google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Saudi Aramco Push in Refinery Invest in Indonesia - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Monday, March 6, 2017

Saudi Aramco Push in Refinery Invest in Indonesia



Ministry of Energy and Mineral Resources will pursue cooperation investment in the energy sector with Saudi Arabia, especially the development of refinery fuel oil (BBM).

It was in connection with a number of MoU (memorandum of understanding / MoU) agreed in conjunction with the visit of Saudi King Salman bin Abdulaziz al-Saud in Indonesia.

"The presence of Saudi Arabia gives legitimacy investment in Indonesia needs to be followed. We expect a number of investments in the energy sector, especially the development of the refinery can be realized so that we have a value-added," said Director General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja during the discussion titled " capturing Investment Opportunities Coming King of Saudi refinery regard to the Indonesian Press Council, Jakarta.

He said, there is a commitment to jointly develop a refinery with Saudi Arabia's national oil company, Saudi Aramco is the need to follow up, in addition to the development of an oil refinery in Cilacap, Central Java, worth US $ 6 billion or equivalent to Rp 80.2 trillion with PT Pertamina.

"For investment Saudi Aramco refinery in Cilacap was clear and the process is already Iama. Furthermore, the need to follow up is the development of refineries that have not cooperated or worked on their own,". According to him, the construction of the refinery must be realized to reduce fuel imports and to create added value in the country. He said he called the current national fuel demand reached 1.6 million barrels per day, while the real capacity in the country is only able to accommodate oil by 800,000 barrels per day.

Though fuel demand is expected to increase significantly in 2022 reached 2.22 million barrels per day. He also mentioned the construction of the refinery is not solely sufficient fuel needs, but also will be integrated with the supporting industries, namely petrochemicals. He said he realized the challenge of attracting investment is not easy because in addition to plant capital intensive high risk and may also be required to invest ease.

However, Indonesia has so far benefited from the economic and political stability so that it becomes an important asset in terms of attracting investment. "So, it is not wrong if one of them is Saudi Arabia see Indonesia for economic and political stability are relatively stable. In terms of licenses, anyone downstream investment we indirectly provide commercial license," he said.

In addition to cooperation refinery, Saudi Arabia also offers Pertamina trade in Saudi Arabia. Pertamina was given the opportunity to sell products avturnya at King Abdul Aziz International Airport in Jeddah. Not only that, Pertamina also offered to build a hospital in Saudi Arabia considering the number of pilgrims and Umrah from Indonesia. "We were given the opportunity to sell aviation fuel in Jeddah. Alasarmya for Indonesian people who umrah and hajj there very much. In addition, also given the opportunity to build a hospital pertamina there".

On the same occasion, Chief Coordinator Gas Industry Chamber Ahmad Wijaya think Saudi Arabia should give reciprocal investment in Indonesia. Because, so far Pertamina to buy products imported LPG from Saudi Aramco. "Pertamina has been already bought the product LPG from Saudi Aramco. Now in return, what should be given to Indonesia,".

He also encouraged the cooperation memorandum of government to government (G to G) between the Government of Indonesia and the Kingdom of Saudi Arabia actionable be business to business (B to B) so that the processing plant can actually be realized.

He also hoped the refinery not only increase the supply of fuel, but also must produce supporting industry to produce value added in the country.

IN INDONESIAN

Saudi Aramco di Dorong Investasikan Kilang di Indonesia


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menindaklanjuti kerja sama investasi di sektor energi dengan Arab Saudi terutama pengembangan kilang bahan bakar minyak (BBM).

Hal itu sehubungan dengan sejumlah penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding /MOU) yang disepakati bersamaan dengan kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al- Saud di Indonesia.

"Kehadiran Arab Saudi memberikan legitimasi investasi di Indonesia perlu ditindaklanjuti. Kami harapkan sejumlah investasi di sektor energi, terutama pengembangan kilang dapat terealisasi sehingga kami punya nilai tambah," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja saat diskusi bertajuk "Menangkap Peluang Investasi Kilang Sehubungan Kedatangan Raja Arab ke Indonesia di Dewan Pers, Jakarta.

Dia mengatakan, terdapat komitmen kerja sama pengembangan kilang dengan perusahaan minyak nasional Arab Saudi, yaitu Saudi Aramco yang perlu ditindaklanjuti, selain pengembangan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah, senilai US$ 6 miliar atau setara Rp 80,2 triliun dengan PT Pertamina.

"Untuk investasi Saudi Aramco di kilang Cilacap sudah jelas dan prosesnya memang sudah Iama. Selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti ialah pengembangan kilang yang belum dikerjasamakan atau digarap sendiri,".  Menurut dia, pembangunan kilang harus diwujudkan guna mengurangi impor BBM serta menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Pihaknya menyebut kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan kapasitas secara nyata di dalam negeri hanya sanggup menampung minyak sebesar 800.000 barel per hari. 

Padahal kebutuhan BBM pada 2022 diperkirakan meningkat signifikan mencapai 2,22 juta barel per hari. Dia juga menyebut pembangunan kilang tidak hanya semata-mata mencukupi kebutuhan BBM, tapi juga akan di integrasikan dengan industri penunjang yaitu petrokimia. Pihaknya menyadari tantangan menarik investasi kilang tidaklah mudah karena  selain padat modal juga berisiko tinggi sehingga diperlukan kemudahan berinvestasi.

Namun, sejauh ini Indonesia diuntungkan dengan stabilitas ekonomi dan politik sehingga menjadi modal penting dalam hal menarik investasi. "Jadi, tidak salah jika salah satunya Arab Saudi melihat Indonesia karena stabilitas ekonomi dan politik relatif stabil. Dari sisi izin, siapa pun yang investasi dihilir kami Iangsung berikan izin niaga," ujarnya. 

Selain kerja sama kilang, Arab Saudi juga menawarkan Pertamina berniaga di Arab Saudi. Pertamina diberi kesempatan menjual produk avturnya di Bandara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah. Tidak hanya itu, Pertamina juga ditawari membangun rumah sakit di Arab Saudi mengingat banyaknya jamaah haji dan umrah dari Indonesia. "Kami memang diberikan kesempatan menjual avtur di Jeddah. Alasarmya karena masyarakat Indonesia yang umrah dan haji di sana sangat banyak. Selain itu, juga diberikan kesempatan membangun rumah sakit pertamina disana".

Pada kesempatan yang sama, Ketua Koordinator Gas Industri Kadin Ahmad Wijaya beranggapan sudah seharusnya Arab Saudi memberikan timbal balik investasi di Indonesia. Pasalnya, sejauh ini Pertamina membeli produk impor elpiji dari Saudi Aramco. "Pertamina selama ini sudah membeli produk LPG dari Saudi Aramco. Sekarang timbal baliknya apa yang harus diberikan kepada Indonesia,”.

Dia juga mendorong kerja sama nota kesepahaman government to government (G to G) antara Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi dapat ditindaklanjuti menjadi business to business (B to B) sehingga pembangunan kilang benar-benar dapat direalisasikan.

Dia juga berharap kilang tidak hanya meningkatkan pasokan BBM, tetapi juga harus menghasilkan industri penunjang untuk menghasilkan nilai tambah di dalam negeri.

Koran Sindo, Page-8, Monday, March, 6, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel