google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Oil Demand Slows - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Thursday, May 24, 2018

Oil Demand Slows



The strengthening of world crude oil prices in futures trading eased in line with rising oil supplies and the United States as a sign that demand for commodities was slowing. On the other hand, the Organization of Crude Oil Exporting Countries (OPEC) is continuing the deal on production cuts to reduce supply compliance. In addition, geopolitical factors in the form of US nuclear sanctions against Iran still greatly affect the movement of oil prices.

In trading Wednesday (16/5) at 20:08 pm, Brent oil futures prices fell 0.67 points or 0.85% US $ 77.76 per barrel. West Texas Intermediate (WTI) oil fell 0.38 points or 053 percent to US $ 70.93 a barrel. The physical market for crude oil declines because of the large supply of crude oil that has not been absorbed through contracts. In fact, the 50% rise in oil prices over the past year has prompted a number of leading companies such as ExxonMobil, Royal Dutch Shell, Chevron, BP and Total to increase production.

"Aggregate production has grown in a number of major producers," said research agency S & P Global, quoted by Reuters.

Meanwhile, crude oil cargo prices are at the lowest discount position for futures contracts in recent years. The reason is that traders are trying to find buyers for West Africa, Russia and Kazakhstan cargoes given the disruption of bottlenecks in oil pipelines in West Texas and Canada.

Under the American Petroleum Institute (API) report, the bottleneck in North America contributed to a 4.9 million barrel increase in US crude inventories, to 435.6 million barrels. Some analysts in the survey said that the crude market will remain tight until the end of the year if the US sanctions against Iran have been realized and the demand for oil has strengthened. In addition, rising oil prices also have an impact on other commodity markets.

"The increase in oil prices carries risks on other commodity prices," said Morgan Stanley report.

Meanwhile, the International Energy Agency (IEA) warned that global oil demand is likely to moderate this year as oil prices begin to approach US $ 80 per barrel and many major importing countries are no longer offering massive subsidies for fuel. In its monthly report, the IEA has cut its forecast for global demand growth to 1.4 million barrels per day for 2018, from an earlier forecast of 1.5 million barrels per day.

"The report looks favored on the negative side. Demand for oil has been revised to be less for the second half of 2018, starting from April, "said PVM Oil Associates strategist Tamas Varga.

Earlier, United Arab Emirates Energy Minister Suhail Al Mazrouei said that 3 OPEC members Saudi Arabia, Kuwait and the United Arab Emirates had sufficient oil reserves to meet the needs of the global market.

"Do not worry about the supply, we think there will be no problems related to US sanctions to Iran," he said.

IN INDONESIA

Permintaan Minyak Melambat


Penguatan harga minyak mentah dunia dalam perdagangan berjangka mereda seiring dengan kenaikan pasokan minyak dan Amerika Serikat sebagai tanda bahwa permintaan komoditas itu melambat. Di sisi lain, organisasi negara pengekspor minyak mentah atau OPEC masih melanjutkan kesepakatan pemangkasan produksi untuk mengurangi kepenuhan pasokan. Selain itu faktor geopolitik berupa sanksi nuklir AS terhadap Iran masih sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak.

Pada perdagangan Rabu (16/5) pukul 20.08 WIB, tercatat harga minyak Brent berjangka turun 0,67 poin atau 0.85% US$77.76 per barel. Minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,38 poin atau 053% menjadi US$70,93 per barel. Pasar fisik untuk minyak mentah menurun karena pasokan minyak mentah banyak yang belum terserap lewat kontrak. Padahal, kenaikan harga minyak yang mencapai 50% selama setahun terakhir ini telah mendorong sejumlah perusahaan ternama seperti ExxonMobil, Royal Dutch Shell, Chevron, BP, dan Total untuk menambah produksinya.

“jumlah produksi agregat mengalami pertumbuhan pada sejumlah produsen utama,” ungkap riset lembaga pemeringkatan S&P Global, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, harga kargo minyak mentah berada pada posisi diskon terendah untuk kontrak berjangka dalam beberapa tahun belakangan.
Pasalnya, pedagang berupaya mencari pembeli untuk kargo Afrika Barat, Rusia, dan Kazakhstan mengingat ada gangguan bottleneck pada saluran pipa minyak di Texas Barat dan Kanada.

Berdasarkan laporan American Petroleum Institute (API), bottleneck di Amerika Utara berkontribusi pada kenaikan persediaan minyak mentah AS
sebanyak 4,9 juta barel, menjadi 435,6 juta barel. Sejumlah analis dalam survei mengatakan bahwa pasar minyak mentah akan tetap mengetat hingga akhir tahun ini jika pembaman sanksi AS terhadap Iran sudah terealisasi dan permintaan minyak menguat. Selain itu, kenaikan harga minyak juga memberikan dampak pada pasar komoditas lain.

“Kenaikan harga minyak membawa risiko pada harga-harga komoditas lain,” ungkap laporan Morgan Stanley.

Adapun, Agen Energi Intemasional (IEA) pada mengingatkan bahwa permintaan minyak global kemungkinan akan moderat pada tahun ini, karena harga minyak mulai mendekati US$ 80 per barel dan banyak negara pengimpor utama tidak lagi menawarkan subsidi besar-besaran untuk bahan bakar. Pada laporan bulanannya, IEA tercatat telah memangkas prediksinya untuk pertumbuhan permintaan global menjadi 1,4 juta barel per hari untuk 2018, dari prediksi sebelumnya sebanyak 1,5 juta barel per hari.

“laporan tersebut terlihat berpihak pada sisi negatif. Permintaan minyak telah direvisi menjadi lebih sedikit untuk semester kedua 2018, terhitung sejak April,” kata strategis PVM Oil Associates Tamas Varga.

Sebelumnya, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei mengatakan bahwa 3 anggota OPEC yakni Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab memiliki cadangan minyak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

“Jangan khawatir tentang pasokan, kami pikir tidak akan ada masalah terkait dengan hasil sanksi AS ke Iran,” ujarnya.

Bisnis Indonesia, Page-16, Thursday, May 17, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel