google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Accelerate the Construction of Oil Refineries - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Tuesday, December 11, 2018

Accelerate the Construction of Oil Refineries



PT Pertamina conducted two collaborations to complete the construction of an oil refinery in East Kalimantan. The first project, which is an oil refinery in Bontang, is cooperated with an oil company from Oman, Overseas Oil & Gas (OOG). Bontang Refinery is one of six refinery projects Pertamina will work on until the next 2026.

Nicke Widyawati

Pertamina's Managing Director, Nicke Widyawati, explained, for the refinery in Bontang, the framework agreement between the two companies applies to build a 300 thousand barrel / day refinery and the Petrochemical industry. With the signing of this cooperation, Pertamina can take the next step, namely a feasibility study, including in its economic terms.

"This study will give us a better understanding of the technical configuration of the refinery and the economics of the project as well as recognize the risks that can be anticipated early on for timely project implementation, according to the budget, on specifications, regulations, and achieve project economic targets," Nicke said at Pertamina Headquarters, Monday (10/12).
According to Nicke, the Bontang refinery will later become the largest refinery owned by Pertamina. In addition, the proceeds from the refinery will directly be integrated with the petrochemical plant. In addition to the refinery in Bontang, Pertamina is also conducting development cooperation with Hyundai Engeneering, SK Engeneering, Rekind, and PT PP for the construction of a refinery development master plan (RDMP) in Balikpapan. The construction of a refinery that requires funds of US $ 4 billion or around Rp. 57.8 trillion is planned to be completed by August 2023.

Hyundai Engeneering Co., Ltd.

Nicke said that the refinery is also one of six refinery projects that Pertamina will complete until 2026. If it is already operational, the Balikpapan refinery is predicted to reduce the purchase of diesel fuel by about 17 percent.

"In addition to being able to suppress imports. This refinery will focus on producing, fuel (fuel oil) with a higher standard. So, it will be more environmentally friendly," said Nicke.

PT Pertamina's Megaprojecting and Petrochemical Director, Ignatius Talulembang, said, for oil refineries in Bontang, all funds were spent purely from OOG. Pertamina will get profit sharing around 10 percent. Even so, going forward, Pertamina will slowly buy up 30 percent of share ownership. Through this collaboration in the form of government to government (G to G), Pertamina has the opportunity to open investment in Oman.

Framework Agreement Pertamina & OOG Oman

While for refineries in Balikpapan, Igantius said, since the beginning of 2018 Pertamina has begun preparatory construction, such as the construction of warehouses and workshops, for construction workers. Next year, significant development will be carried out.

"Development takes around 53 months until it starts operating. An additional three months is up to normal operation," Ignatius said.

     The Balikpapan refinery has a capacity of 360 thousand barrels per day. This is a development from the previous refinery with a capacity of only 100,000 barrels per day.

IN INDONESIAN

Percepat Pembangunan Kilang Minyak


PT Pertamina melakukan dua kerja sama untuk menyelesaikan pembangunan kilang minyak di Kalimantan Timur.  Proyek pertama, yaitu kilang minyak di Bontang yang dikerjasamakan dengan perusahaan minyak dari Oman, Overseas Oil & Gas (OOG). Kilang Bontang merupakan salah satu dari enam proyek kilang yang akan dikerjakan Pertamina hingga 2026 mendatang.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menjelaskan, untuk kilang di Bontang, perjanjian framework agreement antara kedua perusahaan berlaku untuk membangun kilang berkapasitas 300 ribu barel/hari dan industri Petrokimia. Dengan ditandatanganinya kerja sama ini, Pertamina bisa melakukan langkah berikutnya, yakni Studi kelayakan, termasuk dalam hal keekonomiannya.

"Studi ini akan memberikan kita pemahaman yang lebih baik tentang konfigurasi teknis kilang dan keekonornian proyek serta mengenal risiko-risiko yang dapat diantisipasi sejak dini untuk pelaksanaan proyek yang tepat waktu, sesuai anggaran, pada spesifikasi, pada peraturan, dan mencapai target keekonomian proyek,” ujar Nicke di Kantor Pusat Pertamina, Senin (10/12).

Menurutnya, kilang Bontang ini nantinya menjadi kilang terbesar yang dimiliki Pertamina. Selain itu, hasil dari kilang ini secara langsung akan diintegrasikan dengan pabrik petrokimia. Selain kilang di Bontang, Pertamina juga melakukan kerja sama pembangunan dengan Hyundai Engeneering, SK Engeneering, Rekind, dan PT PP untuk pembangunan kilang refinery development masterplan (RDMP) di Balikpapan. Pembangunan kilang yang membutuhkan dana sebesar 4 miliar dolar AS atau Sekitar Rp 57,8 triliun ini rencananya Selesai pada Agustus 2023.

Nicke mengatakan, kilang ini juga merupakan salah satu dari enam proyek kilang yang akan diselesaikan Pertamina hingga 2026. Jika telah beroperasi, kilang Balikpapan diprediksi bisa menekan pembelian solar secara impor sekitar 17 persen.

"Selain bisa menekan impor. Kilang ini nantinya akan fokus memproduksi, BBM (bahan bakar minyak) dengan standar lebih tinggi. Jadi, akan lebih ramah lingkungan," kata Nicke.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Ignatius Talulembang, menuturkan, untuk kilang minyak di Bontang, seluruh dana yang dikeluarkan murni dari OOG. Pertamina akan mendapat bagi hasil Sekitar 10 persen. Meski demikian, ke depan, Pertamina secara perlahan akan membeli kepemilikan Saham hingga 30 persen. Melalui kerja sama berbentuk goverment to goverment (G to G) ini, Pertamina memiliki kesempatan untuk membuka investasi di Oman.

Sementara untuk kilang di Balikpapan, Igantius menuturkan, sejak awal 2018 Pertamina telah memulai konstruksi persiapan, seperti pembangunan warehouse dan workshop, untuk para pekerja konstruksi. Tahun depan, pembangunan secara signfikan akan dilakukan.

"Pembangunan membutuhkan waktu sekitar 53 bulan sampai dengan mulai beroperasi. Tambahan tiga bulan lagi sampai beroperasi normal," ujar Ignatius. 
Kilang Balikpapan memiliki kapasitas 360 ribu barel per hari. Ini merupakan pengembangan dari kilang sebelumnya yang berkapasitas hanya 100 ribu barel per hari.

Republika, Page-15, Tuesday, Dec 11, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel