google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 UEA Can Enter Bontang Refinery - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Thursday, January 16, 2020

UEA Can Enter Bontang Refinery



Jokowi regretted the progress of building a slow refinery.


PT Pertamina (Persero) has the opportunity to have a new business partner in the refinery construction project. This time the Bontang New Grass Root Refinery (NGRR) project is open to having new business partners. At present Pertamina has signed a framework agreement or framework agreement with Overseas Oil and Gas LLC (OOG) from Oman.

Overseas Oil and Gas LLC (OOG) from Oman

The Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment Luhut Binsar Pandjaitan said that the replacement of business partners is very possible because the government is currently pushing the acceleration of Pertamina refinery infrastructure development. One candidate who can replace OOG, he said, is a company from the United Arab Emirates (UAE).

"Oman we want to find it possible with Abu Dhabi (UAE). It is very possible to change partners," Luhut said at the Maritime and Investment Ministry's office in Jakarta.

Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut revealed, in the next few days, there will be a continuation of agreements with the UAE Government on several energy projects in Indonesia. There are two companies that might be able to replace OOG, namely Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) and Mubadala.

Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc)

"It could be from Adnoc, it could also be from Mubadala," he said.

Mubadala Petroleum

According to Luhut, the option to change partners was because there was no significant progress in the construction of the Bontang Refinery.

"The point is, if they are not credible, how many years has it been canceled, they will be able to enter from Abu Dhabi later," Luhut said.

OOG has signed a memorandum of understanding with two local companies as its partners, namely PT Meta Epsi which is an engineering, procurement and construction company and PT Sanuharta Mitra which is a company in the field of property and hotel development. Both are planned to work on supporting facilities outside the battery limit (EPC OSBL).

Meanwhile, for partners from the technology side, OOG is looking for partners from European companies that have a portfolio of cooperation. The construction of a refinery in Bontang, East Kalimantan, is expected to contribute to the addition of an oil processing capacity of 300 thousand barrels per day which will produce major products in the form of gasoline and diesel fuels.

President Joko Widodo (Jokowi)

Separately, President Joko Widodo (Jokowi) claimed to have ordered Pertamina's Chief Commissioner Basuki Tjahaja Purnama and Pertamina's President Director Nicke Widyawati to immediately complete the oil refinery construction project. The president regretted the slow progress of building refineries, even though the need for refineries is urgent for processing domestic fuel.

Basuki Tjahaja Purnama and Nicke Widyawati

Jokowi views that the main solution to the Current Account Deficit (CAD) and the trade balance deficit is to reduce fuel imports. Jokowi said Indonesia must be able to process its own fuel. This means that inevitably Indonesia must have sufficient refinery facilities to meet domestic needs.

"The development of oil refineries, we have to! It has been 34 years that we have not been able to build refineries, it is too much. I have told them to be on guard and follow the progress," Jokowi said.

Basuki Tjahaya Purnama AKA Ahok

Jokowi also specifically asked Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) and Nicke to oversee the realization of the use of B30. In addition, the President also asked Pertamina to make full effort to increase oil and gas lifting. The progress of developing oil refineries in a number of projects is hampered.

Nicke Widyawati

In addition to the Bontang refinery, construction of the refinery in Cilacap, Central Java was also hampered because Pertamina did not immediately agree with its prospective partner, Saudi Aramco. Meanwhile, the development of refineries in Balikpapan, East Kalimantan, is said to show positive progress and is targeted to be completed in 2023.

Saudi Aramco

IN INDONESIA

UEA Bisa Masuk Kilang Bontang


Jokowi menyayangkan progres pembangunanat. kilang lamb

PT Pertamina (Persero) berpeluang memiliki mitra usaha baru dalam proyek pembangunan kilangnya. Kali ini proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Bontang terbuka untuk memiliki mitra usaha baru. Saat ini Pertamina telah menandatangani kerangka kerja sama atau framework agreement dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) asal Oman. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penggantian mitra usaha sangat mungkin dilakukan karena pemerintah saat ini sedang mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kilang Pertamina. Salah satu kandidat yang bisa menggantikan OOG, kata dia, adalah perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA). 

"Oman kita mau carikan mungkin dengan Abu Dhabi (UEA). Sangat bisa berganti mitra," ujar Luhut di kantor Kemenko Maritim dan Investasi di Jakarta.

Luhut mengungkapkan, dalam beberapa hari ke depan akan ada kelanjutan perjanjian dengan Pemerintah UEA tentang beberapa proyek energi di Indonesia. Ada dua perusahaan yang mungkin bisa menggantikan OOG, yakni Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) dan Mubadala. 

"Bisa dari Adnoc, bisa juga dari Mubadala," ujarnya.

Menurut Luhut, opsi untuk mengganti mitra karena tidak ada progres berarti dalam pembangunan Kilang Bontang. 

"Intinyanya kalau mereka tidak kredibel, kan sudah berapa tahun ini batal, nanti bisa masuk dari Abu Dhabi ," kata Luhut.

OOG telah menandatangani nota kesepahaman dengan dua perusahaan lokal sebagai mitra kerjanya, yaitu PT Meta Epsi yang merupakan perusahaan teknik, pengadaan, dan konstruksi serta PT Sanuharta Mitra yang merupakan perusahaan dalam bidang pengembangan properti dan hotel. Keduanya direncanakan menggarap fasilitas penunjang outside battery limit (EPC OSBL). 

Sementara itu, untuk mitra dari sisi teknologi, OOG mencari mitra dari perusahaan Eropa yang memiliki portofolio kerja sama. Pembangunan kilang di Bontang, Kalimantan Timur, diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penambahan kapasitas pengolahan minyak sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan produk utama berupa Bahan Bakar Minyak (BBM) gasolin dan diesel.

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah memerintahkan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati untuk segera merampungkan proyek pembangunan kilang minyak. Presiden menyayangkan progres pembangunan kilang yang lambat, padahal kebutuhan terhadap kilang mendesak untuk pengolahan BBM dalam negeri. 

Jokowi memandang solusi utama pada defisit transaksi berjalan (CAD) dan defisit neraca perdagangan adalah menekan impor BBM. Indonesia kata Jokowi harus mampu mengolah BBM sendiri. Artinya, mau tak mau Indonesia harus memiliki fasilitas kilang pengolahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Pembangunan kilang minyak, harus! Sudah 34 tahun tidak bisa membangun kilang, keterlaluan. Saya suruh kawal betul dan ikuti terus progresnya," ujar Jokowi.

Jokowi juga secara khusus meminta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Nicke untuk mengawal realisasi penggunaan B30. Selain itu, Presiden juga meminta Pertamina berupaya penuh meningkatkan lifting migas. Progres pengembangan kilang minyak di sejumlah proyek memang terkendala. 

Selain Kilang Bontang, pembangunan kilang di Cilacap, Jawa Tengah juga terhambat karena Pertamina tidak segara sepakat dengan calon mitranya, Saudi Aramco. Sementara itu, pengembangan kilang di Balikpapan, Kalimantan Timur, disebut menunjukkan progres positif dan ditargetkan rampung pada 2023 mendatang.

Republika, Page-13, Wednesday, 11 Dec 2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel