google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Tahun Depan Pasokan Minyak Dunia Diprediksi Kembali Berlimpah - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Friday, November 11, 2016

Tahun Depan Pasokan Minyak Dunia Diprediksi Kembali Berlimpah



Pasar minyak dunia berpotensi kembali mengalami surplus pada 2017, apabila Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tak jadi memangkas produksinya. Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan terbarunya menyebutkan, surplus produksi tersebut a.l. disebabkan oleh meningkatnya pasokan dari negara-negara penghasil minyak, tetapi gagal diimbangi oleh permintaan. Dalam laporan bulanannya tersebut, IEA mengatakan pasokan minyak global naik 800.000 barel per hari pada Oktober menjadi 97,8 juta barel per hari.

    Jumlah tersebut naiknya produksi minyak negara OPEC dan juga menigkatnya produksi dari non-anggota OPEC Seperti Rusia, Brasil, Kanada dan Kazakhstan. IEA menambahkan, apabila negara anggota OPEC dan non-aggota tetap memacu produksinya pada kondisi normal, maka harga minyak berpotensi kembali jatuh. IEA yang berbasis di Paris ini memproyeksi pertumbuhan permintaan minyak pada 2017 akan tetap berada pada posisi 1,2 juta barel per hari. Konsumsi tersebut turun jauh dari 2015 yang berhasil menembus 1,8 juta barel per hari.

    Dalam pertemuan di Aljazair pada Oktober lalu, negara anggota OPEC siap untuk memangkas produksinya secara kolektif sebesar 700.000 barel per hari, dari kisaran produksi normalnya selama ini yang mencapai 33,24 juta barel per hari. IAE juga memprediksi permintaan China dan India relatif sama pada tahun depan. Kedua negara tersebut menjadi konsumen minyak terbesar di dunia. Lembaga tersebut melihat, kondisi perekonomian pada tahun masih belum akan membaik, sehingga memengaruhi aktivitas produksi terutama China dan India.

    Arab Saudi mengaku siap meningkatkan kembali produksi minyaknya, meskipun telah menyatakan siap membatasi produksinya pada pertemuan OPEC bulan lalu. Hal ini dilakukan lantaran Iran menolak ikut membatasi produksi minyaknya. Rencana Riyadh tersebut terungkap setelah lima pejabat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) membeberkan hasil pertemuan para pejabat negara anggota dan non-anggota organisasi tersebut pada 28 Oktober lalu.

    Arab Saudi mengancam untuk meningkatkan produksi mereka hingga 11 juta-12 juta barel per hari karena Iran tak mau ikut membatasi produksinya. Saat ini, Arab Saudi telah memproduksi minyak sebesar 10,50 juta-10,70 juta barel per hari. Negara ini pun berkomitmen Lmtuk ikut serta dalam pemangkasan produksi minyak global dalam pertemuan OPEC di Aljazair Oktober lalu, demi memacu kembalinya harga minyak dunia. Iran berpotensi memicu konflik kembali dengan Arab Saudi setelah kembali menolak wacana pembatasan produksi minyak dalam pertemuan pada 28 Oktober lalu.

    Pertemuan informal di luar konferensi resmi OPEC pada 30 November tersebut, berakhir deadlock karena Riyadh maupun Teheran enggan menyamakan visi. Iran mengaku enggan untuk iktu membatasi produksi minyaknya lantaran embargo yang diberikan oleh Uni Eropa baru saja dicabut tahun ini. Mereka berdalih, pemompaan produksi minyak dalam jumlah besar, akan memulihkan kembali ladang dan industri minyak mereka yang selama ini mati suri karena embargo.

IN ENGLISH

Year Future World Oil Supply Predicted Back Amply

    The world oil market has the potential to come back to have a surplus in 2017, when the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) is not so cut production. The International Energy Agency (IEA) in its latest report said that the production surplus a.l. caused by increased supply from oil-producing countries, but failed to be offset by demand. In the monthly report, the IEA said global oil supply rose 800,000 barrels per day in October to 97.8 million barrels per day.

    The number of rising oil production of OPEC countries and the increasing production of non-OPEC members like Russia, Brazil, Canada and Kazakhstan. The IEA added that if OPEC members and non-aggota remain spur production in normal conditions, oil prices could potentially fall back. The Paris-based IEA is projecting world oil demand growth in 2017 will still be in a position of 1.2 million barrels per day. The consumption down considerably from 2015 broke through the 1.8 million barrels per day.

    In a meeting in Algeria in October, OPEC members are ready to cut production collectively amounting to 700,000 barrels per day, out of the range of normal production during these reach 33.24 million barrels per day. IAE also predicts demand from China and India is relatively the same in the next year. The two countries have become the largest oil consumer in the world. The agency view, the economic conditions in still yet to be improved, thus affecting production activities, especially China and India.

    Saudi Arabia claimed ready to increase its oil production back, although it has expressed readiness to restrict production in the OPEC meeting last month. This is done because Iran refused to participate limiting oil production. Riyadh's plan was revealed after five officials of the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) revealed the results of a meeting of officials of the member countries and non-members of the organization on 28 October.

    Saudi Arabia threatened to increase their production to 11 million-12 million barrels per day because Iran refused to go restrict production. Currently, Saudi Arabia has been producing oil of 10.50 million to 10.70 million barrels per day. The country is also committed Lmtuk participate in global oil production cuts in OPEC meeting in Algeria last October, to spur the return of world oil prices. Iran could potentially trigger renewed conflict with Saudi Arabia once again rejected the discourse restrictions on oil production at its meeting on October 28 last.

    The informal meeting outside the official conference of the OPEC on November 30, ending a deadlock because of Riyadh and Tehran are reluctant to create a unified vision. Iran claimed reluctant to iktu limit its oil production because of the embargo given by the European Union has just lifted this year. They argue, pumping oil production in large quantities, will restore their oil fields and industries that have been dormant because of the embargo.

Bisnis Indonesia, Halaman : 5 Jumat, 11 Nop 2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel