google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Built, New Oil Refinery in South Sumatra - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Tuesday, February 28, 2017

Built, New Oil Refinery in South Sumatra



Foreign investment company, PT Palembang GMA Refinery Consortium, plans to build an oil refinery with a capacity of 300,000 barrels per day in the Special Economic Zone Tanjung Api-Api, Banyuasin, South Sumatra. Projects to invest 8.3 billion euros, or around Rp 117 trillion is targeted to begin production in 2022.

General Manager Project Development PT Palembang GMA Refinery Consortium (PGRC) Mastiawan Kusumawardana, Tuesday (21/2) night in the coordination meeting in Palembang, said, PGRC choose Special Economic Zone (SEZ) Tanjung Api-Api as the location for the establishment of the refinery as it is considered a strategic , "This area is close to the Market areas According Mastiawan, future crude oil imported from countries in the Middle East, especially from Iran.

Then, the crude oil is brought to the South Sumatra by ship further processed into various types of fuel oil. "The processed oil from the refinery is not only for export, but also will be distributed to domestic demand, such as petrol, diesel, kerosene to the quality of fuel oil (BBM) clean-standard Euro V," he said.

However, to realize it takes a number of supporting facilities, such as docks were adequate as a lean ship. "We will bring in ships with a capacity of 2 million barrels of which require a depth of about 15-20 meters port. If the depth. less than that, the ship can not dock, "said Mastiawan.

Crude oil supply vessel planned to rely on the Port of Tanjung Carat within 12 kilometers from the refinery. PGRC plan to establish a temporary storage tank within 8 km of the port in a number of countries in the Asia Pacific, "said Mastiawan. Additionally, Mastiawan hope that the process of filling and distribution of the oil to and from ships will not interfere with other shipping activities. Therefore, the process of loading and unloading of ships to a refinery takes about two days. "The ship will dock usually about six days," he said.

He will also ensure the availability of pipelines as the charging infrastructure and the distribution of oil from the ship to refineries and vice versa. Acquisition of land In a meeting between PGRC and South Sumatra Governor Alex Noerdin also presented the need of land for refinery construction area of ​​650 hectares. In addition to the refinery, to be built 30 tanks as well as a container of oil reserves.

For the initial stage, PGRC together consultants from Japan will mangadakan feasibility study will begin in March 2017. The feasibility study will be prepared two years. "For the development and production process takes three years," he said.

Chairman of the Project Management Unit of KEK TAA Regina Aryani said that after this cooperation agreement, the next major focus is the acquisition of land. "The cost of land acquisition is not a problem because all borne by investors," he said. The next focus, is setting up a pipeline in a special lane so it does not interfere with other activities. "We want the pipeline built is not chaotic so the track must be custom made," he said.

Alex Noerdin hopes construction can be worked without a hitch. "We hope the feasibility study process is also accompanied licensing Amdal so development can be done immediately," he said. In addition to a refinery to be built PGRC, in Tanjung Api-Api KEK has built another refinery of PT Dex Indonesia with a capacity of 20,000 barrels per day.

IN INDONESIAN 

Dibangun, Kilang Minyak Baru di Sumsel


Perusahaan penanaman modal asing, PT Palembang GMA Refinery Consortium, berencana membangun kilang minyak berkapasitas 300.000 barel per hari di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Proyek berinvestasi 8,3 miliar euro atau sekitar Rp 117 triliun ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2022. 

General Manager Pengembangan Proyek PT Palembang GMA Refinery Consortium (PGRC) Mastiawan Kusumawardana, Selasa (21/2) malam dalam rapat koordinasi di Palembang, mengatakan, PGRC memilih Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api sebagai lokasi pendirian kilang minyak karena dinilai strategis. ”Kawasan ini dekat dengan Wilayah pemasaran Menurut Mastiawan, nantinya minyak mentah didatangkan dari negara-negara di kawasan Timur Tengah khususnya dari Iran. 

Kemudian, minyak mentah tersebut dibawa ke Sumatera Selatan dengan kapal yang selanjutnya diolah menjadi bahan bakar minyak berbagai jenis. ”Hasil olahan minyak dari kilang ini tidak hanya untuk diekspor, tetapi juga akan disalurkan untuk kebutuhan domestik seperti bensin, solar, minyak tanah dengan kualitas bahan bakar minyak (BBM) bersih berstandar Euro V,” ujarnya.

Meski demikian, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sejumlah fasilitas pendukung, seperti dermaga yang memadai sebagai tempat bersandar kapal. ”Kami akan mendatangkan kapal berkapasitas 2 juta barel yang membutuhkan kedalaman pelabuhan sekitar 15-20 meter. Apabila kedalamannya. kurang dari itu, kapal tidak bisa sandar,” ujar Mastiawan.

Kapal pemasok minyak mentah direncanakan bersandar di Pelabuhan Tanjung Carat yang berjarak 12 kilometer dari kilang. PGRC pun berencana membangun tangki penampungan sementara yang berjarak 8 km dari pelabuhan di sejumlah negara di Asia Pasifik,” ujar Mastiawan. Selain itu, Mastiawan berharap proses pengisian dan penyaluran minyak dari dan ke kapal tidak akan mengganggu aktivitas pelayaran lain. Sebab, proses bongkar muat dari kapal ke kilang membutuhkan waktu sekitar dua hari. ”Kapal biasanya akan berlabuh sekitar enam hari sekali,” ujarnya.

Dia juga akan memastikan ketersediaan jaringan pipa sebagai infrastruktur pengisian dan penyaluran minyak dari kapal ke kilang begitu pula sebaliknya. Pembebasan lahan Dalam pertemuan antara PGRC dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin juga dipaparkan kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang seluas 650 hektar. Selain kilang, juga akan dibangun 30 tangki sebagai penampung cadangan minyak. 

Untuk tahap awal, PGRC bersama konsultan dari Jepang akan mangadakan studi kelayakan yang akan dimulai pada Maret 2017. Studi kelayakan akan disusun dua tahun. ”Untuk proses pembangunan hingga produksi dibutuhkan waktu tiga tahun,” ujarnya.

Ketua Project Management Unit KEK TAA Regina Aryani mengatakan, setelah kerja sama ini disepakati, fokus utama selanjutnya adalah pembebasan lahan. ”Biaya pembebasan lahan tidak jadi masalah karena semua ditanggung investor,” ujarnya. Fokus selanjutnya, adalah menyiapkan jalur pipa dalam satu jalur khusus sehingga tidak mengganggu aktivitas lainnya. ”Kami ingin agar pipa yang dibangun tidak semrawut sehingga jalurnya harus dibuat khusus,” ujarnya.

Alex Noerdin berharap pembangunan dapat dikerjakan tanpa hambatan. ”Kami berharap proses studi kelayakan juga dibarengi perizinan Amdal sehingga pembangunan dapat segera dilakukan,” ujarnya. Selain kilang minyak yang akan dibangun PGRC, di KEK Tanjung Api-Api telah dibangun kilang minyak lain dari PT Dex Indonesia dengan kapasitas 20.000 barel per hari.

Kompas, Page-20, Thursday, Feb, 23, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel