Special Unit for Upstream Oil and Gas Upstream Business Activities (SKK Migas) stated that oil and gas lifting until September 30 reached 1,934 millions barrels oil equivalent per day (mboepd), from the target set in the Revised State Budget (APBN) 2017 of 1,965 mboepd.
Head of SKK Migas Amien Sunaryadi said 1,934 mboepd it details the realization of oil of 797 million barrels oil per day (mbopd). While the target of oil lifting in APBN-P 2017 amounted to 815 mbopd.
"For oil lifting reached 98% of the target," said Amien in a press conference in Jakarta, Friday (27/10).
Amien said the realization of gas lifting until the end of September reached 6.367 million metric standard cubic feet per day (mmscfd). This realization almost reached the target set in APBN ~ P 2017 6,440 mmscfd. "Lifting gas reaches 99% of the target," he said.
He said to the government of Joko Widodo there were five oil and gas fields that began to operate. Generally, the production achievement exceeds the planned target.
First, oil and gas field that operates Banyu Urip in Bojonegoro, East Java with investment value reaches US $ 3.38 billion. Currently its production reaches 200,000 barrels per day (bpd) from the target of 185,000 bpd.
"The presence of oil and gas field Banyu Urip also managed to absorb a lot of manpower and boost economic growth Bojonegoro," he said.
The next field, Bangka Field which is part of the deepwater development project (Indonesian Deep Water Development / IDD) with an investment value of US $ 6.98 billion.
Bangka field produces 100 mmscfd of gas and 4,000 bpd of condensate and gas allocation for domestic needs. Then Donggi Square, Matindok, and Senoro. Investment for Donggi and Matindok amounted to US $ 762.1 million and Senoro reached US $ 815.5 million.
"Each produces 90 mmscfd and 270 mmscfd," he said.
The fourth field, the Cricket Field with an investment of US $ 3.77 billion. The oil and gas field has an initial production capacity of 450 mmscfd and can be increased up to 600 mmscfd. He said the gas is channeled to the Bontang refinery with 50% utilization for domestic.
Finally, Madura BD Field with an investment value of US $ 642.1 million. This oil and gas field produces gas of 46 mmscfd and 3,000 bpd of condensate.
"Production capacity 100 mmscfd. Now just production 46 mmscfd, "ujarnva.
In the meantime, the target of achieving a "reserve replacement ratio" or an increase in reserves in 2017 for oil and gas is 60 percent (barrel oil equivalent) and realization of 50.90 percent.
Until September 2017, the total field or Working Area (WK) of oil and gas in Indonesia is 264. This number is decreased compared to the position of 2016 which is 280 Working Areas. The number of Working Areas in Indonesia also decreased compared to 2015 with 312 Working Areas and in 2014 as many as 318 Work Areas.
"Previously in 2016 there were 280 Work Areas. Yesterday it fell to 272, then to 270, now 264, "said Amien Sunaryadi.
Of the 264 existing Working Areas, 143 are onshore, 87 Offshore Work Areas, and 34 Work Areas on land and sea. Of the 264 such Work Areas, 87 have entered the exploitation stage, 126 Exploration Working Areas, 51 Non-Conventional Work Areas.
Amien said the decline in the number of Oil and Gas Working Areas is due to the fact that part of the Working Area is terminated. Then in some Work Areas also terminated its operations because the operator does not have sufficient funds.
"The decline in the number of Work Areas because there is a Work Area terminated in part. WK KKKS (Cooperation Contract Contractor) is categorized as poor KKKS, because no funds do not succeed in executing the commitment until the exploration period ends, "said Amien.
State Revenue
Amien reveals the realization of state revenue until the end of September yesterday reached US $ 9.58 billion. This achievement is about 79% of the state revenue target in APBN-P 2017 of US $ 12.2 billion. He said the achievement of state revenue until September 30 was good enough. The reason is higher than the cost recovery cost paid by the government to the Cooperation Contract Contractor (KKKS).
"It is still green because until september has moved 79% but the load is 73%," he said.
Amien explained the 73% cost recovery cost of the target set in the APBN-P 2017 amounted to US $ 10.71 billion. That is, the budget already paid by the government to KKKS reached US $ 7.76 billion. He asserted the determination of cost recovery is lower than state revenue.
"Cost recovery wants to be as low as possible. State revenue wants to be as high-end, "he said.
IN INDONESIA
Lifting Minyak Hingga September Capai 98%
Satuan Kerja Khusus Pelaksaha Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan realisasi lifting migas hingga 30 September mencapai 1.934 millions barrel oil equivalent per day(mboepd), dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017 sebesar 1.965 mboepd.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan 1.934 mboepd itu rinciannya realisasi minyak sebesar 797 million barrel oil per day (mbopd). Sedangkan target lifting minyak dalam APBN-P 2017 sebesar 815 mbopd.
“Untuk lifting minyak mencapai 98% dari target,” kata Amien dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (27/ 10).
Amien menuturkan realisasi lifting gas hingga akhir September kemarin mencapai 6.367 million metric standard cubic feet per day (mmscfd). Realisasi itu hampir mencapai target yang ditetapkan dalam APBN~P 2017 6.440 mmscfd. “Lifting gas mencapai 99% dari target,” ujarnya.
Dikatakannya pada pemerintahan Joko Widodo tercatat ada lima lapangan migas yang mulai beroperasi. Pada umumnya capaian produksi itu melebihi dari target yang telah direncanakan.
Pertama, lapangan migas yang beroperasi yakni Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur dengan nilai investasi mencapai US$ 3,38 miliar. Saat ini produksinya mencapai 200.000 barel per hari (bph) dari target 185.000 bph.
“Kehadiran lapangan migas Banyu Urip juga berhasil menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bojonegoro,” ujarnya.
Lapangan berikutnya, yakni Lapangan Bangka yang merupakan bagian dari proyek pengembangan laut dalam (Indonesian Deep Water Development/IDD) dengan nilai investasi US$ 6,98 miliar.
Lapangan Bangka memproduksi gas 100 mmscfd dan 4.000 bph kondesat dan alokasi gasnya untuk kebutuhan domestik. Kemudian Lapangan Donggi, Matindok, dan Senoro. Investasi untuk Donggi dan Matindok sebesar US$ 762,1 juta dan Senoro mencapai US$ 815,5 juta.
“Masing-masing produksi 90 mmscfd dan 270 mmscfd,” ujarnya.
Lapangan keempat, yakni Lapangan Jangkrik dengan nilai investasi US$ 3,77 miliar. Lapangan migas memiliki kapasitas produksi awal 450 mmscfd dan bisa ditingkatkan hingga 600 mmscfd. Dia bilang gas tersebut disalurkan menuju kilang Bontang dengan pemanfaatan 50% untuk domestik.
Terakhir, Lapangan Madura BD dengan nilai investasi US$ 642,1 juta. Lapangan migas ini menghasilkan gas sebesar 46 mmscfd dan 3.000 bph kondensat.
“Kapasitas produksi 100 mmscfd. Sekarang baru saja produksi 46 mmscfd," ujarnva.
Sementara itu target pencapaian “reserve replacement ratio” atau peningkatan cadangan pada tahun 2017 untuk minyak dan gas bumi sebesar 60 persen (barrel oil equivalent) dan realisasinya mencapai 50,90 persen.
Hingga September 2017, total lapangan atau Wilayah Kerja (WK) minyak dan gas di Indonesia adalah 264. Angka ini menurun dibandingkan posisi 2016 yang sebanyak 280 Wilayah Kerja. Jumlah Wilayah Kerja yang ada di Indonesia juga menurun dibandingkan 2015 dengan jumlah 312 Wilayah Kerja dan di 2014 sebanyak 318 Wilayah Kerja.
“Sebelumnya tahun 2016 ada 280 Wilayah Kerja. Kemarin-kemarin turun menjadi 272, kemudian menjadi 270, sekarang 264,” kata Amien Sunaryadi.
Dari 264 Wilayah Kerja yang ada, 143 berada ada di darat (onshore), 87 Wilayah Kerja di laut (offshore), dan 34 Wilayah Kerja di darat dan laut. Dari 264 Wilayah Kerja tersebut, 87 di antaranya sudah memasuki tahap eksploitasi, 126 Wilayah Kerja tahap eksplorasi, 51 Wilayah Kerja non konvensional.
Amien mengatakan, turunnya jumlah Wilayah Kerja migas dikarenakan ada sebagian Wilayah Kerja yang diterminasi. Kemudian pada beberapa Wilayah Kerja juga dihentikan operasinya karena operator tidak memiliki dana yang cukup.
“Turunnya jumlah Wilayah Kerja karena ada Wilayah Kerja diterminasi sebagian. WK KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) masuk kategori KKKS dhuafa, karena tidak punya dana tidak berhasil melaksanakan komitmen sampai periode eksplorasi berakhir,” kata Amien.
Penerimaan Negara
Amien mengungkapkan realisasi penerimaan negara hingga akhir September kemarin mencapai US$ 9,58 miliar. Pencapaian ini sekitar 79% dari target penerimaan negara dalam APBN-P 2017 sebesar US$ 12,2 miliar. Dia menyebut pencapaian penerimaan negara hingga 30 September kemarin sudah cukup baik. Pasalnya lebih tinggi dari beban cost recovery yang dibayarkan pemerintah kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“ Ini masih hijau karena sampai september sudah bergerak 79% tapi bebannya 73%,” ujarnya.
Amien menjelaskan beban 73% cost recovery itu dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2017 sebesar US$ 10,71 miliar. Artinya, anggaran yang sudah dibayarkan pemerintah kepada KKKS mencapai US$ 7,76 miliar. Dia menegaskan tekad cost recovery lebih rendah dari penerimaan negara.
“Cost recovery inginnya serendah mungkin. Penerimaan negara ingin setinggi-setingginya," ujarnya.
Investor Daily, Page-9, Saturday, October 28, 2017
No comments:
Post a Comment