google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Oil and Gas Company Appointed IPO - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Wednesday, November 8, 2017

Oil and Gas Company Appointed IPO



Companies engaged in oil and gas (oil and gas) are encouraged to conduct an Initial Public Offering (IPO). Currently not many energy companies are floating on the stock. Existing oil and gas companies include PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) and PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignatius Jonan expects more and more oil and gas companies to be willing to market on the exchange. There are some companies that are expected to do an IPO. For example, PT Pertamina and PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

     Pertamina's highest revenue figure is Rp 700 trillion to Rp 800 trillion. Meanwhile, PLN achieves an average of Rp 300 trillion to Rp 350 trillion per year.

"If PLN IPO, the market capitalization value alone can be Rp 500 trillion.Valuation of PLN shares is also expensive, because Price to Earning Ratio (PER) of PLN is approximately 30 times," he said when opening trading on the Indonesia Stock Exchange (BEI) Alumni of Airlangga University in Jakarta (7/11).

Unfortunately, currently the Ministry of SOE has no plans for Pertamina and PLN IPO.

"It can only be a subsidiary such as PT Pertamina Hulu Energi and PT Pertamina Retail, so it depends on the Minister of State-Owned Enterprises, what is it like, I just appeal" said the alumnus of Airlangga University.

Asked about foreign companies such as PT Freeport Indonesia (PT FI), Jonan said that he would limit the space for his IPO. To be able to IPO, PT FI must first divest, after which then allowed to IPO.

Later, after the central government, the government in Papua and all that has 51 percent (shares of PT FI) cumulatively. Later should be thought of for an IPO in the future. Not for now (IPO), "he continued.

IN INDONESIA

Perusahaan Migas Diimbau IPO


Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas (migas) didorong untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Saat ini belum banyak perusahaan energi yang melantai di bursa. Perusahaan migas yang sudah terbuka, antara lain PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berharap semakin banyak perusahaan migas yang mau melantai di bursa. Ada beberapa perusahaan yang diharapkan bisa melakukan IPO. Misalnya PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

     Angka pendapatan tertinggi Pertamina Rp 700 triliun hingga Rp 800 triliiun. Sedangkan PLN rata-rata meraih pendapatan Rp 300 triliun sampai Rp 350 triliun per tahun.

"Jika PLN IPO, nilai kapitalisasi pasarnya saja bisa Rp 500 triliun. Valuasi saham PLN juga mahal, karena Price to Earning Ratio (PER) PLN kira-kira mencapai 30 kali,” katanya saat membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Ikatan Alumni Universitas Airlangga di Jakarta (7 /11).

Sayangnya, saat ini Kementerian BUMN belum memiliki rencana untuk IPO Pertamina dan PLN.

"Yang bisa hanya anak usahanya seperti PT Pertamina Hulu Energi dan PT Pertamina Retail. Nah, itu bergantung pada Menteri BUMN,  maunya seperti apa, saya hanya mengimbau" ujar alumnus Universitas Airlangga tersebut.

Ditanya soal perusahaan asing seperti PT Freeport Indonesia (PT FI), Jonan mengaku bakal membatasi ruang gerak IPO-nya. Untuk bisa IPO, PT FI harus terlebih dahulu melakukan divestasi, setelah itu kemudian diperbolehkan untuk IPO. 

Nanti, setelah pemerintah pusat, pemerintah di wilayah Papua dan segala macam itu punya 51 persen (saham PT FI) secara kumulatif. Nanti semestinya dipikirkan untuk IPO di kemudian hari. Tidak untuk sekarang (IPO-nya)," lanjutnya. 

Jawa Pos, Page-5, Wednesday, Nov 8, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel