PT Energi Nusantara Red and White would open the opportunity for the State Electricity Company to utilize liquefied natural gas terminal and regasification facility to be built. The local energy company plans to build a liquefied natural gas terminal and regasification terminal in Bantaeng, South Sulawesi. The facility was built with integrated gas power plants "and steam (power plant) with a capacity of 600 megawatts (MW). President Director of Energi Nusantara Westana H. Wiraatmadja said the LNG receiving facility was actually built to sustain the operation of the power plant in Bantaeng hers.
However, it will open up opportunities for PLN to use gas infrastructure facilities that will be built if necessary. Because, it is committed to supporting the national energy supply security. Westana realize the magnitude of the gas demand in Indonesia has not been supported by adequate infrastructure. Therefore, he hoped the infrastructure built to help facilitate the distribution of gas.
"We are very willing to PLN asks if this facility for the distribution of gas, because it is currently the biggest buyer of LNG is the electricity sector," he said, Friday (24/2). Meanwhile, the facility will require an investment of US $ 580 million or equivalent to Rp 7.8 trillion.
Westana targeting these facilities can already be built early next year and operate in 2023, in parallel with the power plant. For funding, it claimed to have received a potential creditor. Unfortunately, he was not willing to mention the financial institution which has been targeted to disburse funds for the project.
According to the plan, the LNG terminal will have a storage tank size 120000-150000 m3, equivalent to 54,000 tons of LNG. He also said that it is possible to increase the capacity of the tank if necessary. "We expect LNG receiving terminal could be a hub for the distribution of LNG. Thus, the city gas network could also be developed, "said Wesrana.
In the development of integration projects, LNG facilities and power plant, Energy Nusantara took Sinland Development, a subsidiary of China Machinery Engineering Corporation (CMEC) as an engineering contractor. Westana explained, it wants to build a project that energy to meet the electricity demand in the Industrial Area Bantaeng (Kiba) increases.
That potential will be utilized given the smelter industry development in the region. Gas infrastructure construction investment is expected to reach US $ 70 billion-US $ 80 billion by 2050. Meanwhile, domestic energy needs is projected to continue growing at about 4% -5% per year.
Chairman of Indonesia Gas Society who also menjaadi as Plt. Pertamina Director Yenni Andayani said the growing domestic energy needs is due to the growing population of middle class and increasing gross domestic product. The growth rate is much higher tersebur with global energy consumption growth.
IN INDONESIAN
Energi Nusantara Buka Peluang bagi PLN
PT Energi Nusantara Merah Putih bakal membuka kesempatan bagi PT Perusahaan Listrik Negara untuk memanfaatkan terminal gas alam cair serta fasilitas regasifikasi yang akan dibangun. Perusahaan energi lokal tersebut berencana membangun terminal gas alam cair serta terminal regasifikasi di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Fasilitas tersebut dibangun terintegrasi dengan pembangkit listrik tenaga gas” dan uap (PLTGU) berkapasitas 600 megawatt (MW). Presiden Direktur Energi Nusantara Westana H. Wiraatmadja mengatakan fasilitas penerimaan LNG tersebut sebenarnya dibangun untuk menopang beroperasinya PLTGU di Bantaeng miliknya.
Namun, pihaknya akan membuka peluang bagi PLN untuk menggunakan fasilitas infrastruktur gas yang akan dibangunnya itu jika diperlukan. Pasalnya, pihaknya berkomitmen untuk mendukung ketersediaan pasokan energi secara nasional. Westana menyadari besarnya kebutuhan gas di Indonesia belum ditopang oleh infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, dia berharap infrastruktur yang dibangun tersebut dapat membantu memfasilitasi penyaluran gas.
“Kami sangat bersedia kalau PLN meminta fasilitas ini untuk distribusi gas, karena memang saat ini pembeli terbesar LNG adalah sektor ketenagalistrikan,” katanya, Jumat (24/2). Adapun, fasilitas ini akan membutuhkan investasi sebesar US$ 580 juta atau setara Rp 7,8 triliun.
Westana menargetkan fasilitas ini sudah dapat dibangun pada awal tahun depan dan beroperasi pada 2023, paralel dengan pembangkit listrik. Untuk pendanaan, pihaknya mengaku telah mendapat kreditur potensial. Sayangnya, dia belum bersedia menyebut lembaga keuangan mana yang telah dibidik untuk mengucurkan dana bagi proyek tersebut.
Menurut rencana, terminal LNG tersebut akan memiliki ukuran tangki penyimpanan 120.000-150.000 m3 atau setara dengan 54.000 ton LNG. Dia juga mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk menambah kapasitas tangki jika dibutuhkan. “Kami berharap LNG receiving terminal bisa jadi hub untuk distribusi LNG. Dengan demikian, jaringan gas kota juga bisa dikembangkan,” kata Wesrana.
Dalam pengembangan proyek integrasi fasilitas LNG dan PLTG, Energi Nusantara menggandeng Sinland Development, anak usaha China Machinery Engineering Corporation (CMEC) sebagai kontraktor engineering. Westana menjelaskan, pihaknya berkeinginan membangun proyek energi tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kawasan Industri Bantaeng (KIBA) yang semakin meningkat.
Potensi tersebut dimanfaatkan mengingat akan dikembangkannya industri smelter di kawasan tersebut. Investasi pembangunan infrastruktur gas diprediksi mencapai US$70 miliar-US$ 80 miliar hingga 2050. Adapun, kebutuhan energi domestik diproyeksikan terus tumbuh sekitar 4%-5% per tahun.
Chairman Indonesia Gas Society yang juga menjaadi sebagai Plt. Direktur Pertamina Yenni Andayani mengatakan meningkatnya kebutuhan energi domestik ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya produk domestik bruto. Angka pertumbuhan tersebur jauh lebih tinggi dengan pertumbuhan konsumsi energi secara global.
Bisnis Indonesia, Page-30, Monday, Feb, 27, 2017
No comments:
Post a Comment