google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina's portion is reduced - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Tuesday, October 31, 2017

Pertamina's portion is reduced



The government will reduce the share of PT Pertamina in managing oil and gas blocks that have been exhausted by 2018.

In January 2017, the Minister of Energy and Mineral Resources (EMR) Ignasius Jonan has assigned PT Pertamina to manage eight working areas of oil and gas which will expire. The new contract of eight blocks of oil and gas will use the gross split.

The eight oil and gas blocks are the Tuban Block (JOB Pertamina-PetroChina East Java), Ogan Komering Block (JOB Pertamina-Talisman), Sanga-Sanga Block (VICO), Southeast Sumatra Block (CNOOC SES Limited), Central Block (Total E & P Indonesie) , Block of Attaka (Chevron), East Kalimantan Block (Chevron), and North Sumatra Offshore Block (Pertamina).

Map of Working Area Oil and Gas

The eight-block oil and gas contract expires in 2018. The government has also assigned Pertamina to take over the entire block.

Director General of Oil and Gas at ESDM Ministry Ego Syahrial said that of the eight working areas, Pertamina has stated that it will not manage East Kalimantan Block and Attaka. The management of the Central Block located in East Kalimantan will be combined with the Mahakam Block. Starting January 1, 2018, PT Pertamina Hulu Mahakam becomes operator of the Mahakam Block replacing PT Total E & P Indonesie.

Pertamina has also confirmed it will manage the North Sumatra Offshore Block located in Aceh. Meanwhile, four other blocks, namely the Sanga-Sanga Block, South East Sumatra, JOB Tuban and JOB Ogan Komering need to consider the current contractors who are still interested and committed to managing the block.

"Of the five blocks, one block has been confirmed by Pertamina. NSO [North Sumatra Offshore] is for sure. So there are only four blocks left. Of the four blocks, indeed we will see all kinds, "he said after attending Exposure of Upstream Oil and Gas Performance Quarter III / 2017, Friday (27/10).

BEING OBSTACLES

According to him, the government is worried about the management of eight blocks of contracts using gross split scheme to burden the company's finances. Thus, the possibility of government efforts to maintain production and production costs to be more efficient can not be achieved because of the huge cost of oil blocks that are more than 30 years old.

Moreover, Pertamina will be the operator of the Mahakam Block starting early 2018 which will cost US $ 3 billion to manage the block.

BMI Research noted that Pertamina's investment plan of US $ 54 billion in 2025 in the upstream oil and gas sector will be used for the management of oil and gas assets under contract in the country. The reason, Pertamina need funds in order to keep the production of block-out block of the contract.

For example, for the management of the Mahakam Block, Pertamina which will become the new operator in January 2018 requires an annual cost of US $ 2 billion-US $ 2.5 billion.

Meanwhile, the management of the East Kalimantan Block, Attaka Block, Sanga-Sanga Block, Southeast Sumatra Block, and Rokan Block that will expire in 2021 require a total funding of US $ 2.7 billion only for maintenance.

"No doubt. Pertamina remains, only the government saw from two sides, we government is concerned that the production should not go down, "said Ego.

On the other hand, he mentioned that contractors in other blocks, Sanga-Sanga, Southeast Sumatra, Ogan Komering, and Tuban Blocks expressed an interest in reorganizing the block after the contract expired.

Director of Upstream Oil and Gas Upstream Business Development said that for the Attaka Block, the government has assigned Pertamina. Pertamina is assigned temporarily, ie for 10 months until the East Kalimantan Block ends.

The reason is that the current contractors of the Attaka Block, Chevron Pacific Indonesia and Inpex, which own 50% participation shares, are not willing to accept temporary assignments.

IN INDONESIA

Porsi Pertamina Dikurangi


Pemerintah akan mengurangi bagian PT Pertamina dalam pengeloaan blok minyak dan gas bumi yang telah habis kontrak pada 2018.
Pada Januari 2017, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan telah menugaskan kepada PT Pertamina untuk mengelola delapan wilayah kerja migas yang akan habis masa kontraknya. Kontrak baru delapan blok migas itu akan menggunakan bagi hasil kotor atau gross split.

Delapan blok migas itu adalah Blok Tuban (JOB Pertamina-PetroChina East Java), Blok Ogan Komering (JOB Pertamina-Talisman), Blok Sanga-Sanga (VICO), Blok Southeast Sumatera (CNOOC SES Limited), Blok Tengah (Total E&P Indonesie), Blok Attaka (Chevron), Blok East Kalimantan (Chevron), dan Blok North Sumatera Offshore (Pertamina).

Kontrak delapan blok migas itu akan berakhir pada 2018. Pemerintah pun telah menugaskan Pertamina untuk mengambil alih seluruh blok tersebut.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, dari delapan wilayah kerja itu, Pertamina telah menyatakan bahwa tidak akan mengelola Blok East Kalimantan dan Attaka. Pengelolaan Blok Tengah yang berlokasi di Kalimantan Timur akan digabung dengan Blok Mahakam. Mulai 1 Januari 2018, PT Pertamina Hulu Mahakam menjadi operator Blok Mahakam menggantikan PT Total E&P Indonesie.

Pertamina juga telah memastikan akan mengelola Blok North Sumatra Offshore yang berlokasi di Aceh. Sementara itu, empat blok lainnya, yakni Blok Sanga-Sanga, South East Sumatra, JOB Tuban dan JOB Ogan Komering perlu mempertimbangkan kontraktor saat ini yang menyatakan masih berminat dan memiliki komitmen mengelola blok tersebut.

“Dari lima blok itu, satu blok memang sudah dipastikan oleh Pertamina. NSO [North Sumatra Offshore] sudah pasti. Jadi hanya tersisa empat blok. Dari empat blok itu, memang kita akan lihat segala macam,” ujarnya usai menghadiri Paparan Pencapaian Kinerja Hulu Minyak dan Gas Bumi Kuartal III/2017, Jumat (27/10).

MENJADI HAMBATAN

Menurutnya, pemerintah khawatir pengelolaan delapan blok habis kontrak yang menggunakan skema gross split membebani keuangan perseroan. Dengan demikian, kemungkinan upaya pemerintah untuk menjaga produksi dan biaya produksi agar lebih efisien tidak bisa tercapai karena perlu biaya besar blok migas yang sudah berumur lebih dan 30 tahun itu.

Apalagi, Pertamina akan menjadi operator Blok Mahakam mulai awal 2018 yang akan membutuhkan biaya US$ 3 miliar untuk mengelola blok tersebut.

BMI Research mencatat, rencana investasi Pertamina sebesar US$ 54 miliar pada 2025 di sektor hulu migas akan digunakan untuk pengelolaan aset migas habis kontrak di dalam negeri. Pasalnya, Pertamina membutuhkan dana agar bisa menjaga produksi blok-blok habis kontrak tersebut.

Sebagai contoh, untuk pengelolaan Blok Mahakam, Pertamina yang akan menjadi operator baru pada Januari 2018 membutuhkan biaya tahunan sebesar US$ 2 miliar-US$ 2,5 miliar.

Sementara itu, pengelolaan Blok East Kalimantan, Blok Attaka, Blok Sanga-Sanga, Blok Southeast Sumatera, dan Blok Rokan yang akan habis kontrak pada 2021 membutuhkan total dana sebesar US$ 2,7 miliar hanya untuk perawatan.

“Bukan ragu. Pertamina tetap, hanya pemerintah melihat dari dua sisi, kita pemerintah berkepentingan agar produksi jangan sampai turun,” kata Ego. 

Di sisi lain, dia menyebut bahwa kontraktor di blok lain, yakni Sanga-Sanga, Southeast Sumatera, Ogan Komering, dan Blok Tuban menyatakan minat untuk mengelola kembali blok itu setelah kontrak berakhir.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Tunggal mengatakan bahwa untuk Blok Attaka, pemerintah telah menugaskan kepada Pertamina. Pertamina ditugaskan sementara, yakni selama 10 bulan hingga kontrak Blok East Kalimantan berakhir.

Alasannya, kontraktor Blok Attaka saat ini, yaitu Chevron Pacific Indonesia dan Inpex yang menguasai saham partisipasi masing-masing 50%, tidak bersedia menerima penugasan sementara.

Bisnis Indonesia, Page-30, Tuesday, October 31, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel