Unitization Jambaran-Tiung Biru
PT Pertamina EP Cepu to spend approximately US $ 100 million to continue construction projects Jambaran Field unitization and Tiung Blue. The project continues despite the government fail to provide incentives. President Director of PT Pertamina EP Cepu Adriansyah said it considered the project Jambaran-Tiung Blue still can be run economically without an incentive. Although, ExxonMobil as partners, objected because the incentives to cover the lack of return on investment (internal rate of return / IRR) is needed. The project still endeavored go ahead even without incentives from the government. Budgets are prepared under US $ 100 million.
He admits, the budget for Jambaran-Tiung Blue are not too big. Because the activities carried out this year has not been a lot of construction activities. Activities conducted namely construction engineering (engineering), the preparation, and the release of a small portion of land required. We still plan can kick off the project earlier this year, said Ardiandyah.
He explained, Project Blue Jambaran-Tiung must be a way for the economic value is not further eroded. Each delay the production schedule (on stream) one year IRR dropped calls resulted in a value of more than 2%. This is because the cooperation contract ended in 2035. Now we are talking about the best solution with all partners in Cepu.
However, the completion of this project is expected to remain over the target in the development plan (plan of development / POD) ie 2019. According Ardiansyah, it strive for Jambaran-Tiung Project Blue can start producing gas in 2020. "Target on stream in 2020 to keep the project remains economically viable.
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar confirmed that there is no incentive for Jambaran-Tiung Project Blue. He said he will evaluate the project so that the cost may be minimized as efficiently as possible. The target is the (price of gas) USS 7 per mmbtu (million British thermal units) in 2019, "he said. Earlier, after the revision of the POD, the development of Project Blue Jambaran-Tiung uncertainty inhibited the absorption of gas. This is due to the absence of an agreement about the gas price with the buyer at the time, namely PT Pupuk Kujang Cikampek. Finally, PT Pertamina decided to take the entire gas produced from this project. Ardiansyah said, there is no change regarding the purchase of this gas. The gas produced will be taken Pertamina to flow into the Semarang-Gresik pipeline being built.
Blue-Jambaran Tiung field could produce up to 320 MMSCFD gas. However, the carbon dioxide content of 30%, the clean gas which can be used just about 180-185 MMSCFD. Initially, the gas production of 100 MMSCFD allocated to PT Pertamina, while the remaining 85 MMSCFD to PT Pupuk Kujang. Blue-Jambaran Tiung project is a unitized fields in two oil and gas blocks and blocks namely Block Cepu owned by PT Pertamina Ep comprising Tiung Field Blue and Jambaran.
There are many companies involved in the development of this project namely Pertamina ER Exxon Mobil Cepu Limited, Ampolex (a subsidiary of Mobil Cepu), and Pertamina EP Cepu as the operator of the project.
IN INDONESIAN
Unitisasi Jambaran-Tiung Biru
2017, Pertamina EP Siapkan Dana Sekitar US$ 100 Juta
PT Pertamina EP Cepu menyiapkan dana sekitar US$ 100 juta untuk melanjutkan pengerjaan Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran dan Tiung Biru. Proyek tetap dilanjutkan meski pemerintah batal memberikan insentif. Presiden Direktur PT Pertamina EP Cepu Adriansyah mengatakan, pihaknya menilai Proyek Jambaran-Tiung Biru tetap dapat dijalankan secara ekonomi tanpa insentif. Meskipun, ExxonMobil selaku mitranya, keberatan lantaran insentif untuk menutupi kekurangan tingkat pengembalian modal (internal rate of return/IRR) yang dibutuhkan. Proyek tetap diusahakan jalan terus meski tanpa insentif dari pemerintah. Anggaran yang disiapkan di bawah US$ 100 juta.
Dia mengakui, anggaran untuk Jambaran-Tiung Biru memang belum terlalu besar. Pasalnya, kegiatan yang dilakukan pada tahun ini belum banyak kegiatan konstruksi. Aktifitas yang dilakukan yakni pengerjaan rekayasa (engineering), persiapan, dan pembebasan sebagian kecil lahan yang dibutuhkan. Kami masih merencanakan dapat melakukan kick off project pada awal tahun ini, kata Ardiandyah.
Dia menjelaskan, Proyek Jambaran-Tiung Biru harus segera jalan agar nilai ke ekonomiannya tidak semakin tergerus. Setiap penundaan jadwal produksi (on stream) satu tahun disebutnya mengakibatkan IRR turun nilai lebih dari 2%. Hal ini lantaran kontrak kerja samanya berakhir pada 2035. Sekarang kami sedang bicarakan solusi terbaik dengan semua partner di Blok Cepu.
Meski demikian, penyelesaian proyek ini diperkirakan tetap melebihi target dalam rencana pengembangan (plan of development/ POD) yakni 2019. Menurut Ardiansyah, pihaknya mengupayakan agar Proyek Jambaran-Tiung Biru dapat mulai menghasilkan gas pada 2020. “Target on stream di 2020 untuk menjaga agar proyek tetap ekonomis.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar membenarkan bahwa tidak ada insentif bagi Proyek Jambaran-Tiung Biru. Pihaknya akan mengevaluasi proyek ini sehingga biaya yang diperlukan bisa ditekan seefisien mungkin. Targetnya adalah (harga gas) USS 7 per mmbtu (juta british thermal unit) pada 2019,” kata dia. Sebelumnya, pasca revisi POD, pengembangan Proyek jambaran-Tiung Biru terhambat ketidakpastian penyerapan gas. Hal ini lantaran tidak adanya kata sepakat soal harga gas dengan calon pembeli saat itu, yakni PT Pupuk Kujang Cikampek. Akhirnya, PT Pertamina memutuskan untuk mengambil seluruh gas yang dihasilkan dari proyek ini. Ardiansyah mengatakan, tidak ada perubahan terkait pembelian gas ini. Gas yang dihasilkan akan diambil Pertamina untuk dialirkan ke Pipa Gresik-Semarang yang tengah dibangun.
Lapangan Tiung Biru-Jambaran sebenarnya bisa menghasilkan gas hingga 320 mmscfd. Namun dengan kandungan karbon dioksida sebesar 30%, gas bersih yang bisa digunakan hanya sekitar 180-185 mmscfd. Awalnya, produksi gas sebanyak 100 mmscfd dialokasikan untuk PT Pertamina, sementara sisanya 85 mmscfd untuk PT Pupuk Kujang. Proyek Tiung Biru-Jambaran merupakan unitisasi lapangan-lapangan di dua blok migas yakni Blok Cepu dan blok milik PT Pertamina ER yang terdiri dari Lapangan Tiung Biru dan Jambaran.
Terdapat banyak perusahaan yang terlibat dalam pengembangan proyek ini yakni Pertamina EP, Exxon Mobil Cepu Limited, Ampolex (anak usaha Mobil Cepu), dan Pertamina EP Cepu selaku operator proyek.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Jan, 14, 2017
No comments:
Post a Comment