Until April 201 7, Pertagas Books Profit of US $ 54.6 Million

PT Pertamina Gas (Pertagas), a subsidiary of PT Pertamina, posted a net profit of US $ 54.6 million or approximately Rp 737.1 billion (exchange rate of Rp 13500) until April 2017. The realization is 363 percent of this year's target of US $ 150.24 million.

President Director of Pertagas Toto Nugroho, said that the company's profit comes mainly from toll roads, especially in the main pipelines such as Arun-Belawan and supported by the operation of the new segment, Muara Karang-Muara Tawar and Porong-Grati.

"This year we are also lucky with LPG price is high enough so that Pertam-Samtan Gas contribution is quite big," said Toto during breaking fast together with Editor of Energy & Mining Society (EZS) in Jakarta, Wednesday (31/5).

Perta-Samtan Gas is a subsidiary of Pertagas that produces liquefied petroleum gas (LPG). Pertagas accounted for 66% of Pertam-Samtan shares, while the remaining 33% is owned by Samtan Co Ltd, a South Korean company.

According to Toto, Pertagas's net profit performance this year is projected to be lower than that of 2016 which reached US $ 159.07 million. The 2017 profit projection is also lower than the actual net profit of 2015 of US $ 151.08 million. The main factor of this year's lower net profit target is government policy that has set the price of gas in a certain range, including the toll fee amount.

Toto explained that Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No 434 K / 12 / MEM / 2017 on Gas Prices for Industries in Medan and Surrounding Areas which was published on February 13, 2017, directly affect gas prices in Medan and surrounding areas. Gas for the area is supplied from PT Pertamina Hulu Energi and PT Pertamina EP and into the Arun-Belawan segment. "Toll fee has dropped from US $ 2.53 per MMBTU to US $ 1.8 per MMBTU," he said.

Pertagas currently develops three 513 kilometers (km) of gas transmission pipelines in South Sumatra (South Sumatra), Central Java (Central Java) and East Java (East Java). This corporate action completes the completion of the 2015 gas pipeline infrastructure development in 225 km.

The first project the company is working on is the Grissik-Pusri (South Sumatra) gas pipeline of 176 km. This pipeline will deliver gas for fertilizer plants and power plants in South Sumatra. Total gas capacity of 160 MMSCFD. "We have obtained permission for this project from the governor and also the regent, just waiting for ground breaking," he said,

The second project is the 70 km Gresik-Petrokimia Gresik-East Java gas pipeline. The gas allocated is 85 MMSCFD and is expected to be onstream in July 2017. The third project, the Gresik-Semarang-Central Java gas pipeline with a capacity of 500 MMSCFD with electricity and industrial consumers. "The installation of this open access pipeline passes seven districts / cities in Central Java and East Java," he said.

Holding Oil and Gas

Related to the plan to establish a holding company of oil and gas that will combine PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) or PGN into Pertamina, Toto said Pertagas is ready.

"The Ministry of SOEs targets the first half of 2017 to be completed. Our Pertagas position is ready, just waiting for the green light / permit, "he said.

According to Toto, Pertagas? S readiness to realize the holding of BUMN oil and gas is indicated by the existence of a team involving Pertamina and PGN. The team has mapped out what both companies can synergize and the efficiency that can be generated. One of the projects involving Pertamina and PGN is the construction of the Duri-Dumai pipeline.

"The thing we do together is the Duri-Dumai section of the pipeline project, built with Pertagas and PGN. Gas consumers also from Duri-Dumai pipeline also come from Pertagas and PGN. It's a test or a test from the government, it can not be done together, "he said.

He affirmed that Pertamina, which controls 70% of national gas reserves and one of the largest importers of liquefied natural gas / LNG in Southeast Asia, will be stronger if combined with PGN's power on gas distribution. "In the rare world there are countries that apply the gas business separated. Thailand's PTT and Petronas are made into one, "he said.

IN INDONESIAN

Hingga April 201 7, Pertagas Bukukan Laba US$ 54,6 Juta

PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina mencatatkan Iaba bersih sebesar US$ 54,6 juta atau sekitar Rp 737,1 miliar (kurs Rp 13500) hingga April 2017. Realisasi tersebut setara 363% dari target perseroan sepanjang tahun ini sebesar US$ 150,24 juta. 

Presiden Direktur Pertagas Toto Nugroho mengatakan, raihan laba perseroan terutama berasal dari toll ke, khususnya pada ruas pipa utama seperti Arun-Belawan serta ditunjang oleh sudah beroperasinya ruas baru yakni Muara Karang-Muara Tawar serta Porong-Grati.

“Tahun ini kami juga beruntung dengan harga LPG yang cukup tinggi sehingga kontribusi Perta-Samtan Gas cukup besar,” ujar Toto saat buka puasa bersama dengan Editor Energy & Mining Society (EZS) di Jakarta, Rabu (31/5).

Perta-Samtan Gas merupakan anak usaha Pertagas yang memproduksi liquefied petroleum gas (LPG). Pertagas tercatat menguasai 66% saham Perta-Samtan, sisanya 33% dikuasai Samtan Co Ltd, perusahaan asal Korea Selatan.

Menurut Toto, kinerja laba bersih Pertagas tahun ini diproyeksi lebih rendah dibandingkan realisasi 2016 yang mencapai US$ 159,07 juta. Proyeksi laba 2017 juga lebih rendah dari realisasi laba bersih 2015 sebesar US$ 151,08 juta. Faktor utama dari lebih rendahnya target laba bersih tahun ini adalah kebijakan pemerintah yang telah mematok harga gas di kisaran tertentu, termasuk besaran toll fee.

Toto menjelaskan, Peraturan Menteri ESDM No 434 K/12/MEM/2017 tentang Harga Gas Bumi untuk Industri di Wilayah Medan dan Sekitarnya yang terbit pada 13 Februari 2017, langsung berpengaruh pada harga gas di Medan dan sekitarnya. Gas untuk kawasan tersebut dipasok dari PT Pertamina Hulu Energi dan PT Pertamina EP dan masuk ke ruas Arun-Belawan. “Toll fee-nya telah turun dari US$2,53 per MMBTU menjadi US$1,8 per MMBTU,” katanya. 

Pertagas saat ini mengembangkan tiga pipa gas transmisi sepanjang 513 kilometer (km) di Sumatera Selatan (Sumsel), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Aksi korporasi ini melengkapi selesainya pembangunan infrastruktur pipa gas pada 2016 sepanjang 225 km.

Proyek pertama yang digarap perseroan adalah pipa gas Grissik-Pusri (Sumsel) sepanjang 176 km. Pipa ini akan mengalirkan gas untuk pabrik pupuk dan pembangkit listrik di kawasan Sumsel. Total kapasitas gas sebanyak 160 MMSCFD. “Kami sudah memperoleh izin untuk proyek ini dari gubernur dan juga bupati, hanya menunggu ground breaking,” katanya,

Proyek kedua adalah pipa gas looping Gresik-Petrokimia Gresik-Jawa Timur sepanjang 70 km. Gas yang dialokasikan sebanyak 85 MMSCFD dan diharapkan onstream pada Juli 2017. Proyek ketiga, pipa gas Gresik-Semarang-Jawa Tengah berkapasitas 500 MMSCFD dengan konsumen pembangkit listrik dan industri. “Pemasangan pipa open access ini melewat tujuh kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur," katanya. 

Holding Migas

Terkait rencana pembentukan induk usaha (holding) minyak dan gas yang akan menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN ke dalam Pertamina, Toto mengatakan, Pertagas sudah siap.

“Kementerian BUMN menargetkan semester I 2017 selesai. Posisi kami Pertagas sudah siap, hanya menunggu lampu hijau/izin,” katanya.

Menurut Toto, kesiapan Pertagas untuk merealisasikan holding BUMN migas ditunjukkan dengan keberadaan tim yang melibatkan Pertamina dan PGN. Tim ini telah memetakan apa saja yang bisa disinergikan kedua perusahaan dan efisiensi yang bisa dihasilkan. Salah satu proyek yang melibatkan Pertamina dan PGN adalah pembangunan ruas pipa Duri-Dumai. 

“Hal yang kami lakukan bersama adalah proyek pipa ruas Duri-Dumai, dibangun bersama Pertagas dan PGN. Konsumen gas juga dari pipa Duri-Dumai juga berasal dari Pertagas dan PGN. Ini tes atau ujian dari pemerintah, bisa tidak ini dikerjakan bersama,” ujarnya.

Dia menegaskan, Pertamina yang menguasai 70% cadangan gas nasional dan salah satu importir terbesar gas alam cair/LNG di Asia Tenggara akan bertambah kuat jika dipadu dengan kekuatan PGN pada distribusi gas. “Di dunia jarang ada negara yang menerapkan bisnis gas dipisah-pisah. PTT Thailand dan Petronas dijadikan satu,” katanya.

Investor Daily, Page-9, Friday, June 2, 2017