The government not only auction East Kalimantan Block (East Kal), but also Attaka Block because of oil and gas production from both work areas.
Director of Upstream Oil and Gas Business Development at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Tunggal said that with the scheme of managing two oil and gas fields together, the government must auction both blocks because the processing of their products is united. Therefore, he said, if PT Pertamina will return East Kalimantan Block, it can not be returned without the Attaka Block.
"East Kalimantan and Attaka are unitisasi [merger of two blocks], the production is not separated," he said in the Mining event and Energy at JW Marriott Hotel, Wednesday (27/9).
East Kalimantan and Attaka blocks have previously been assigned to be managed by Pertamina using a gross split contract on its new contract.
In 2016, Chevron Indonesia Company as operator of the East Kalimantan Block has stated it will not renew the contract. Meanwhile, in the Attaka Block, Inex and Chevron, each holding a 50% interest in participation, did not want to manage the block after the contract expired.
On the other hand, Pertamina often mentions that the management of the East Kalimantan Block is burdened with post-mining or abandonment and site restoration (ASR) expenses.
For auction the two work areas are special. After Pertamina declared that officially its stance on both work areas and ESDM Minister Ignatius Jonan has also received an official statement from Pertamina that the auction possible to do.
"Special auction, the special auction does not have to wait next year, if it's returned, prepare the data, announce it, then process."
Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that the two blocks are indeed difficult to manage. Because the economy is too low field so the company chose to restore the two blocks.
"We think the two blocks are economically heavy for us to manage."
IN INDONESIA
Attaka & East Kal Dilelang Satu Paket
Pemerintah tidak hanya melelang Blok East Kalimantan (East Kal), tetapi juga Blok Attaka karena hasil produksi minyak dan gas bumi dari kedua wilayah kerja tersebut.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tunggal mengatakan bahwa dengan skema pengelolaan dua lapangan migas secara bersama-sama, pemerintah harus melelang kedua blok itu karena pemrosesan hasil produksinya disatukan. Oleh karena itu, dia menyebut, bila PT Pertamina akan mengembalikan Blok East Kalimantan, tidak mungkin dikembalikan tanpa Blok Attaka.
“East Kalimantan dan Attaka itu unitisasi [penggabungan dua blok], produksinya tidak dipisah,” ujarnya dalam acara Pertambangan dan Energi di Hotel JW Marriott, Rabu (27/9).
Blok East Kalimantan dan Attaka sebelumnya telah ditugaskan agar dikelola Pertamina dengan menggunakan kontrak bagi hasil kotor (gross split) pada kontrak barunya.
Pada 2016, Chevron Indonesia Company sebagai operator Blok East Kalimantan telah menyatakan tidak akan memperpanjang kontrak. Sementara itu, pada Blok Attaka, lnpex dan Chevron yang masing-lnasing menguasai 50% saham partisipasi pun tidak ingin mengelola blok itu setelah kontrak berakhir.
Di sisi lain, Pertamina sering menyebut bahwa pengelolaan Blok East Kalimantan terbebani biaya kewajiban pascatambang atau abandonment and site restoration (ASR).
Untuk lelang kedua wilayah kerja tersebut bersifat khusus. Setelah Pertamina menyatakan bahwa secara resmi sikapnya terhadap kedua wilayah kerja itu dan Menteri ESDM Ignasius Jonan juga telah menerima pernyataan resmi dari Pertamina bahwa lelang bisa dilakukan.
"Lelang khusus, lelang khusus itu tidak perlu menunggu tahun depan. Kalau memang itu dikembalikan, siapkan datanya, umumkan, lalu proses."
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan bahwa dua blok tersebut memang sulit untuk dikelola. Pasalnya, keekonomian lapangan terlalu rendah sehingga perseroan memilih untuk mengembalikan kedua blok tersebut.
“Menurut kita, dua blok tersebut yang secara keekonomian berat untuk kita kelola."
Bisnis Indonesia, Page-28, Thursday, Sept 28, 2017
No comments:
Post a Comment