Masela Block Development
The government expects there will be an agreement with Inpex Masela matter during the visit of Japanese Prime Minister Shinzo Abe to Indonesia this weekend. Because until now, no formal agreement on the development plan of oil and gas blocks in the Arafura Sea this.
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said that until now there are two options Abadi field development, the Masela block. These two options are still to be negotiated with Inpex Corporation is a Japanese oil and gas company.
Therefore, it hoped there was an agreement when Japanese Prime Minister Shinzo Abe visited Indonesia on 15-16 January. Hope can be signed. He explained that the presence of these two scenarios related to the government's desire to develop the petrochemical industry. The reason, Indonesia has been only one factory that can turn gas to propylene and polyethylene. This encourages the import of this product to be quite large. So we want to build the petrochemical industry in the region Masela, "said Arcandra.
These two options, he said, related to the portion of the gas that is processed into liquefied natural gas (liquefied natural gas / LNG) and petrochemical industry rations. One option would be to make the capacity of the LNG plant was built large enough, while the share of small petrochemical gas. In contrast the other options, the capacity of the LNG plant will not be too big, but the supply of gas for petrochemical quite large. Planned refinery capacity of about 7.5 to 9.5 million tons per year.
Depending we see if it can be achieved that buy gas for which we offer, "he explained. About the price of gas itself, which he called highly dependent on the economic value of the project. Gas prices are determined by the cost and volume produced. One incentive that has been approved by the government for the Masela Block, the replacement of the contract period. This replacement is provided in order to appreciate Inpex has been carrying out exploration activities in the Masela and compensation schemes change from a floating LNG plant construction be on land. Replacement given the seven years.
Replacement of the contract period is one incentive that prompted Inpex to be able to continue the development of the Masela block. Inpex asked for suspension of the contract for 10 years which is used to conduct a study to build a refinery on land. However, the replacement of the contract is not the only incentive The requested.
In a letter to the government, there are other incentives that prompted Inpex. Details, the increase in the production capacity of 7.5 million tonnes per year (million tonnes per annum / MTPA) to 9.5 MTPA, the ratio of return on investment (internal rate of return / IRR) of 15%, return on operating costs since the contract was signed in 1998, and acceleration of licensing.
The government was targeting so that the final investment decision (final investment decision / FID) Masela can be implemented in 2019. Furthermore, the first block gas production is expected to flow in 2026. At the end of March 2016, the government rejected the proposed revisions filed POD Inpex Masela , In the POD revision Masela with the development of floating LNG.
Inpex was asked to resubmit the POD with the scheme as directed pemenntah. In the POD, otherwise Masela gas reserves reach 10.7 trillion cubic feet. Gas production is estimated to be 1,200 million cubic feet per day (million standard cubic feet per day / MMSCFD) and condensate 24 thousand barrels per day (bpd). While the planned LNG plant capacity to 7.5 MTPA.
IN INDONESIAN
Pengembangan Blok Masela
Kedatangan Perdana Menteri Jepang Diharapkan Hasilkan Keputusan
Pemerintah mengharapkan akan ada kesepakatan dengan Inpex Corporation soal Blok Masela saat kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Indonesia pada akhir pekan ini. Pasalnya hingga sekarang, belum ada kesepakatan resmi atas rencana pengembangan blok migas di Laut Arafura ini.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, sampai saat ini masih ada dua opsi pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela. Dua opsi ini masih harus dinegosiasikan dengan Inpex Corporation yang merupakan perusahaan migas asal Jepang.
Karenanya, pihaknya berharap ada kesepakatan ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berkunjung ke Indonesia pada 15-16 Januari ini. Semoga bisa ditandatangani. Dia menjelaskan, adanya dua skenario ini terkait keinginan pemerintah untuk mengembangkan industri petrokimia. Pasalnya, Indonesia sampai saat ini baru memiliki satu pabrik yang dapat mengubah gas menjadi propilena dan polietilena. Hal ini mendorong impor atas produk ini menjadi cukup besar. Makanya kami mau membangun industri petrokimia di kawasan Blok Masela,” kata Arcandra.
Dua opsi tersebut, kata dia, terkait porsi gas yang diolah menjadi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan jatah industri petrokimia. Salah satu opsi akan membuat kapasitas kilang LNG yang dibangun cukup besar, sementara jatah gas petrokimia kecil. Sebaliknya opsi lainnya, kapasitas kilang LNG tidak akan terlalu besar, tetapi pasokan gas untuk petrokimia cukup besar. Kapasitas kilang direncanakan sekitar 7,5-9,5 juta ton per tahun.
Tergantung kami lihat apakah bisa tercapai yang membeli gas sebesar yang kami tawarkan,” jelas dia. Soal harga gasnya sendiri, disebutnya sangat tergantung pada nilai keekonomian proyek. Harga gas ditentukan oleh biaya dan volume yang diproduksikan. Satu insentif yang telah disetujui pemerintah untuk Blok Masela yakni penggantian masa kontrak. Penggantian ini diberikan guna mengapresiasi Inpex yang telah melaksanakan kegiatan eksplorasi di Blok Masela dan kompensasi perubahan skema pembangunan Kilang LNG dari terapung menjadi di darat. Penggantian yang diberikan yakni tujuh tahun.
Penggantian masa kontrak ini merupakan salah satu insentif yang diminta Inpex untuk dapat melanjutkan pengembangan Blok Masela. Inpex meminta penangguhan masa kontrak selama 10 tahun yang digunakan untuk melakukan kajian pembangunan kilang di darat. Namun, penggantian masa kontrak ini bukan satu-satunya insentif yang diminta.
Dalam suratnya ke pemerintah, terdapat insentif lain yang diminta Inpex. Rincinya, peningkatan kapasitas produksi dari 7,5 juta ton per tahun (million ton per annum/MTPA) menjadi 9,5 MTPA , rasio pengembalian investasi (internal rate of return/IRR) 15%, pengembalian biaya operasi sejak kontrak diteken pada 1998, dan percepatan perizinan.
Pemerintah sempat menargetkan agar keputusan investasi akhir (final investment decision/ FID) Blok Masela dapat dilaksanakan pada 2019. Selanjutnya, produksi gas pertama blok ini diharapkan dapat mengalir pada 2026. Pada akhir Maret 2016, pemerintah menolak usulan revisi POD Blok Masela yang diajukan Inpex. Dalam revisi POD itu Masela dengan pengembangan kilang LNG terapung.
Inpex pun diminta mengajukan kembali POD dengan skema sesuai arahan pemenntah. Dalam POD itu, cadangan gas Blok Masela dinyatakan mencapai 10,7 triliun kaki kubik. Produksi gas diperkirakan dapat sebesar 1.200 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) dan kondensat 24 ribu barel per hari (bph). Sementara kapasitas kilang LNG direncanakan 7,5 MTPA.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Jan, 14, 2017
No comments:
Post a Comment