The Government ensures that it will use the scheme of gross split-sharing contracts on seven oil and gas blocks that expire and will be offered to PT Pertamina (Persero).
Meanwhile, the oil and gas block, Central Blok, will still use the net profit sharing scheme (cost recovery) ie refund of oil and gas block operation from the State Budget (APBN).
Meanwhile, in the gross split scheme which entered into force in January 2017 for a new contract, the profit sharing received by the contractor of cooperation contract (KKKS) already covers the cost of production.
In the gross profit sharing scheme, the state no longer needs to return the oil and gas block operation cost from APBN. The Central Block located in East Kalimantan will be combined with the Mahakam Block in its management by Pertamina so that it still uses the cost recovery scheme.
the Mahakam Block
Because the Mahakam Block-sharing contract is still using the cost recovery scheme. The implementer of the task (Plt.) Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ego Syahrial said that the Central Block still uses the revenue-sharing scheme with the return of operating costs because the management is combined with the Mahakam Block.
Ego Syahrial
"In addition [Central Block], seven other oil and gas blocks that will terminate this year will use the gross split scheme," he said on Monday (8/1).
Currently, the Central Block is operated by Total E & P lndonesie. The oil and gas block contract will expire on October 4, 2018. The eight oil and gas blocks to be terminated consist of the Tuban Block (JOB Pertamina-PetroChina East Java, Ogan Komering Block (JOB Pertamina-Talisman), Sanga-Sanga Block (Vico), Southeast Sumatra Block (CNOOC SES Ltd.), Central Block (Total E & P Indonesia), Attaka Block (Chevron), East Kalimantan Block (Chevron), and North Sumatra Offshore Block (NSO) by Pertamina.
working areas of oil and gas
Of the total eight working areas of oil and gas, four blocks of which will be offered to Pertamina. The four blocks are the Tuban Block, the Southeast Sumatra Block, the Ogan Komering Block, and the Sanga-Sanga Block. Ego said the current transfer of the four blocks to Pertamina is still in process.
"We continue to meet each week, the sooner it gets better."
One of the blocks managed by Pertamina namely, NSO block in Aceh is also planned to be combined with North Sumatra B (NSB) Block. Ego explained, the merger between the NSO Block and NSB only related technical production facilities in the field.
"So, not daring to be combined later on contract with NSB will be gross split as well," he said.
That is, the NSB Block still uses the cost recovery scheme, while the NSO Block with the profit sharing model is dirty.
According to him, previously ESDM requested the privilege, which is the right to bid both times or right to match and also give the opportunity to a foreign contractor, but a fairness also it directly gives NSO Block to Pertamina.
The NSO Block contract expires on October 15, 2018. However, the block is still managed by Pertamina. "The problem so far in terms of sharing facilities is very close," he said.
Ego added it will seek to find the best scheme for state revenue from the oil and gas sector. However, he is reluctant to stress with a gross split scheme that will encourage state revenue to be better than a cost recovery scheme.
State revenue and oil and gas sector in 2017 reached US $ 13.14 billion or 8% higher than the target of APBN-P 2017 worth US $ 12.2 billion. Head of SKK Migas Amien Sunaryadi said that state revenues from the oil and gas sector exceeded the target in line with rising oil prices, especially Indonesia crude price (ICP) which until the end of last year was at US $ 51.19 per barrel or higher than with the target of APBN-P 2017 worth US $ 48 per barrel.
AUCTION ANNOUNCEMENT
The Ministry of Energy and Mineral Resources is targeting the announcement of the oil and gas working area in favor of last year could be done in February 2018. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar said it will continue to accelerate tekait with the auction process of oil and gas blocks.
Arcandra Tahar
"I am looking forward to February announcement and signature of the contract in March 2018. I want to speed things up, there is no reason to delay," he said.
Arcandra asserted, there are two main requirements that must be fulfilled by bidders if they want to be elected, namely work plan and budget, and signature bonus.
"The work plan is also a signature bonus [bonus signature] .For the cost we do not see because of the gross split," he said.
As many as 20 bidding documents have been accessed by 15 companies. In the final process, as many as six companies have finally submitted bidding documents for five blocks. In addition to announcing the winners of the auction, earlier this year also the government will again conduct an auction of oil and gas blocks.
Recorded more than 20 oil and gas working areas that are not sold auction since 2015 will be re-auctioned this year. Arcandra said it would lead the evaluation of the auction of the oil and gas block. According to him, conventional oil and gas blocks will be prioritized because non-conventional ones are considered not yet competitive yet.
At the end of last year, out of 10 oil and gas blocks on offer, five blocks were sold. The five blocks are the Andaman Block in favor of Mubadala Petroleum (SE Asia) Ltd, the Merak-Lampung Block is in great demand by Tansri Madjid Energi. In addition, the West Yamdena Block and Pekawai Blocks are in demand by PT Saka Energi Indonesia and the Andaman Block attracted by Repsol Exploration SA, PT Energi Mega Persada Tbk., And Premier Oil Far East Ltd., Mubadala Petroleum and KrisEnergy Consortium.
IN INDONESIA
7 Blok Terminasi Pakai Gross Split
Pemerintah memastikan akan menggunakan skema kontrak bagi hasil kotor atau gross split terhadap tujuh blok minyak dan gas bumi yang habis masa kontraknya dan akan ditawarkan kepada PT Pertamina (Persero).
Sementara itu, salu blok migas, yaitu Blok Tengah, akan tetap menggunakan skema bagi hasil bersih atau cost recovery yaitu pengembalian biaya operasi blok migas dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Sementara itu, dalam skema gross split yang mulai berlaku pada Januari 2017 untuk kontrak baru, bagi hasil yang diterima kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sudah mencakup biaya produksi.
Dalam skema bagi hasil kotor, negara tidak perlu lagi mengembalikan biaya operasi blok migas dari APBN. Blok Tengah yang berlokasi di Kalimantan Timur akan digabung dengan Blok Mahakam dalam pengelolaannya oleh Pertamina sehingga tetap menggunakan skema cost recovery.
Pasalnya, kontrak bagi hasil Blok Mahakam masih menggunakan skema cost recovery. Pelaksana tugas (Plt.) Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan bahwa Blok Tengah tetap menggunakan skema bagi hasil dengan pengembalian biaya operasi karena pengelolaan digabung dengan Blok Mahakam.
"Selain itu [Blok Tengah], tujuh blok migas lainnya yang akan terminasi pada tahun ini akan menggunakan skema gross split,” ujarnya, Senin (8/1).
Saat ini, Blok Tengah dioperasikan oleh Total E&P lndonesie. Kontrak blok migas itu akan berakhir pada 4 Oktober 2018. Delapan blok migas yang akan terminasi terdiri atas Blok Tuban (JOB Pertamina-PetroChina East Jawa, Blok Ogan Komering (JOB Pertamina-Talisman), Blok Sanga-Sanga (Vico), Blok Southeast Sumatera (CNOOC SES Ltd.), Blok Tengah (Total E&P Indonesia), Blok Attaka (Chevron), Blok East Kalimantan (Chevron), dan Blok North Sumatera Offshore (NSO) oleh Pertamina.
Dari total delapan wilayah kerja migas itu, empat blok di antaranya akan ditawarkan kepada Pertamina. Keempat blok itu adalah Blok Tuban, Blok Southeast Sumatera, Blok Ogan Komering, dan Blok Sanga-Sanga. Ego mengatakan, saat ini pengalihan keempat blok itu kepada Pertamina masih dalam proses.
“Kami terus bertemu setiap minggu, makin cepat selesai semakin baik.”
Salah satu blok yang dikelola Pertamina yakni, Blok NSO di Aceh juga direncanakan digabung dengan Blok North Sumatera B (NSB). Ego menjelaskan, penggabungan antara Blok NSO dan NSB hanya terkait teknis fasilitas produksi di lapangan.
“Jadi, bukan berani dengan digabung nantinya kontrak dengan NSB akan menjadi gross split juga,” ujarnya.
Artinya, Blok NSB tetap menggunakan skema cost recovery, sedangkan Blok NSO dengan model bagi hasil kotor.
Menurutnya, sebelumnya ESDM meminta adanya hak istimewa, yaitu hak untuk menawar kedua kali atau right to match dan juga memberikan kesempatan kepada kontraktor asing, tetapi sebuah kewajaran juga pihaknya langsung memberikan Blok NSO kepada Pertamina.
Kontrak Blok NSO akan berakhir pada 15 Oktober 2018. Namun, blok itu tetap dikelola oleh Pertamina. “Soalnya sejauh ini dalam hal sharing fasilitas sudah sangat dekat,” ujarnya.
Ego menambahkan, pihaknya akan berupaya untuk mencari skema yang paling baik untuk penerimaan negara dari sektor migas. Namun, dia enggan menekankan dengan skema gross split akan mendorong penerimaan negara bisa lebih baik ketimbang skema recovery cost.
Penerimaan negara dan sektor migas pada 2017 mencapai US$ 13,14 miliar atau lebih tinggi 8% dari target APBN-P 2017 senilai US$ 12,2 miliar. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan bahwa penerimaan negara dari sektor migas melampaui target seiring dengan kenaikan harga minyak, terutama minyak mentah Indonesia (lndonesia crude price/ICP) yang sampai akhir tahun lalu berada di level US$ 51,19 per barel atau lebih tinggi dibandingkan dengan target APBN-P 2017 yang senilai US$ 48 per barel.
PENGUMUMAN LELANG
Kementerian ESDM menargetkan pengumuman lelan wilayah kerja migas yang diminati pada tahun lalu bisa dilakukan pada Februari 2018. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pihaknya akan terus melakukan percepatan tekait dengan proses lelang blok migas tersebut.
"Saya usahakan Februari pengumuman dan tanda tangan kontrak Maret 2018. Saya ingin mempercepat semuanya. Tidak ada alasan untuk menunda," katanya.
Arcandra menegaskan, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh peserta lelang jika ingin terpilih, yakni rencana kerja dan anggaran, serta bonus tanda tangan.
"Yang dilihat itu work plan [rencana kerja] juga signature bonus [tanda tangan bonus]. Untuk cost tidak kita lihat karena gross split," tuturnya.
Adapun, sebanyak 20 dokumen penawaran telah diakses oleh 15 perusahaan. Dalam proses akhir, sebanyak enam perusahaan akhirnya memasukkan dokumen penawaran untuk lima blok. Selain mengumumkan pemenang lelang, awal tahun ini juga pemerintah akan kembali melakukan lelang blok migas.
Tercatat lebih dari 20 wilayah kerja migas yang tidak laku dilelang sejak 2015 akan dilelang ulang pada tahun ini. Arcandra menyatakan, pihaknya akan memimpin sendiri evaluasi lelang blok migas tersebut. Menurutnya, blok migas konvensional akan diprioritaskan karena yang non-konvensional dianggap masih belum belum kompetitif.
Pada akhir tahun lalu, dari 10 blok migas yang ditawarkan laugsung, ada lima blok yang sudah laku. Kelima blok itu ialah Blok Andaman l diminati Mubadala Petroleum (SE Asia) Ltd, Blok Merak-Lampung diminati oleh Tansri Madjid Energi. Selain itu, Blok West Yamdena dan Blok Pekawai diminati oleh PT Saka Energi Indonesia dan Blok Andaman diminati oleh Repsol Exploration SA, PT Energi Mega Persada Tbk., dan Konsorsium Premier Oil Far East Ltd., Mubadala Petroleum, dan KrisEnergy.
Bisnis Indonesia, Page-30, Tuesday, Jan 9, 2018
No comments:
Post a Comment