google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Abu Dhabi Aims for Energy Sector Investment in Indonesia - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Monday, January 27, 2020

Abu Dhabi Aims for Energy Sector Investment in Indonesia



Indonesia strengthens relations with the United Arab Emirates (UAE). The two countries agreed on a number of cooperation and investments. Of the 16 agreements, Indonesia and the UAE agreed on five agreements in the fields of religion, education, agriculture, health, and counter-terrorism. While there are 11 business agreements signed by the two countries, covering the fields of energy, oil, and gas, petrochemicals, ports, telecommunications, and research. The total estimated investment value obtained from these 11 agreements reached Rp 314.9 trillion or the US $ 22.89 billion.

The UAE has high confidence in the development of the energy sector business in Indonesia. A total of 11 business agreements have been signed-in part for the energy business, said the Head of the Public Information Services and Cooperation Biro Ministry of Energy and Mineral Resources, Agung Pribadi.

PT Pembangkit Jawa Bali investment (PJBI)

One of the agreements in the business sector is the construction of a floating solar power plant in Cirata Reservoir, West Java. Later, the Masdar renewable energy company (EBT) based in Abu Dhabi UAE, will partner with PT Pembangkit Jawa Bali investment (PJBI) to build Cirata Floating PLTS with a capacity of 145 megawatt peak (MWp).

The investment value in the plant is estimated to reach Rp 1.8 trillion. Cirata Floating PLTS will break the record of the largest solar power plant in the ASEAN region after PLTS in the Philippines, Cadiz Solar Powerplant of 132.5 MW.

In addition to developing EBT-based electricity, Indonesia and the UAE agreed on a number of oil and gas projects such as the development of the Balikpapan RUV V Refinery Development Master Plan (RDMP) between Pertamina and Mubadala.

Later, RDMP RU V Balikpapan will increase refinery processing capacity from 260,000 barrels per day (BPD) to 360,000 BPD and improve product quality from fuel equivalent to Euro II to Euro V. The other agreed cooperation is about developing the potential of crude oil in Balongan between Pertamina and the Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), to the supply of liquified natural gas (LPG) between the two companies.


In the mineral subsector, Indonesia and the UAE signed a collaboration involving Emirates Global Aluminum (EGA) and PT Indonesia Mahan Aluminum (Mind Id) in the context of increasing the production of ingot alloys and billets.

During the test period (oba, planned additional production is around 20,000 tons with a current normal production capacity of 250,000 tons. In fact, the Middle East investment record in Indonesia is less encouraging and the value is not significant.


For example, the promise of Saudi Aramco, the Saudi oil and gas giant to build a refinery in Cilacap, Central Java, with Pertamina. The plan is not clear because an agreement has not been established. The negotiations between Pertamina and Aramco began in 2014, or have been in vain for six years.

Then there was the Food and Energy Estate project in Merauke (MIFEE) in Papua in 2010. This 2.5 million hectare project is predicted to save IDR 4.7 trillion in foreign exchange through reducing food imports.

Saudi Binladin Group

Saudi Binladin Group, a construction conglomerate from Saudi Arabia, expressed interest in entering the project. There is even a mention of US $ 4 billion worth of investment interest. But until now there has been no continuation of the Bin Ladin Group investment plan.

During President Joko Widodo's visit to Saudi Arabia on 14 ~ 15 April 2019, Prince Muhammad bin Salman expressed interest in a $ 6 billion investment in the oil and gas sector and tourism in Indonesia. But until now there is also no clarity. 

       Previously, during the state visit of Saudi Arabia's King Salman bin Abdul Aziz AL Saud to Indonesia in 2017, the investment was the only US $ 6 billion or Rp 89 trillion. This figure is far from the value of Saudi Arabia's investment in China which reached the US $ 65 billion or Rp870 trillion.

IN INDONESIA

Abu Dhabi Incar Investasi Sektor Energi di Indonesia


Indonesia mempererat hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Kedua negara menyepakati sejumlah kerjasama dan Investasi dengan. Dari 16 perjanjian, Indonesia dan UEA menyepakati lima perjanjian di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan dan penanggulangan terorisme. Sementara ada 11 perjanjian bisnis yang ditandatangani oleh kedua negara, meliputi bidang energi, minyak dan gas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi dan riset. Total estimasi nilai investasi yang diperoleh dari 11 perjanjian ini mencapai Rp 314,9 triliun atau US$ 22,89 miliar.

UEA menaruh kepercayaan tinggi terhadap pengembangan bisnis sektor energi di Indonesia. Sebanyak 11 perjanjian bisnis yang berhasil ditandatangani  sebagian untuk bisnis energi, kata Kepala Blro Komunkasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi.

Dari sejumlah kesepakatan di sektor bisnis itu salah satunya adalah pembangunan pembangkit Iistrik tenaga surya (PLTS) Terapung dl Waduk Cirata, Jawa Barat. Kelak, perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar yang berbasis di Abu Dhabi UEA, akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali investasi (PJBI) membangun PLTS Terapung Cirata dengan kapasitas 145 mega watt peak (MWp).

Nilai investasi di pembangkit tersebut diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata bakal memecahkan rekor pembangkit tenaga surya terbesar di kawasan ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Selain pengembangan listrik berbasis EBT, Indonesia dan UEA menyepakati sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dan Mubadala. 

Kelak, RDMP RU V Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260.000 barel per hari (bph) menjadi 360.000 bph serta meningkatkan kualitas produk dari BBM setara Euro II menjadi setara Euro V. Adapun kerjasama Iainnya yang disepakati adalah mengenai pengembangan potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), hingga penyediaan liquified natural gas (LPG) antara kedua perusahaan.

Pada subsektor mineral, Indonesia dan UEA menandatangani kerjasama yang melibatkan Emirates Global Aluminium (EGA) dan PT Indonesia Mahan Aluminium (Mind Id) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. 

Pada masa uji (oba, penambahan produksi direncanakan sekitar 20.000 ton dengan kapasitas produksi normal saat ini 250.000 ton. Sejatinya, catatan investasi TimurTengah di Indonesia kurang begitu menggembirakan dan nilainya belum signifikan. 

Contohnya janji Saudi Aramco, raksasa migas Arab Saudi untuk membangun kilang di CiIacap, Jawa Tengah, bersama Pertamina. Rencana tersebut tidak jelas karena belum terjalin kesepakatan. Negosiasi Pertamina dan Aramco dimulai sejak tahun 2014 alias sudah enam tahun Ialu sia-sia.

Kemudian ada proyek Food and Energy Estate di Merauke (MIFEE) Papua pada tahun 2010 silam. Proyek seluas 2,5 juta hektare ini digadang-gadang bisa menghemat devisa Rp 4,7 triliun melalui Pengurangan impor pangan. 

Saudi Binladin Group, konglomerasi konstruksi asal Arab Saudi, sempat menyatakan ketertarikan untuk masuk ke proyek ini. Bahkan disebut-sebut ada minat Investasi senilai US$ 4 miliar. Tapi hingga kini tidak ada kelanjutan atas rencana investasi Bin ladin Group tersebut. 

Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Arab Saudi pada 14~15 April 2019, Pangeran Muhammad bin Salman menyatakan minat Investasi senilal US$ 6 miliar di bidang minyak dan gas serta pariwisata di Indonesia. Namun hingga kini juga belum ada kejelasan. 

King Salman and Jokowi

    Sebelumnya, dalam lawatan kenegaraan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud ke Indonesia pada 2017, investasi yang masuk hanya USS 6 miliar atau Rp 89 triliun. Angka ini terpaut jauh dari nilai investasi Arab Saudi ke China yang mencapai US$ 65 miliar atau Rp 870 triliun.

Kontan, Page-14, Tuesday, Jan 14, 2020

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel