The joint operation of the Duri-Dumai gas pipeline construction project in Riau between PT Pertamina Gas and PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Will be an opportunity for synergy between the two gas trading companies.
In the same operation, Pertamina Gas (Pertagas) has a dominant share of 60%. While Perusahaan Gas Negara (PGN) is 40%. Pertagas President Director Toto Nugroho said the final negotiations between the two gas trading companies are very difficult in discussing the operation cooperation (KSO), which is related to the amount and distribution of working capital obligations.
"Pertamina subsidiary [Pertagas] majority. We are about 60%, PGN 40%, "he said on Wednesday (31/5). He explained that the Duri-Dumai gas pipeline project will be an opportunity to synergize or establish a holding company of state-owned oil and gas. According to him, the current structure of the two SOEs gas is already completed. Furthermore, the joint operation (KSO) will designate the construction contractor (engineering, construction / EPC).
"The pipeline is ready, but it has not yet begun to be dug [place to place the gas pipeline]." Toto added that the cooperation was not done by forming a joint venture, just by KSO. "It will take a long time to form a subsidiary."
The Government has issued the Minister of Energy and Mineral Resources Decree no. 4975 K / 12 / MEM / 2016 which commissioned PGN and Pertagas to jointly build the gas infrastructure along with its joint support. Based on the assignment, PGN is assigned to entire industries in South Sumatra, Riau and Jambi areas as it requires acceleration. PGN will build a 100-kilometer pipeline with a volume of 160 million cubic feet per day (MMscfd).
Meanwhile, Pertamina to optimize the Dumai Refinery will be re-operated. Pertamina built a 67 km long pipe with a volume of 157 MMsCfd.
In terms of supply, the gas allocation for the Dumai refinery is targeted to start flowing in late 2017 or early 2018 coming from the Corridor Block of 40 billion British thermal units per day (BBtud) and Bentu 57 BBtud Block.
For the operation and funding will be done by both companies. As for, the two companies will not create a new company. Both entities hold gas transportation rights in the same segment. As a result, both act as transporters Which is responsible as a contractor and entitled to the cost of delivering gas for the segment.
WAY OUT
Duri-Dumai, Director of PGN's Infrastructure and Technology Dilo Seno Widagdo, said that the establishment of KSO will eventually become a way out so that the Duri-Dumai project can be run soon. Because the two business entities have gas transportation permit in the same segment.
PGN also gets 37 MMBtu gas supply from the Corridor Block from 2018 to 2023. Meanwhile, gas contracts from Corridor and Bentu Blocks of 40 BBtud and 57 BBtud to Pertamina are planned to flow by the end of 2017 or early 2018 until the pipelines are connected.
"According to the assignment from the Ministry of Energy and Mineral Resources, the Duri-Dumai project is implemented with PGN and Pertamina. That's the consideration, "he said
Meanwhile, Pertagas, a subsidiary of PT Pertamina, posted net profit for January-April 2017 of US $ s4.6 million or 36% of this year's profit target of US $ I50.2 million. Pertagas's net profit at 20l6 was US $ 159.1 million.
Toto said, this year's profit target is lower than the realization of 2016 due to various factors. According to him. Government policies governing gas trading from upstream to downstream, including limiting the margin of gas business entities, make the company's performance depressed.
He pointed out, the company must reduce the tariffs for toll fees in the arun-Belawan section. The decrease in the pipe lease is the main cause of the decrease in income. Pertagas assets are currently around US $ 1.9 billion or Rp. 24.7 Trillion (exchange rate of Rp 13,000 per US $)
IN INDONESIAN
Pertamina Mayoritas di Rugi Duri-Dumai
Kerja sama operasi pembangunan pipa gas ruas Duri-Dumai di Riau antara PT Pertamina Gas dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. akan menjadi kesempatan untuk sinergi kedua perusahaan niaga gas itu.
Dalam kerja Sama operasi itu, Pertamina Gas (Pertagas) memiliki saham dominan yaitu 60%. sedangkan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebesar 40%. Presiden Direktur Pertagas Toto Nugroho mengatakan perundingan terakhir antara kedua perusahaan niaga gas itu sangat sulit dalam membahas kerja sama operasi (KSO), yaitu terkait dengan jumlah dan pembagian kewajiban modal kerja.
“ Anak Usaha Pertamina [Pertagas] mayoritas. Kami sekitar 60%, PGN 40%,” ujarnya, Rabu (31/5). Dia menjelaskan, proyek pipa gas mas Duri-Dumai akan menjadi kesempatan menuju sinergi atau pembentukan induk usaha (holding) BUMN minyak dan gas bumi. Menurutnya, saat ini struktur kerja Sama kedua BUMN gas itu sudah selesai. Selanjutnya kerja sama operasi (KSO) itu akan menunjuk kontraktor konstruksi (engineering, construction/EPC).
“Pipa sudah siap, tetapi belum mulai digali [tempat untuk menempatkan pipa gas]". Toto menambahkan, kerja sama itu tidak dilakukan dengan membentuk perusahaan patungan, cukup dengan KSO. "Akan butuh waktu lama kalau membentuk anak usaha."
Pemerintah telah menerbitkan Keputusan Menteri ESDM No. 4975 K/12/MEM/2016 yang menugaskan PGN dan Pertagas membangun bersama infrastruktur gas berikut penunjangnya secara bersama-sama. Berdasarkan penugasan, PGN ditugaskan untuk menyeluruh industri di wilayah Sumatra Selatan, Riau, dan Jambi karena memerlukan percepatan. PGN akan membangun pipa sepanjang 100 kilometer dengan volume 160 juta kaki kubik per hari (MMscfd).
Sementara itu, Pertamina untuk mengoptimumkan Kilang Dumai yang akan kembali dioperasikan. Pertamina membangun pipa sepanjang 67 km dengan volume 157 MMsCfd.
Dari segi pasokan, alokasi gas untuk Kilang Dumai ditargetkan mulai mengalir pada akhir 2017 atau awal 2018 yang berasal dari Blok Corridor sebesar 40 billion British thermal unit per day (BBtud) dan Blok Bentu 57 BBtud. Untuk pengoperasian dan pendanaannya akan dilakukan oleh kedua perusahaan.
Adapun, kedua perusahaan pun tidak akan membuat perusahaan baru. Kedua badan usaha memegang hak transportasi gas di ruas yang sama. Alhasil, keduanya berperan sebagai transporter yakni bertanggung jawab sebagai kontraktornya dan berhak mendapat biaya penghantaran gas atas ruas tersebut.
JALAN KELUAR
Terkait dengan kerja sama operasi Duri-Dumai, Direktur lnfrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo mengatakan, pembentukan KSO akhirnya menjadi jalan keluar agar pembangunan proyek Duri-Dumai bisa segera berjalan. Pasalnya, kedua badan usaha memiliki izin tranportasi gas di ruas yang sama.
PGN pun mendapat pasokan gas 37 MMBtu dari Blok Corridor mulai 2018 hingga 2023. Sementara itu, kontrak gas dari Blok Corridor dan Blok Bentu sebanyak 40 BBtud dan 57 BBtud kepada Pertamina direncanakan mengalir pada akhir 2017 atau awal 2018 sampai ruas pipa terhubung.
“Sesuai penugasan dari Kementerian ESDM, bahwa proyek Duri-Dumai dilaksanakan bersama PGN dan Pertamina. Itu pertimbangannya,” ujarnya
Sementara itu, Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina itu, membukukan laba bersih selama Januari-April 2017 sebesar Us$s4,6 juta atau 36% dari target laba tahun ini US$I50,2 juta. Laba bersih Pertagas pada 20l6 sebesar US$ 159,1 juta.
Toto menuturkan, target laba tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi 2016 karena berbagai faktor. Menurutnya. kebijakan pemerintah yang mengatur tata niaga gas dari hulu sampai hilir termasuk membatasi margin badan usaha niaga gas membuat kinerja perseroan tertekan.
Dia mencontohkan, perusahaan harus menurunkan tarif sewa pipa (toll fee) di ruas arun-Belawan Penurunan sewa pipa itu menjadi penyebab utama penurunan pendapatan. Aset Pertagas saat ini sekitar US$ 1,9 miliar atau Rp. 24,7 Triliun (nilai tukar Rp. 13.000 per US$)
Bisnis Indonesia, Page-30, Friday, June 2, 2017
No comments:
Post a Comment