google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Hulu Energi Coming Complete Review - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Wednesday, March 29, 2017

Pertamina Hulu Energi Coming Complete Review



PT Pertamina Hulu Energi, a subsidiary of PT Pertamina soon submit the results of the study support the continued development blocks of coal bed methane (coal bed methane / CBM) manages. Pertamina plans to release eight CBM blocks his possession because it is not economical.

President Director of Pertamina Hulu Energi Mount Sardjono Hadi explained that the review was done because Pertamina want to take ownership of the CBM block management. The review related to the penalty to be paid if Pertamina retreat without meeting the firm commitment that has been promised in the contract.

It will calculate whether cheaper to pay the penalty or implement commitments, including whether it is possible to cut costs by using cheaper technology. In doing a review, the company will also negotiate with the partners who still want to continue the development of CBM.

"We immediately conveyed our study results to shareholders, in recent weeks we say officially," he said in Jakarta on Monday (27/3).

He explained that Pertamina wanted to take ownership stakes in Block CBM because development is not economical. If using drilling rules adopted by Pertamina, the cost is quite large. While the results of the drilling of the well is only about 0,003 million standard cubic per day / MMSCFD. This figure is different from that in Australia, where the drilling of the wells can produce 0.3 MMSCFD.

"When referring to Pertamina Drilling Way, it is not economical. The cost is quite large and the results are not as expected, "said Mount Sarjono. Moreover, there are still problems and non-technical licensing to face it in the field. Related kelanjutkan CBM Block development, recognized Mountains, it has been called by the Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar.

Pertamina asked certainty to fulfill the commitments contained in the contract definitely CBM blocks hers. In some blocks, it does not meet the promised investment commitments.

However, it could not imply removing ownership as partners are still interested to continue its development, even though Pertamina is the operator. "So we have asked for time to Deputy Minister to negotiate with our partners as to what (the continuation of development)," he said.

Mount added, initially it wanted to sell its stake to another company, not backward. However, though it was offered, no other oil and gas companies who are interested to participate in the business development of CBM. Other companies also want a better prerequisite in CBM contract.

Currently, a subsidiary of PT Pertamina it has a participating interest in Block 14 with the magnitude of potential CBM 41.67 trillion cubic feet (TCF). Of these, eight blocks of which are operated by Pertamina, namely methane Sumatra 1, 3, 4, 6, and 7, Methane Tanjung II and IV, as well as methane Suban I and II.

The whole block wanted to be released by Pertamina. Meanwhile in five other blocks, it only holds an equity interest. In particular, 2 and 5 Methane Sumatra, Kalimantan Methane A and B, as well as methane Sumatra, Tanjung Enim. To kelanjutkan development of these blocks, said Mount, will be determined by a partner company that holds the operatorship rights.

Indonesia has a CBM resource of up to 453 trillion cubic feet. Until now there are 54 working area that has been given to the cooperation contract (PSC) has the potential of 138 TCF. However, no block CBM development is quite significant.

IN INDONESIAN

Pertamina Hulu Energi Segera Selesaikan Review


PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina segera menyerahkan hasil kajian kelanjutan pengembangan blok gas metana batubara (coal bed methane/ CBM) yang dikelolanya. Pertamina berencana melepas kepemilikan delapan blok CBM miliknya karena tidak ekonomis.

Presiden Direktur Pertamina Hulu Energi Gunung Sardjono Hadi menjelaskan, review dilakukan karena Pertamina ingin melepas kepemilikan Blok CBM yang dikelolanya. Tinjauan ini terkait penalti yang harus dibayarkan jika Pertamina mundur tanpa memenuhi komitmen pasti yang telah dijanjikan dalam kontrak.

Pihaknya akan menghitung apakah lebih murah membayar penalti atau melaksanakan komitmen, termasuk apakah ada kemungkinan memangkas biaya dengan menggunakan teknologi yang lebih murah. Dalam mengerjakan review, pihaknya juga akan melakukan negosiasi dengan mitra yang masih ingin melanjutkan pengembangan CBM. 

“Kami segera menyampaikan hasil kajian kami ke shareholder, minggu-minggu ini kami sampaikan secara resmi,” kata dia di Jakarta, Senin (27/ 3).

Dia menjelaskan, Pertamina ingin melepas kepemilikan saham di Blok CBM karena pengembangannya tidak ekonomis. Jika menggunakan aturan pengeboran yang dianut Pertamina, biaya yang dikeluarkan cukup besar. Sementara hasil pengeboran satu sumur hanya sekitar 0,003 million standard cubic per day/mmscfd. Angka ini berbeda dengan di Australia, di mana pengeboran satu sumur bisa menghasilkan 0,3 mmscfd.

“Kalau mengacu ke Pertamina Drilling Way, itu tidak ekonomis. Biayanya cukup besar dan hasilnya tidak sesuai harapan,” kata Gunung Sarjono. Apalagi masih ada masalah perizinan dan non-teknis yang harus dihadapi pihaknya di lapangan. Terkait kelanjutkan pengembangan Blok CBM ini, diakui Gunung, pihaknya telah dipanggil oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar.

Pertamina diminta kepastiannya untuk memenuhi komitmen pasti yang tertuang dalam kontrak blok CBM miliknya. Di beberapa blok, pihaknya memang belum memenuhi komitmen investasi yang dijanjikan.

Namun, pihaknya tidak bisa langsung menyatakan melepas kepemilikan karena mitra masih berminat untuk melanjutkan pengembangannya, meskipun Pertamina adalah operator. “Jadi kami minta waktu ke Wakil Menteri untuk bernegosiasi dengan partner kami seperti apa (kelanjutan pengembangan) ,” kata dia.

Gunung menambahkan, awalnya pihaknya ingin menjual kepemilikan sahamnya ke perusahaan lain, bukan mundur. Namun, meski sudah ditawarkan, tidak ada perusahaan migas lain yang berminat untuk ikut di bisnis pengembangan CBM. Perusahaan-perusahaan lain juga menginginkan prasyarat yang lebih baik dalam kontrak CBM.

Saat ini, anak usaha PT Pertamina itu memiliki hak partisipasi di 14 Blok CBM dengan besaran potensi 41,67 triliun kaki kubik (TCF). Dari jumlah tersebut, delapan blok diantaranya dioperasikan oleh Pertamina, yakni Metana Sumatera 1, 3, 4, 6, dan 7, Metana Tanjung II dan IV, serta Metana Suban I dan II.

Seluruh blok ini ingin dilepas oleh Pertamina. Sementara itu di lima blok lainnya, Pertamina hanya memegang kepemilikan saham. Rincinya, Metana Sumatera 2 dan 5, Metanan Kalimantan A dan B, serta Metana Sumatera Tanjung Enim. Untuk kelanjutkan pengembangan blok-blok ini, kata Gunung, akan ditentukan oleh perusahaan mitra yang memegang hak operatorship. 

Indonesia memiliki sumber daya CBM hingga 453 triliun kaki kubik. Sampai saat ini terdapat 54 Wilayah kerja yang sudah diberikan kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) memiliki potensi 138 TCF. Namun, belum ada blok CBM yang pengembangannya cukup signifikan.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, March, 29, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel