Towards the end of the exploration contract by 2020, Lapindo Brantas proposes a contract extension to the government for the next 20 years.
"Letter of contract extension we have sent to Jakarta. Still waiting for the government's decision. The review is underway, hopefully the results are good for us, "said Vice President of Operations of Lapindo Brantas Christanto Budi Santosa to participants of Media Workshop of Period III Year 2017 SKK Migas-KKKS and Media Area Jabanusa while visiting Area 2 WK (Working Area) Brantas in Wunut Sidoarjo, Tuesday (7/11).
Explained Christianto, WK Brantas potential that oversees 5 areas with a total of 34 wells is still very large. It is estimated from all existing wells to have a gas potential of up to 600-700 MMSCFD.
"With this potential we hope to be given government confidence for further exploration," he said.
Lapindo Brantas has obtained government permission to work on WK Brantas since 1990. The contract period is 30 years or 2020. With the proposed extension of the contract it is expected that Lapindo Brantas can explore up to 2040 or pocket the renewal period of another 20 years.
Despite obtaining government permission since 1990, Lapindo Brantas began production in 1999. Its production is ups and downs. Had experienced the peak of production, and since the emergence of Lapindo mud case in 2006, the company is asleep, there is almost no exploration and the impact of gas production is minimal.
Currently from Area 2 which oversees the area of Wunut, Tanggulangin and Carat production capacity of 21 wells averaging only 10 MMSCFD. This capacity will be increased to 14 MMSCFD by 2018.
While from the total 34 wells in WK Brantas capacity will continue to be increased up to 20 MMSCFD by the end of 2017 and increased to 40 MMSCFD in 2018. Purchasers remain Lapindo gas including PGN with contract demand 8 MMSCFD and Assorted 2.2 MMSCFD.
Meanwhile, Head of Public Relations of Jogjakarta Oil and Natural Rescue Agency (SKK Migas), Jabanusa Representative Moh Fatah Jasin, said that the Lapindo Brantas contract extension has been submitted to the government.
"Currently still reviewed by the government. Whether remained to be given to Lapindo Brantas or given to other operators after going through the auction process, it is all government authority, "he said.
Alluded to whether there are other operators who are interested to work on WK Brantas, Fatah mention to date as far as he knows still does not exist. However, he saw a great desire from Lapindo Brantas to keep exploring the wells in his working area.
Fatah explained the current total national oil and gas production of 800 thousand barrels per day, while consumption of 1.6 million barrels per day. This means that the national availability of oil and gas is far from consumption. Therefore, oil and gas operators are required to spur production.
"Spurring production in wells owned not only about the state revenue, but also to maintain national energy needs," he said.
IN INDONESIA
Lapindo Ajukan Perpanjangan Kontrak
Menjelang berakhirnya masa kontrak eksplorasi pada 2020, Lapindo Brantas mengajukan perpanjangan kontrak ke pemerintah untuk pengelolaan 20 tahun mendatang.
“Surat perpanjangan kontrak sudah kami kirimkan ke Jakarta. Masih menunggu keputusan pemerintah. Kajian sedang dilakukan, semoga hasilnya baik untuk kita,” kata Vice President Operasional Lapindo Brantas Christanto Budi Santosa kepada peserta Lokakarya Media Periode III Tahun 2017 SKK Migas-KKKS dan Media Wilayah Jabanusa saat mengunjungi Area 2 WK (Wilayah Kerja) Brantas di Wunut Sidoarjo, Selasa (7/11).
Dijelaskan Christianto, potensi WK Brantas yang membawahi 5 area dengan total 34 sumur masih sangat besar. Diperkirakan dari seluruh sumur yang ada memiliki potensi gas hingga 600-700 MMSCFD.
”Dengan potensi ini kami berharap diberi kepercayaan pemerintah untuk eksplorasi lagi,” katanya.
Lapindo Brantas mendapatkan izin pemerintah untuk menggarap WK Brantas sejak 1990. Masa kontrak didapat hingga 30 tahun atau berakhir 2020. Dengan pengajuan perpanjangan kontrak diharapkan Lapindo Brantas bisa mengeksplorasi hingga 2040 atau mengantongi masa perpanjangan kontrak 20 tahun lagi.
Meski mendapatkan izin pemerintah sejak 1990, Lapindo Brantas mulai produksi pada 1999. Produksinya pasang surut. Sempat mengalami masa puncak produksi, dan sejak munculnya kasus lumpur Lapindo pada 2006 lalu, perusahaan ini seolah mati suri, nyaris tidak ada eksplorasi dan imbasnya produksi gas minim.
Saat ini dari Area 2 yang membawahi wilayah Wunut, Tanggulangin dan Carat kapasitas produksi dari 21 sumur rata-rata hanya 10 MMSCFD. Kapasitas ini akan ditingkatkan menjadi 14 MMSCFD pada 2018.
Sedangkan dari total 34 sumur di WK Brantas kapasitas akan terus ditingkatkan hingga mencapai 20 MMSCFD pada akhir 2017 dan meningkat menjadi 40 MMSCFD pada 2018. Buyer tetap gas Lapindo di antaranya PGN dengan kontrak permintaan 8 MMSCFD dan Aneka Usaha 2,2 MMSCFD.
Sementara itu Kepala Urusan Humas SKK Migas Perwakilan Jabanusa Moh Fatah Jasin mengatakan surat perpanjangan kontrak Lapindo Brantas memang sudah diajukan ke pemerintah.
“Saat ini masih dikaji oleh pemerintah. Apakah tetap diberikan ke Lapindo Brantas atau diberikan ke operator lain setelah melalui proses lelang, itu semua kewenangan pemerintah,” katanya.
Disinggung apakah ada operator lain yang tertarik untuk menggarap WK Brantas, Fatah menyebut sampai saat ini sepanjang yang diketahuinya masih belum ada. Namun dia melihat ada keinginan besar dari Lapindo Brantas untuk tetap bisa mengeksplorasi sumur-sumur di wilayah kerjanya.
Fatah menjelaskan saat ini total produksi migas secara nasional 800 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi 1,6 juta barel per hari. Ini artinya ketersediaan migas secara nasional jauh dari konsumsi. Karena itu operator migas dituntut untuk memacu produksinya.
“Memacu produksi di sumur-sumur yang dimiliki tidak hanya soal penerimaan negara, tetapi juga untuk menjaga kebutuhan energi nasional,” katanya.
Bhirawa, Page-5, Wednesday, Nov 8, 2017
No comments:
Post a Comment