Expands Downstream Oil and Gas Business, Exxon Mobil Spends US $ 544 Million

ExxonMobil expanded its downstream oil and gas business in Indonesia by acquiring and signing a new contract worth US $ 544 million. The expansion is done for the business of lubricants and fuel oil (BBM). Vice President of Public and Government Affairs of Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto said, it continues to evaluate all investment opportunities in Indonesia. One of them his side to see whether the existing opportunities in accordance with the objectives

business enterprise.

"We see Indonesia is a fast growing market, so we continue to invest, not only in the upstream, but also downstream and petrochemicals," he said on the sidelines of The 42nd IPA Convention and Exhibition 2018 in Jakarta.

Business expansion downstream, realized by ExxonMobil by acquiring 100% PT Federal Karyatama, owner of lubricant brand of Federal Oil and subsidiary of PT Mitra Pinasthika Mulia Tbk. The acquisition transaction is targeted to be completed in the 2018 third quarter with an investment cost of approximately US $ 436 million or Rp 6.08 trillion.

According to Erwin, this acquisition will complement ExxonMobil's lubricant business in Indonesia. Currently oil and gas company from the United States has been marketing special lubricants four-wheeled vehicles with the brand Mobill. The acquisition of Federal Oil makes the company has a two-wheeled lubricant market in Indonesia.

"Because we see the lubricant market in Indonesia is one of the fastest growing lubricant markets in Asia Pasitik," said Erwin.

He is optimistic that ExxonMobil's lubricant market share will rise significantly because Federal Oil itself has a sizeable market. Not only that, it also expands the business of selling Fuel Oil to the industry. Since last year, Exxon Mobil has partnered with PT Indomobil Prima Energi to sell fuel to industries in Java. Furthermore, Exxon Mobil will enter the industrial fuel market in Balikpapan.

"We are also signing for leasing of fuel terminal and storage in Balikpapan with Indika Energy subsidiary," he said.

ExxonMobil also signed a lease contract with PT Kariangau Gapura Terminal Energi, a subsidiary of PT Indika Energy Tbk, in April. Under the contract, Kariangau Gapura Terminal Energy will build, own and operate storage terminals for storage and fuel shipments in Kariangau, Balikpapan, East Kalimantan, exclusively for ExxonMobil.

"The contract is for 20 years with a 10-year contract extension option. The contract value is approximately US $ 108 million, "said Erwin.

The plan, this fuel storage capacity of 100 thousand kilo liter (KL). This added storage will help the government's efforts to create national energy security. The reason, the government encourages companies to have a lot of fuel storage in these areas. The fuel sold is an Exxon Mobil production.

"We are taking from the Asia Pacific region. We take it from Singapore and Thailand, "he said.

Production Booster

On the other hand, Exxon Mobil is committed to increasing its oil and gas production in Indonesia. After successfully completing the development of the Cepu Block, Erwin said, it managed to boost its oil production to reach 210 thousand barrels per day (bpd). This production figure will increase after Exxon Mobil has successfully completed Kedung Keris Project.

"Now our expectations (production) 10 thousand bpd from the well (Kedung Ke ris)," he said.

Because in the process at the facility Banyu Urip, then the production of Kedung Keris will increase the production of Cepu Block to 220 thousand bpd. Exxon Mobil recently signed an engineering, procurement, and construction (EPC) engineering contract with PT Meindo Elang Indah in April. The work that Meindo undertakes will include the construction of a wellpad and installing a 16 kilometer (km) long pipe from a well in Kedung Keris to a processing facility in Banyu Urip. Project Investment Kedung Keris is USS 100 million.

"Start of production (Kedung Keris) is expected end of 2019," said Erwin.

Until then, it will seek oil production from Banyu Urip can still be maximized. He explained, although the level of oil production Banyu Urip Field is relatively high, the plateau field will not be cut. The reason, based on the evaluation, oil reserves in this field was reached 729 million barrels or higher than the initial estimate of 450 million barrels. To maintain the production level, it continues to conduct studies around Lapa-

with Banyu Urip, particularly the potential in the clastic reservoir.

"If we can test and can prove there is potential, the reserves can increase. So the age of platonya can be much longer, "he said.

With the current condition, the plateau of Banyu Urip Field production will still last until 2021. Kedung Keris and Banyu Urip are two fields in Cepu Block. Currently, the composition of shares in Cepu Block is ExxonMobil Cepu Limited as the operator owns 45% shares, PT Pertamina EP Cepu 45%, and four Regional Owned Enterprises 10%. The four BUMDs are PT Blora Patragas Hulu, PT Petrogas Jatim Utama Cendana, PT Asri Darma Sejahtera and PT Sarana PatraHulu Cepu.

IN INDONESIA

Perluas Bisnis Hilir Migas, Exxon Mobil Mengeluarkan US$ 544 Juta

ExxonMobil memperluas bisnis hilir migasnya di Indonesia dengan melakukan akuisisi dan meneken kontrak baru senilai US$ 544 juta. Ekspansi dilakukan untuk bisnis pelumas dan bahan bakar minyak (BBM). Vice President Public and Government Affair Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto menuturkan, pihaknya terus mengevaluasi semua peluang investasi yang ada di Indonesia. Salah satunya pihaknya melihat apakah peluang yang ada sesuai dengan tujuan

bisnis perusahaan.

“Kami lihat Indonesia adalah pasar yang bertumbuh dengan cepat, sehingga kami terus berinvestasi, tidak hanya di hulu, tetapi juga hilir dan petrokimia,” kata dia di sela The 42nd IPA Convention and Exhibition 2018 di Jakarta.

Perluasan bisnis di hilir, diwujudkan ExxonMobil dengan mengakuisisi 100% PT Federal Karyatama, pemilik merek pelumas Federal Oil dan anak usaha PT Mitra Pinasthika Mulia Tbk. Transaksi akuisisi itu ditargetkan rampung pada kuartal ketigas 2018 dengan biaya investasi sekitar US$ 436 juta atau Rp 6,08 triliun.

      Menurut Erwin, akuisisi ini akan melengkapi bisnis pelumas ExxonMobil di Indonesia. Saat ini perusahaan migas asal Amerika Serikat tersebut telah memasarkan pelumas khusus kendaraan roda empat dengan merk Mobill. Akuisisi Federal Oil membuat perusahaan memiliki pasar pelumas kendaraan roda dua di Indonesia.

“Karena kami lihat pasar lubricant di Indonesia adalah salah satu pasar lubricant yang berkembang sangat cepat di Asia Pasitik,” jelas Erwin.

Dia optimistis pangsa pasar pelumas ExxonMobil akan naik meningkat signifikan lantaran Federal Oil sendiri memiliki pasar cukup besar. Tidak hanya itu, pihaknya juga melakukan ekspansi bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak untuk industri. Sejak tahun lalu, Exxon Mobil telah mengandeng PT Indomobil Prima Energi untuk menjual BBM kepada industri di Jawa. Selanjutnya, Exxon Mobil akan masuk ke pasar BBM industri di Balikpapan.

“Kami juga sudah tanda tangan untuk sewa fuel terminal and storage di Balikpapan dengan anak usaha Indika Energy,” tutur dia.

ExxonMobil juga menandatangani kontrak sewa fasilitas jasa storage dengan PT Kariangau Gapura Terminal Energi, anak usaha dari PT Indika Energy Tbk, pada April lalu. Dalam kontrak itu, Kariangau Gapura Terminal Energy bakal membangun, memiliki, dan mengoperasikan terminal storage untuk penyimpanan

dan pengiriman BBM di Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur, secara eksklusif untuk ExxonMobil.

“Kontraknya untuk 20 tahun dengan opsi perpanjangan kontrak 10 tahun. Nilai kontraknya kurang lebih US$ 108 juta,” ujar Erwin.

Rencananya, kapasitas penyimpanan BBM ini sebesar 100 ribu kilo litre (KL). Tambahan penyimpanan ini disebutnya akan membantu upaya pemerintah menciptakan ketahanan energi nasional. Pasalnya, pemerintah mendorong perusahaan untuk memiliki banyak penyimpanan BBM di daerah-daerah. BBM yang dijual merupakan produksi Exxon Mobil.

“Kami mengambil dari wilayah Asia Pasifik. Kami ambil dari Singapura dan Thailand,” kata dia.

Genjot Produksi

Di sisi lain, Exxon Mobil berkomitmen untuk meningkatkan produksi migasnya di Indonesia. Setelah berhasil merampungkan pengembangan Blok Cepu, Erwin mengatakan, pihaknya berhasil menggenjot produksi minyaknya mencapai 210 ribu barel per hari (bph). Angka produksi ini akan naik setelah Exxon Mobil berhasil merampungkan Proyek Kedung Keris.

“Sekarang ekspektasi kami (produksi) 10 ribu bph dari sumur (Kedung Ke ris) tersebut,” tutur dia. 

Karena di proses di fasilitas Banyu Urip, maka produksi dari Kedung Keris akan menambah produksi Blok Cepu menjadi 220 ribu bph. Exxon Mobil baru saja menanda tangani kontrak paket rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/ EPC) dengan PT Meindo Elang lndah pada April lalu. Pekerjaan yang digarap Meindo nantinya akan meliputi pembangunan wellpad dan memasang pipa sepanjang 16 kilometer (km) dari sumur di Kedung Keris ke fasilitas pemrosesan di Banyu Urip. Investasi Proyek Kedung Keris ini USS 100juta.

“Mulai produksinya (Kedung Keris) diharapkan akhir 2019,” kata Erwin.

Sampai saat itu, pihaknya akan mengupayakan produksi minyak dari Banyu Urip tetap bisa maksimal. Dia menjelaskan, meski tingkat produksi minyak Lapangan Banyu Urip relatif tinggi, masa plato lapangan ini tidak akan terpangkas. Pasalnya, berdasarkan evaluasi, cadangan minyak di lapangan ini  ternyata mencapai 729 juta barel atau lebih tinggi dari perkiraan awal 450 juta barel. Untuk menjaga tingkat produksi, pihaknya terus melakukan studi di sekitar Lapangan Banyu Urip, terutama potensi di reservoir klastik.

“Kalau nanti kami bisa tes dan bisa terbukti ada potensi, cadangan bisa meningkat. Sehingga umur platonya bisa lebih lama lagi,” tuturnya. 

Dengan kondisi saat ini, masa plato produksi Lapangan Banyu Urip masih akan bertahan sampai 2021. Kedung Keris dan Banyu Urip merupakan dua lapangan di Blok Cepu. Saat ini, komposisi saham di Blok Cepu adalah ExxonMobil Cepu Limited sebagai operator memiliki saham 45%, PT Pertamina EP Cepu 45%, serta empat Badan Usaha Milik Daerah 10%. Keempat BUMD itu yaitu PT Blora Patragas Hulu, PT Petrogas Jatim Utama Cendana, PT Asri Darma Sejahtera, dan PT Sarana PatraHulu Cepu.

Investor Daily, Page-9, Friday, May 4, 2018