk menjadi mitra kami di Blok Mahakam. Namun, tidak etis kalau disebutkan
namanya sekarang,” ujarnya.

Syamsu Alam mengatakan, saat ini masih dalam proses pembicaraan lebih lanjut dengan para calon mitra. Perseroan berharap transaksi bisa selesai lebih cepat. Kami berharap bisa selesai tahun ini ujarnya.

Senior Specialist Media Relations lnpex Corporation Mochammad. N Kurniawan mengatakan, lnpex masih terus berdiskusi dengan pemerintah Indonesia dan Pertamina untuk berpartisipasi dalam Production Sharing Contract (PSC) Blok Mahakam yang baru sejak 2018.

“Posisi kami masih tetap sama yakni berminat berpartisipasi di sana [Blok Mahakam],” ujarnya.

Pertamina berencana menjadi pemilik mayoritas di Blok Mahakam yang berarti minimal kepemilikan 51%. Hal itu berarti lima calon mitra itu akan memperebutkan 39% kepemilikan di Blok Mahakam karena 10% sisanya wajib diberikan kepada Pemerintah Daerah.

Total Indonesie memiliki alasan untuk tidak kembali ke Mahakam, karena perusahaan Prancis itu diminta membayar jumlah saham Blok Mahakam kepada Pertamina. Total menginginkan bagian saham itu diberikan secara gratis selaku operator existing di Blok Mahakam. Produksi Blok Mahakam sampai 31 Mei 2018 tercatat sebesar 44.638 barel per hari.

Bisnis Indonesia, Page-10, Saturday, June 23, 2018