Pipe Auction Hampered

BPH Migas has not been able to hold the auction of natural gas pipeline project as it is still waiting for the revision of the Plan for National Gas Transmission and Distribution Network 2012-2025.

The gas pipeline master plan will cover the proposed segment and the division of the gas network area. The unfinished revised master plan has impeded the gas pipeline project.

Head of Oil and Gas Downstream Regulatory Agency (BPH Migas) Fanshurullah Asa said that the auction of the gas pipeline project cannot be done because it is still waiting for the master plan for the construction of a new gas pipeline.

Therefore, the gas pipeline master plan needs to be improved. The current master plan refers to the Minister of Energy and Mineral Resources Decree no. 2700 K / 11 / MEM on National Transmission and Distribution Gas Supply Plan 2012-2025. Gas pipeline project auction can be held after revision of the Minister of Energy and Mineral Resources Decree.

He pointed out that the Natuna (Riau Islands) gas project for 500 km, the West Kalimantan-Central Kalimantan section of 1,000 km, and the 200km-long section of Central Kalimantan-Kalimantan Selatan are listed in the 2012-2025 master plan.

In addition, the formulation of the new master plan is also still awaiting regulation on the distribution of certain distribution network areas and commercial areas. The government is drafting new rules in the downstream gas business by defining the division of the territory so that no duplication of pipeline construction will occur.

In the gas pipeline construction undertaken by PT Perusahaan Gas Negara Tbk and PT Pertamina Gas, it is not uncommon to overlap.

"Must be decided by the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resources in accordance with the Oil and Gas Law. BPH Migas recommends. On the basis of this Decree of the Minister of EMR, BPH Migas can auction off, "he said.

Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, the length of gas pipeline in the country until 2016 reached 14,417.18 km. The pipeline consists of transmission pipelines (accessible to all parties) 4,296,59 km, downstream distribution pipelines 5,453.13 km, upstream pipes 4,649.89 km, and pipes built for self-use 71.57 km.

CONTINUED ADDED

The government targets gas pipeline length to increase to 17,584 km by 2020.

"The targets consist of 5.665 km Transmission pipeline, 7.955 km downstream pipeline, 4.697 km upstream pipeline and own 127 km of own power plant pipelines. According to him, BPH Migas will include a gas pipeline proposed by a business entity, namely Pupuk Sriwijaya- Tanjung Api-Api, South Sumatra to Muntok, Bangka Belitung along the 115 km, BPH Migas has not been able to determine whether gas pipeline auction can be expanded in 2018.

For the new segment proposed by Korea Gas and Mining and Energy Regional Company (PDPDE) belonging to the South Sumatra Provincial Government, it is still waiting for the design and defining the project.

The results of the design and the definition of the project become important because it will be used as material in the master plan of gas pipeline development in the country. Kogas and PDPDE's investment commitments were delivered last year with an investment value of US $ 600 million. 

     Kogas and PDPDE will build a transmission pipe along 113 km. Therefore, BPH Migas collects the commitment of the two companies to immediately report the results of the design phase and the definition of the pipeline project.

"We can not carry out an auction if they [Kogas-PDPDE] have not submitted [result] FEED [front end engineering design] to BPH Migas," Fanshurullah said.

Meanwhile, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. began to auction off two liquefied natural gas (LNG) cargoes originating from the Sanga-Sanga Block. PGN's Commerce Director Danny Praditya said an open auction was conducted to sell 2 LNG cargoes from Sanga-Sanga. According to him, there are five companies that follow the auction. SKK Migas has stipulated Decision Letter of Assignment of LNG Sales of State to PGN on December 4, 2017.

IN INDONESIA

Lelang Pipa Terhambat

BPH Migas belum dapat menggelar lelang proyek pipa gas bumi karena masih menunggu revisi Rencana untuk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional 2012-2025.

Rencana induk pipa gas itu akan meliputi usulan ruas dan pembagian wilayah jaringan gas. Belum selesainya revisi rencana induk itu telah menghambat proyek pipa gas.

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa mengatakan bahwa lelang proyek pipa gas belum bisa dilakukan karena masih menunggu rencana induk pembangunan pipa gas yang baru.

Oleh karena itu, rencana induk pembangunan pipa gas perlu disempurnakan. Rencana induk yang berlaku saat ini mengacu pada Keputusan Menteri ESDM No. 2700 K/11 /MEM tentang Rencana lnduk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional 2012-2025. Lelang proyek pipa gas dapat digelar setelah ada revisi Keputusan Menteri ESDM tersebut.

Dia mencontohkan, proyek pipa gas ruas Natuna (Kepulauan Riau) ke Kalimantan Barat sepanjang 500 km, ruas Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah sepanjang 1.000 km, dan ruas Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan sepanjang 200 km telah tercantum dalam rencana induk 2012-2025.

Selain itu, perumusan rencana induk yang baru juga masih menunggu regulasi tentang pembagian wilayah jaringan distribusi dan wilayah niaga tertentu. Pemerintah sedang menyusun aturan main baru dalam bisnis hilir gas dengan menetapkan pembagian wilayah sehingga tidak terjadi duplikasi pembangunan pipa.

Dalam pembangunan pipa gas yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dan PT Pertamina Gas tidak jarang terjadi tumpang tindih.

“Harus diputuskan oleh Keputusan Menteri ESDM sesuai dengan Undang-Undang Migas. BPH Migas merekomendasikan. Dengan dasar Keputusan Menteri ESDM ini, BPH Migas bisa melelang,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, panjang pipa gas di Tanah Air hingga 2016 mencapai 14.417,18 km. Pipa itu terdiri atas pipa transmisi (bisa diakses semua pihak) 4.296,59 km, pipa distribusi hilir 5.453,13 km, pipa hulu 4.649,89 km, serta pipa yang dibangun untuk kepentingan sendiri 71,57 km.

TERUS BERTAMBAH

Pemerintah menargetkan panjang pipa gas terus bertambah hingga 17.584 km pada 2020. 

"Target tersebut terdiri atas pipa Transmisi 5.665 km, pipa distribusi hilir 7.095 km, pipa hulu 4.697 km dan pipa umuk kepentingan sendiri 127 km. Menurutnya, BPH Migas akan memasukkan satu ruas pipa gas yang telah diusulkan oleh badan usaha, yaitu ruas Pupuk Sriwijaya-Tanjung Api-Api, Sumatra Selatan ke Muntok, Bangka Belitung sepanjang 115 km. BPH Migas belum bisa memastikan apakah lelang ruas pipa gas dapat dimuai pada 2018.

Untuk ruas baru yang diusulkan oleh Korea Gas dan Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) milik Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan, pihaknya masih menanti hasil desain dan pendefinisian proyek.

Hasil desain dan pendefinisian proyek menjadi penting karena akan digunakan sebagai materi dalam rencana induk pembangunan pipa gas di Tanah Air. Komitmen investasi Kogas dan PDPDE telah disampaikan pada tahun lalu dengan nilai investasi US$ 600 juta. 

    Kogas dan PDPDE akan membangun pipa transmisi sepanjang 113 km. Oleh karena itu, BPH Migas menagih komitmen kedua perusahaan itu untuk Segera melaporkan hasil tahap desain dan pendefinisian proyek jaringan pipa tersebut.

“Kami tidak bisa laksanakan lelang kalau mereka [Kogas-PDPDE] belum menyerahkan [hasil] FEED [front end engineering design/desain dan pendefinisian proyek] ke BPH Migas," kata Fanshurullah.

Sementara itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. mulai melelang dua kargo gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG) yang berasal dari Blok Sanga-Sanga. Direktur Niaga PGN Danny Praditya mengatakan, lelang terbuka telah dilakukan untuk menjual 2 kargo LNG dari Sanga-Sanga. Menurutnya, ada lima perusahaan yang mengikuti lelang tersebut. SKK Migas telah menetapkan Surat keputusan penugasan penjualan LNG bagian negara kepada PGN pada 4 Desember 2017. 

Bisnis Indonesia, Page30, Tuesday, Dec 19, 2017

JTB Gas Project Starts Socialized

Tiung Biru Gas Project (JTB) began to be socialized related to its development on Monday (18/12), the theme of optimization oil and gas project development JTB plan to be done in 2018.

The Bojonegoro Regent, Forkopimda, Representative of DPRD Commission A, B and E, Head of SCC Consortium, Head of SKK Migas Jabanusa, several leaders of the JTB acceleration project, SKK Migas, Pertamina Director, several Industry partners and local district muspika and invited guests others.

Regent of Bojonegoro, Suyoto invites all participants to flashback back some projects such as Banyuurip project mainly Banyuurip project land acquisition in 2018. At that time people have different expectations, now Banyuurip project contributes 20 percent of national oil.

In the development of JTB development projects need synergy, the article in the development of the JTB Project should also consider the local empowerment of its community.

"In addition it must also pay attention to the layout and establish good communication in all elements of society," he said.

Because the project is a global project, the success of this project is the success of us all. Our spirit is to seek a common solution not only to blame, to continue self-interested interests rather than national interests.

"This JTB project is a national project of red and white project which is the joint responsibility of all parties," he said.

Head of the Department of Industry and Manpower of Bojonegoro, Agus Supriyanto said that this activity aims to have the same understanding from all stakeholders starting from PEPC and PT Rekin, local service providers and so on to be able to participate in the procedure and transparently.

While the implementation of 2018 tender implementation in obtaining support work there are two groups of local business opportunities, direct business opportunities are related to the project and indirectly that is not intersect.

In the project direct activities reached the value of Rp 200-300 billion, while the project does not directly reach the value of Rp 200 billion. It is expected that this socio-socio-culture can take advantage of opportunities that are opened in a transparent manner.

Meanwhile, Director of PT PEPC, Jamsaton explained that JTB big project with budget of Rp 21 Trillion, producing H2S and CO2 gas this work must be done with care and professional, and focus with environment.

He hopes local workers and local contractors will be open there is no game behind the scenes to sit together to work in the oil and gas sector well. It took the side of PT Rekin and Japan Gas Corporation (JGC) to work on this project.

"We have to join hands and sit together if there is a problem to be discussed together. 100% land clearance is over. So this project can be timely and cost effective, "he said.

It also mentioned that in the development of the JTB Project it takes about 1700 more local staff where the development process will be opened in August with a single door for its recruitment. Namely through the Bojonegoro Office of Industry and Workforce.

On the occasion of PT Pertamina EP Cepu surrendered 10 community programs to the beneficiaries of the village and related institutions.

Jamsaton Nababan as President Director of PEPC directly gives symbolic to the beneficiaries witnessed by the Regent of Bojonegoro, Suyoto.

On the occasion, Jamsaton said to be proud because PEPC participated in increasing the capacity of the community, especially around the JTB operation area.

Meanwhile, the beneficiaries of batik program, Mrs. Hartutik from the Village Bandungrejo admitted happy to follow the program held by PEPC primarily because it helped increase revenue.

Programs that are handed over today include; Training Program of Automotive Applied Engineering; Batik Crafters Improvement Program; Help Information & Technology Tools for Basic Education; Capacity Building Program for Posyandu Cadres (Sehati); Local Potential Based Livelihood Improvement Program Through Optimizing Role of BUMDes; Public Infrastructure Improvement Program Field Volly Kec. Ngasem; Asphalting Road Axis Celangap ~ Bandungrejo; Community Information Board Program; Aid for Road Harming; Help Light Traffic Light Repair Simpang Four Celangap.

IN INDONESIA

Proyek Gas JTB Mulai Disosialisasikan

Proyek Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) mulai disosialisasikan terkait pengembangannya pada Senin (18/12), tema optimalisasi pengembangan project migas JTB rencana yang akan dilakukan pada 2018 mendatang.

Hadir pada kesempatan itu Bupati Bojonegoro, Forkopimda, Perwakilan anggota DPRD Komisi A, B dan E, Kepala Konsorsium SCC, Kepala SKK Migas Jabanusa, beberapa pimpinan proyek percepatan JTB, SKK Migas, Direktur Pertamina, beberapa rekanan Industri serta muspika kecamatan setempat dan tamu undangan lainnya.

Bupati Bojonegoro, Suyoto mengajak seluruh peserta untuk flashback kembali beberapa proyek diantaranya proyek Banyuurip utamanya pembebasan lahan proyek Banyuurip ditahun 2018. Saat itu masyarakat memiliki beragam harapan, kini proyek Banyuurip menyumbang 20 persen minyak nasional.

Dalam pembangunan proyek pengembangan JTB perlu sinergi, pasalnya dalam pengembangan Proyek JTB itu juga harus memperhatikan pemberdayaan lokal masyarakatnya.

"Selain itu juga harus memperhatikan tata ruang serta menjalin komunikasi yang baik di semua elemen masyarakat,” katanya.

Pasalnya, proyek ini adalah proyek global, sukses proyek ini adalah sukses kita semua. Semangat kita adalah mencari solusi bersama jangan hanya menyalahkan, terus adanya kepentingan yang mengutamakan diri sendiri bukan kepentingan nasional.

“Proyek JTB ini adalah proyek nasional proyek merah putih yang menjadi tanggung-jawab bersama semua pihak,” tuturnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro, Agus Supriyanto mengatakan, kegiatan ini bertujuan adanya pemahaman yang sama dari segenap pemangku kepentingan mulai PEPC dan PT Rekin, penyedia jasa kerja lokal dan sebagainya agar nantinya dapat terlibat secara prosedur dan transparan.

Sedangkan pelaksanaan Pelaksanaan tender 2018 dalam mendapatkan pekerjaan pendukung ada dua kelompok peluang bisnis lokal, peluang bisnis langsung adalah yang berkenaan dengan proyek dan tidak langsung yakni yang tidak bersinggungan. 

Pada kegiatan langsung proyek mencapai nilai Rp 200-300 milyar, sedangkan proyek tidak langsung mencapai nilai Rp 200 milyar. Diharapkan adanya sosilisasi ini masyarakat Bojonegoro dapat memanfaatkan peluang yang dibuka secara transparan.

Sementara itu Direktur PT PEPC, Jamsaton menjelaskan bahwa JTB proyek besar dengan anggaran Rp 21 Trilyun, memproduksi gas H2S dan CO2 pekerjaan ini harus  dilakukan dengan hati-hati dan profesional, dan fokus dengan lingkungan.

Dia berharap pekerja lokal maupun kontraktor lokal pihaknya akan terbuka tidak ada permainan dibalik layar dengan duduk bersama agar bisa bekerja disektor migas dengan baik. Pihaknya menggandeng pihak PT Rekin dan Japan Gas Corporation (JGC) untuk menggarap proyek ini.

“ Kita harus bergandeng tangan dan duduk bersama jika ada masalah yang harus didiskusikan bersama. Urusan tanah 100 persen sudah selesai. Sehingga proyek ini bisa tepat waktu dan tepat biaya,” katanya.

Dalam kegiatan itu juga disampaikan bahwa pada pengembangan Proyek JTB dibutuhkan sekitar 1700 lebih tenaga lokal dimana proses pengembangannya akan dibuka pada bulan Agustus dengan melalui satu pintu untuk perekrutannya. Yakni melalui Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Bojonegoro.

Pada kesempatan PT Pertamina EP Cepu menyerah terimakan 10 program kemasyarakatan kepada para pemanfaat dari desa dan instansi yang bersangkutan.

Jamsaton Nababan sebagai Direktur Utama PEPC secara langsung memberikan simbolis kepada pemanfaat disaksikan oleh Bupati Bojonegoro, Suyoto.

Dalam kesempatan tersebut, Jamsaton menyatakan ikut bangga karena PEPC turut berpartisipasi meningkatkan kapasitas masyarakat terutama di sekitar wilayah operasi JTB.

Sementara itu, pemanfaat program batik, Ibu Hartutik dari Desa Bandungrejo mengaku senang mengikuti program yang diadakan oleh PEPC terutama karena membantunya meningkatkan pendapatan.

Program yang diserahterimakan hari ini antara lain; Program Pelatihan Teknik Terapan Otomotif; Program Peningkatan Kreativitas Perajin Batik; Bantuan Peralatan Informasi & Teknologi untuk Pendidikan Dasar; Program Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu (Sehati); Program Peningkatan Mata Pencaharian Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Optimalisasi Peran BUMDes; Program Peningkatan Infrastruktur Publik Lapangan Volly Kec. Ngasem; Pengaspalan Jalan Poros Celangap ~ Bandungrejo; Program Papan Informasi Masyarakat; Bantuan Pengerasan Jalan Usaha Tani; Bantuan Perbaikan Lampu Traffic Light Simpang Empat Celangap.

 Bhirawa, Page-8, Tuesday, Dec 22, 2017

No Clarity, Pertamina's Communication is Not Good

Until now, there has been no significant development of land acquisition process of approximately 219 hectares for the purpose of Pertamina - Rosneft Russia oil refinery project in Jenu District, Tuban Regency, East Java, Indonesia.

Even after the socialization that took place some time ago with the villagers of Remen and Mentoso, there has been no further communication from Petamina, or any other party appointed by the government-owned company to negotiate with the residents.

"No more mining, and no meeting again after some time ago," said Head of Jenu, Sugeng Winarno

According to Sugeng, land acquisition of the oil refinery requires extra work, both the District Government, the region and Pertamina itself.

Unfortunately, Pertamina is the owner of authority, called not too intensive communicating with the District government and the affected communities directly.

"The land acquisition process until now is unclear, still the socialization stage, and even then not too smoothly, Pertamina lack of communication, practically disconnected communication," explained Sugeng.

According to Sugeng, the socialization process done earlier can be said to have failed, because the initial socialization conducted in one hotel in District Jenu some time ago, has not reached the intention of socialization, but some residents have refused and not conducive

"It is still Socialization stage, not to the point of socialization is not conducive and not possible to continue," explained Sugeng.

Asked when the communication will be held again with the community, Sugeng admitted not know and have not received any notification at all, even his side did not know much about the development of land acquisition and data because not much involved.

IN INDONESIA

Tidak Ada Kejelasan, Komunikasi Pertamina Dinilai Kurang Baik

Hingga kini, belum ada perkembangan signifikan proses pembebasan lahan kurang lebih seluas 219 hekter untuk keperluan proyek pembangunan kilang miyak Pertamina - Rosneft Russia di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban-Jawa Timur, Indonesia.

Bahkan setelah sosialisasi yang berlangsung beberapa waktu lalu dengan warga Desa Remen dan Mentoso, belum ada komunikasi lanjutan dari pihak Petamina, maupun pihak lain yang ditunjuk perusahaan milik pemerintah itu untuk berunding dengan warga.

“Belum ada perkambangan lagi, dan belum ada pertemuan kembali setelah beberapa waktu lalu,” kata Camat Jenu, Sugeng Winarno

Menurut Sugeng, pembebasan lahan akan kilang minyak tersebut membutuhkan kerja ekstra, baik Pemerintah Kecamatan, daerah dan pihak Pertamina sendiri.

Sayangnya pihak Pertamina sekalu pemilik otoritas, disebut tidak terlalu intensif berkomunikasi dengan pemerintah Kecamatan maupun masyarakat terdampak secara langsung.

“Proses pembebasan lahan sampai saat ini belum jelas, masih tahap sosialisasi, itupun tidak terlalu lancar, Pertamina kurang komunikasinya, bisa dibilang komunikasi terputus,” terang Sugeng.

Menurut Sugeng, proses sosialisasi yang dilakukan sebelumnya dapat dikatakan gagal, sebab sosialisasi awal yang dilaksanakan di salah satu hotel di Kecamatan Jenu beberapa waktu lalu, belum sampai pada maksud sosialisasi, namun sebagian warga sudah menolak dan tidak kondusif 

“Masih tahap Sosialisasi, belum sampai pada maksud sosilisasi sudah tidak kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan,” jelas Sugeng. 

Ditanya kapan akan dilaksanakan komunikasi kembali dengan masyarakatnya, Sugeng mengakui belum tahu dan belum menerima pemberitahuan sama sekali, bahkan pihaknya tidak banyak mengetahui perkembangan pembebasan lahan maupun datanya karena tidak banyak dilibatkan.

 Bhirawa, Page-8, Tuesday, Dec 19, 2017

There are Five KKKS Interested to Join Auction of Oil and Gas Block

Investors are awaiting Government Regulation on gross split tax in order to get stimulus.

The year 2018 is still two weeks away. The new year always brings new hope, not to mention the upstream oil and gas investment climate. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM), Arcandra Tahar optimistic, upstream oil and gas investment climate will be better next year. Because the government will soon issue the rules of taxation gross split.

Gross split tax rules are most awaited by business actors. The final draft of the gross split tax regulation has reached the State Secretary (Setneg) table since the beginning of last week.

The Ministry of Energy and Mineral Resources is still waiting for a Letter of Intent from the Secretary of State so that four ministers can immediately sign the draft before being signed by President Joko Widodo (Jokowi).

"The four ministers are the Minister of Finance, Maritime, ESDM, Kemenkumham," explained Arcandra, Friday (15/12).

But Arcandra did not know when the Government Regulation was out. He hopes that the Government Regulation of the gross split tax can come out before the deadline for the return of 15 oil and gas blocks ending on 31 December 2017.

Currently there are 20 companies that take the auction proposal, but there are five who committed to return the proposal or buy the oil and gas block.

"If the oil and gas blocks we sell, is a good sign. That said with gross split a lot of doubts, the evidence with last year's cost recovery, how many that work? Zero yes. This year we try there, "he explained.

Head of Program and Communications Program Division of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher said that the company targets upstream oil and gas investment next year to reach more than US $ 12 billion. That number should be almost equal to the target of upstream oil and gas investment this year which is at US $ 12 billion-US $ 13 billion.

Wisnu said that next year's investment target will increase by 10 percent. That's because the projected achievement of the target until the end of the year is only US $ 10.5 billion-US $ 11 billion until the end of the year. Until the end of November 2017, SKK Migas recorded upstream oil and gas investment of US $ 8 billion to US $ 9 billion.

SKK Migas is still optimistic that there will be an increase in upstream oil and gas investment in 2018. The world oil price is rising.

"With oil prices improving this could be a stimulus to KKKS," he said.

IN INDONESIA

Ada Lima KKKS Berminat Ikut Lelang Blok Migas

Investor menunggu Peraturan Pemerintah tentang pajak gross split agar bisa mendapat stimulus.

Tahun 2018 masih dua pekan lagi. Tahun baru selalu membawa harapan baru, tidak terkecuali iklim investasi hulu migas. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar optimistis, iklim investasi hulu migas akan lebih baik tahun depan. Sebab pemerintah sebentar lagi akan mengeluarkan aturan perpajakan gross split.

Aturan pajak gross split ini paling ditunggu oleh para pelaku usaha. Draft akhir aturan perpajakan gross split telah sampai di meja Sekretaris Negara (Setneg) sejak awal pekan lalu.

Kementerian ESDM masih menunggu Surat pengantar dari Sekretaris Negara agar empat menteri bisa segera menadatangani draf itu sebelum ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

"Empat menteri itu adalah Menteri Keuangan, Maritim, ESDM, Kemenkumham," jelas Arcandra, Jumat (15/12). 

Namun Arcandra belum tahu kapan Peraturan Pemerintah itu keluar. Dia berharap, Peraturan Pemerintah pajak gross split bisa keluar sebelum batas akhir pengembalian lelang 15 blok migas yang berakhir pada 31 Desember 2017. 

Saat ini sudah ada 20 perusahaan yang mengambil proposal lelang, tapi ada lima yang berkomitmen mengembalikan proposal atau membeli blok migas itu.

“Kalau blok migas kita laku, merupakan suatu pertanda baik. Bahwa dikatakan dengan gross split banyak yang meragukan, buktinya dengan cost recovery tahun lalu, berapa yang berhasil? Nol ya. Tahun ini kami usahakan ada," terangnya.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher menyebutkan, pihaknya menargetkan investasi hulu migas tahun depan bisa mencapai lebih dari US$ 12 miliar. Angka itu seharusnya hampir sama dengan target investasi hulu migas tahun ini yang di angka US$ 12 miliar-US$ 13 miliar. 

Wisnu menyebut, target investasi tahun depan naik 10% Itu karena proyeksi pencapaian target hingga akhir tahun hanya US$ 10,5 miliar-US$ 11 miliar sampai akhir tahun. Hingga akhir November 2017, SKK Migas mencatat investasi hulu migas sebesar US$ 8 miliar- US$ 9 miliar.

SKK Migas masih optimistis ada kenaikan angka investasi hulu migas di 2018. Sebab harga minyak dunia beranjak naik. 

"Dengan harga minyak membaik ini bisa jadi stimulus ke KKKS," katanya.

Kontan, Page-14, Monday, Dec 18, 2017

Design of JTB Gas Development Project Approved by Oil and Gas Directorate General

Government c.q Ministry of ESDM approved Design of Development Project of Gas Unitization of Tiung Biru Blue (JTB) PT Pertamina EP Cepu (PEPC). This is marked by the submission of approval documents by the Director of Oil and Gas Engineering and Patuan Alfon Simanjuntak to the President Director of PEPC Jamsaton Nababan.

With the approval of this design, PEPC and the consortium of implementers can undertake the construction of the JTB project in accordance with engineering principles and installation, as stipulated in Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 38 of 2017 concerning Installation Safety Safety and Equipment on Oil and Gas Business Activities.

PEPC is the first KKKS to get design approval from the Directorate General of Oil and Gas, after the issuance of Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 38 of 2017.

Design review to get the Design Approval done by Project Team JTB PEPC in House with the Directorate General of Oil and Gas and related Institution, design review covers the fulfillment of oil and gas regulation, risk management, process safety system and environmental document, use of standard and application of good engineering principle, utilization commitment domestic industry and TKDN plan of goods or services or combination.

Director of Oil and Gas Engineering and Environment at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Patuan Alfon Simanjuntak said, in the process of design review, the Government had requested that additional levels of domestic components be included in the design approval.

In the implementation of JTB project development, PEPC is expected to do well and avoid the occurrence of oil and gas accidents.

"Hope all of us, during the development project, please be well supervised. If you talk about oil and gas safety, avoid worker accidents. Avoid accidents or even cause bad things to the public because

that is what should be maintained during the construction of the project, "said Alfon.

PEPC President Director Jamsaton Nababan on the occasion, expressed his gratitude for the support of the Directorate General of Oil and Gas in the implementation of JTB project development. It is expected that this project can be completed on time, right on budget, exact specifications and exact results.

"A fortune for PEPC that this first KKKS obtained design approval according to Ministerial Regulation and Law. Not only limited to this agreement, hopefully his luck to follow JTB project and ending it from this stage of the project that we expect On Time, On Budget, On Specs and On Return (OTOBOSOR). So that the Government hopes for this project will be fulfilled. Not only the hope of the Government, but all the people of Indonesia from Sabang to Merauke, "said Jamsaton.

IN INDONESIA

Desain Proyek Pengembangan Gas JTB Disetujui Ditjen Migas

Pemerintah c.q Kementerian ESDM menyetujui Desain Proyek Pengembangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Hal ini ditandai dengan penyerahan dokumen persetujuan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Patuan Alfon Simanjuntak kepada Direktur Utama PEPC Jamsaton Nababan.

Dengan diperolehnya persetujuan desain ini, PEPC bersama konsorsium pelaksana dapat melaksanakan pembangunan proyek JTB sesuai dengan kaidah-kaidah keteknikan dan instalasi, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2017 tentang Pemeriksanaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha Migas.

PEPC merupakan KKKS pertama yang mendapatkan persetujuan desain dari Ditjen Migas, setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2017.

Penelaahan desain untuk mendapatkan Peresetujuan Desain dilakukan oleh Tim Proyek JTB PEPC secara In House bersama Ditjen Migas dan Institusi terkait, penelahaan desain meliputi pemenuhan regulasi migas, manajemen resiko, sistem keselamatan proses serta dokumen lingkungan, penggunaan standar dan penerapan kaidah keteknikan yang baik, komitmen pemanfaatan industri dalam negeri dan rencana TKDN barang atau jasa atau gabungan.

Direktur Teknikdan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Patuan Alfon Simanjuntak mengatakan, dalam proses penelahaan desain, Pemerintah sempat meminta agar dilakukan penambahan tingkat komponen dalam negeri yang kemudian dimasukkan dalam persetujuan desain.

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek JTB, PEPC diharapkan melakukannya dengan baik dan menghindari terjadinya kecelakaan migas. 

“Harapan kita semua, selama proyek pembangunan, tolong diawasi secara baik. Kalau bicara keselamatan migas, hindarilah kecelakaan pekerja. Hindarilah terjadinya kecelakaan-kecelakaan atau bahkan menimbulkan yang tidak baik terhadap publik karena memang itu yang harus dijaga selama pembangunan proyek,” kata Alfon.

Dirut PEPC Jamsaton Nababan dalam kesempatan tersebut, mengucapkan terima kasih terhadap dukungan Ditjen Migas dalam pelaksanaan pembangunan proyek JTB. Diharapkan proyek ini dapat diselesaikan tepat waktu, tepat anggaran, tepat spesifikasi dan tepat hasil.

“Suatu keberuntungan bagi PEPC bahwa KKKS ini yang pertama memperoleh persetujuan desain sesuai Peraturan Menteri dan Undang-Undang. Tidak sebatas persetujuan ini saja, mudah-mudahan keberuntungannya mengikuti proyek JTB dan ending-nya dari tahap proyek ini yang kita harapkan On Time, On Budget, On Specs dan On Return (OTOBOSOR). Sehingga yang diharapkan oleh Pemerintah terhadap proyek ini akan bisa terpenuhi. Bukan hanya harapan Pemerintah, tetapi seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ujar Jamsaton.

Investor Daily, Page-9, Saturday, Dec 16, 2017

PGN Ready to Sell Two LNG Cargo from Sanga-Sanga Block

The government has assigned PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) to sell uncommitted LNG parts of the Sanga-Sanga Block starting next year. PGN targets the LNG sales process to start on first semester of 2018.

Head of Marketing and Product Development Division of PGN, Adi Munandir, said that the initial phase of PGN will only sell two LNG cargoes in the first semester.

"It is now being evaluated on the further assignment of uncomitted cargo," Adi said.

Currently, the issuer coded PGAS in Indonesia Stock Exchange is conducting a tender mechanism with a variety of tenders to sell the two cargoes LNG to overseas buyers. However, PGN has not set its price.

"PGN is selling through a tender mechanism with a variety of tenders and sellers, but nothing has been done yet," explained Adi.

As for domestic gas maintenance this year, PGN recorded gas distribution of 750 billion british thermal units per day (bbtud) from the electricity, industry to household sectors. If coupled with gas transmission, PGN managed gas reached 1600 bbtud. Next year, PGN expects there will be a significant increase in gas management.

"PGN historically about 800 bbtud we have ever achieved, we hope to be the most optimum but it depends on the condition of the economy and others," said Adi.

IN INDONESIA

PGN Siap Jual Dua Kargo LNG dari Blok Sanga-Sanga

Pemerintah telah menugaskan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjual LNG bagian negara yang belum terkontrak (uncommitted) dari Blok Sanga-Sanga mulai tahun depan. PGN menargetkan proses penjualan LNG tersebut bisa dimulai pada semester I 2018. 

Head of Marketing and Product Development Division PGN Adi Munandir mengatakan, tahap awal PGN hanya akan  menjual dua kargo LNG di semester awal. 

"Sekarang sedang dievaluasi mengenai penugasan lebih lanjut atas uncomitted kargo," kata  Adi.

Saat ini, emiten berkode PGAS di Bursa Efek Indonesia itu sedang melakukan mekanisme tender dengan berbagai macam tender untuk  menjual dua kargo LNG tersebut kepada pembeli luar negeri. Namun, PGN belum menetapkan harganya. 

"PGN melakukan penjualan melalui mekanisme tender dengan berbagai macam tender dan penjual. Tapi belum ada hasilnya," Jelas Adi. 

Sementara untuk pengeloIaan gas domestik tahun ini, PGN mencatatkan distribusi gas sebanyak 750 billion british thermal unit per day (bbtud) yang berasal dari sektor kelistrikan, industri hingga rumah tangga. Jika ditambah gas transmisi, gas kelolaan PGN mencapai 1600 bbtud. Tahun depan, PGN berharap akan ada peningkatan pengelolaan gas yang cukup signifikan. 

"Secara historis PGN sekitar 800 bbtud pernah kami capai, kami berharap bisa kembali paling optimum tapi itu tergantung kondisi perekenomian dan lain-lain," Ujar Adi.

Kontan, Page-14, Saturday, Dec 16, 2017

Chevron Signs IDD Project Review Contract

Chevron has signed a front end engineering design (FEED) contract for the Indonesia Deepwater Development Project (IDD). The Pre-FEED study is targeted for completion by 2018.

Managing Director of Chevron Indo Asia Business Unit Chuck Taylor said the study will affect the development costs as well as the feasibility of the project. Pre-FEED studies will be the basis of revision of the plan of development (POD).

"This study will explore alternatives that can significantly decrease the cost of capital needs and increase the feasibility level of the project," he said in an official statement on Wednesday (14/12).

In his official statement, Chevron explains there are two signed contracts. Chevron is contracted with PT Worley Parsons Indonesia for feasibility study of engineering design and project design of Indonesia Deepwater Development (IDD) for underwater section and PT Tripatra Engineering for production facility section.

"The work in these contracts is expected to be completed by 2018. The second phase IDD project is estimated to have total natural gas production potential of around 3 trillion cubic feet," he said.

Chevron IDD project combines four contracts of cooperation namely Ganal, Rapak, Makassar Strait, and Muara Bakau. In the four concessions there are five fields namely Bangka Field, Gehem, Gendalo, Maha and Gandang. The related studies were conducted for the second phase of development which included Gendalo and Gehem Fields.

The second phase of IDD is estimated to have a total potential gas production of 3 trillion cubic feet (tcf). Meanwhile, Bangka Field has operated first in August 2016 and generates 110 million cubic feet per day (MMscfd) of gas and 4,000 barrels per day (bph) condensate.

Recorded, to date, six liquefied natural gas (LNG) cargoes from Bangka Field have been shipped from the Bontang LNG Plant to meet PT Pertamina's needs for five years.

Previously, Senior Vice President of Policy, Government, and Public Affairs Yanto Sianipar said the review needs to be completed first before it sets targets. Therefore, it has not been able to detail the IDD Project development plan, including production volume and project on-stream target. He also emphasized that POD previously compiled can not be used as a benchmark.

IN INDONESIA

Chevron Tandatangani Kontrak Kajian Proyek IDD

Chevron telah menandatangani kontrak pengerjaan pra desain rinci (front end engineering design/FEED) Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Kajian Pra-FEED ditargetkan selesai pada 2018.

Managing Director Chevron Indo Asia Business Unit Chuck Taylor mengatakan, studi yang dilakukan akan berpengaruh terhadap biaya pengembangan sekaligus kelayakan proyek. Studi pre-FEED akan menjadi basis revisi rencana pengembangan lapangan (plan of development/ POD).

“Kegiatan studi ini akan mendalami alternatif-alternatif yang dapat menurunkan kebutuhan biaya kapital secara signifikan dan meningkatkan tingkat kelayakan proyek,” ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (14/12).

Dalam keterangan resminya, Chevron menjelaskan terdapat dua kontrak yang ditandatangani. Rincinya, Chevron berkontrak dengan PT Worley Parsons Indonesia untuk studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) khusus seksi bawah laut dan PT Tripatra Engineering untuk seksi fasilitas produksi.

“Pekerjaan dalam kontrak-kontrak tersebut diharapkan selesai pada 2018. Proyek IDD tahap kedua diperkirakan memiliki potensi total produksi gas alam sekitar 3 triliun kaki kubik,” katanya.

Proyek IDD Chevron ini menggabungkan empat kontrak kerja sama yaitu Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau. Dalam keempat konsesi tersebut terdapat lima lapangan yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Kajian yang dilakukan terkait untuk pengembangan tahap kedua yang meliputi Lapangan Gendalo dan Gehem. 

IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas sebesar 3 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/tcf). Sementara Lapangan Bangka telah beroperasi terlebih dahulu pada Agustus 2016 lalu dan menghasilkan gas 110 juta kaki kubik per hari (million standard cubic het per day/ MMscfd) dan kondensat 4.000 barel per hari (bph). 

Tercatat, hingga saat ini, enam kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Lapangan Bangka telah dikapalkan dari Kilang LNG Bontang untuk memenuhi kebutuhan PT Pertamina selama lima tahun.

Sebelumnya, Senior Vice President Policy, Government, and Public AffairYanto Sianipar mengatakan, kajian perlu diselesaikan terlebih dahulu sebelum pihaknya menetapkan target. Karenanya, pihaknya belum dapat merinci rencana pengerjaan Proyek IDD, termasuk volume produksi dan target operasi (on stream) proyek. Ditegaskannya pula, POD yang pernah disusun sebelumnya juga tidak bisa dijadikan patokan.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 15, 2017

2017 Oil and Gas Receipts Reach US $ 13 Billion

Special Unit for Upstream Oil and Gas Activities (SKK Migas) states that state revenues exceed the target set in the 2017 Revised State Budget (APBN). The realization of state revenue reaches US $ 13 billion or 10% of the 2017 APBNP target of US $ 12.2 billion.

"If the state revenue from oil and gas will be above 100 percent, that lifting it all," Head of SKK Migas Amien Sunaryadi in Jakarta, Thursday (14/12).

Signs of exceeding state revenues have been seen since late September yesterday. The reason is three months before the end of the year state revenue has reached 79% or for US $ 9.58 billion.

The condition is different from the realization of oil and gas production in 2017. Realization until the end of 2017 only reached 98% of the lifting target in APBN-P 2017 of 1.96 million barrels of oil equivalent per day (BOEPD). But Amien did not explain the cause of the achievement of the target lifting.

"Approximately lifting this 2017 will only reach about 98% (of the target)," he said.

Based on the oil and gas production record of SKK Migas, until December 12, 2017, Indonesia's oil production reached 786,504 barrels per day (bpd), while the average production throughout 2017 reached 802,199 bpd.

For gas production until December 12, 2017 reached 7,824 MMSCFD, while the average gas production throughout 2017 reached 7,620 MMSCFD. Artiya total lifting oil and gas only reached 1.94 million BOEPD. While the target set APBN-P 2017 amounted to 1.96 million BOEPD.

When viewed realization in last September, oil lifting has actually reached 1.93 million BOEPD or 98% of the target. The realization is in line with the start of production of five oil and gas fields. First, Banyu Urip oil field in Bojonegoro, East Java with an investment value of US $ 3.38 billion. Currently its production reaches 200,000 barrels per day (bpd) from the target of 185,000 bpd.

The next field is Bangka Field which is part of the deepwater development project (Indonesian Deep Water Development / IDD) with an investment value of US $ 6.98 billion. Bangka field produces 100 mmscfd of gas and 4,000 bpd of condensate and gas allocation for domestic needs. Then Donggi Square, Matindok, and Senoro.

Investment for Donggi and Matindok amounted to US $ 762.1 million and Senoro reached US $ 815.5 million. Each production is 90 mmcfd and 270 mmscfd. The fourth field is the Jangkrik Field with an investment value of US $ 3.77 billion. The oil and gas field has an initial production capacity of 450 mmscfd and can be increased up to 600 mmscfd. The gas is supplied to Bontang refinery with 50% utilization for domestic.

Finally, Madura BD Field with an investment value of US $ 642.1 million. This oil and gas field produces gas of 46 mmscfd and 3,000 bpd of condensate. Production capacity 100 mmscfd. Now only 46 mmscfd.

Press Operational Cost

On the same occasion, Amin also revealed that the upstream oil and gas industry still faces major challenges, namely the declining value of investment due to the low price of oil. In order to survive in carrying out activities in the upstream oil and gas sector, the government, investors, and supporting industries are required to produce the most effective and efficient business decisions.

Not only in the upstream oil and gas activities, the Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) encourages efficiency in all areas, including office operations (general affairs) ranging from rental of buildings, transportation to worker mobilization, facilities and equipment offices, service facilities, and travel and travel services.

"SKK Migas continues to maintain sustainability of upstream oil and gas activities, striving to be efficient in various aspects, including safeguarding the investment climate to keep the industry attractive to investors," Amien said.

Exemplified, SKK Migas has conducted operational efficiency. For the building, the reduced area of ​​rented office space saves Rp 70 billion for five years.

Budget efficiency for off-site meetings starting 2017 is estimated to reach Rp 51 billion per year. Meanwhile, in the submission of general affairs budget by all contractors of cooperation contract in the program and budget plan (WP & B) in 2017, contribute efficiency worth Rp 350 billion.

"This can be achieved through intensive communication and coordination, the formation of working groups, as well as recommendations for standardization of general affairs management," said Head of Office and Finance Facilities Division of SKK Migas Sapta Nugraha.

GA Forum 2017 is organized as a forum for ideas exchange and benchmarking for General Affairs managers involving upstream oil and gas industry players and other industries. This year, the event which was attended by 300 participants was the theme of "Smart Facility Management to Enhance Business Process and FFiciency".

The Forum presents Finance and Administration Director, MRT Jakarta, Tuhiyat as the keynote speaker and dozens of speakers from SKK Migas, Unilever Indonesia, Bank Mandiri, Grad Indonesia, Microsoft Indonesia, Citilink, Chevron, and others. In addition, there is a cast involving several companies, such as Telkomsel and Garuda Indonesia.

IN INDONESIA

Penerimaan Migas 2017 Capai US$ 13 Miliar

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan penerimaan negara melebihi dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017. Realisasi penerimaan negara mencapai US$ 13 miliar atau 10% dari target APBNP 2017 sebesar US$ 12,2 miliar.

“Kalau penerimaan negara dari migas akan di atas 100 persen, itu lifting semuanya,” Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi di Jakarta, Kamis (14/12).

Tanda-tanda terlampauinya penerimaan negara itu sudah terlihat sejak akhir September kemarin. Sebabnya tiga bulan jelang tutup tahun penerimaan negara sudah mencapai 79% atau sebesar US$ 9,58 miliar.

Kondisi berbeda dengan realisasi produksi minyak dan gas siap jual (lifting migas) 2017. Realisasi hingga akhir 2017 hanya mencapai 98% dari target lifting dalam APBN-P 2017 sebesar 1,96 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).  Namun Amien tidak menjelaskan penyebab tidak tercapainya target lifting tersebut. 

“Kira-kira lifting 2017 ini hanya akan tercapai sekitar 98% (dari target)," ujarnya.

Berdasarkan catatan produksi migas SKK Migas, sampai 12 Desember 2017 produksi minyak Indonesia mencapai 786.504 barel per hari (bph), sedangkan produksi rata-rata sepanjang 2017 mencapai 802.199 bph.

Untuk produksi gas sampai 12 Desember 2017 mencapai 7.824 MMSCFD, sedangkan rata-rata produksi gas sepanjang 2017 mencapai 7.620 MMSCFD. Artiya total lifting migas hanya mencapai 1,94 juta BOEPD. Sedangkan target yang ditetapkan APBN-P 2017 sebesar 1,96 juta BOEPD.

Bila dilihat realisasi pada September lalu, sebenarnya lifting migas sudah mencapai 1,93 juta BOEPD atau 98% dari target. Realisasi itu seiring dengan mulai berproduksinya lima lapangan migas. Pertama, lapangan migas Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur dengan nilai investasi mencapai US$ 3,38 miliar. Saat ini produksinya mencapai 200.000 barel per hari (bph) dari target 185.000 bph.

Lapangan berikutnya yakni Lapangan Bangka yang merupakan bagian dari proyek pengembangan laut dalam (Indonesian Deep Water Development/ IDD) dengan nilai investasi US$ 6,98 miliar. Lapangan Bangka memproduksi gas 100 mmscfd dan 4.000 bph kondesat dan alokasi gasnya untuk kebutuhan domestik.  Kemudian Lapangan Donggi, Matindok, dan Senoro.

Investasi untuk Donggi dan Matindok sebesar US$ 762,1 juta dan Senoro mencapai US$ 815,5 juta. Masing-masing produksi 90 mmcfd dan 270 mmscfd. Lapangan keempat yakni Lapangan Jangkrik dengan nilai investasi US$ 3,77 miliar. Lapangan migas memiliki kapasitas produksi awal 450 mmscfd dan bisa ditingkatkan hingga 600 mmscfd. Gas tersebut disalurkan menuju kilang Bontang dengan pemanfaatan 50% untuk domestik.

Terakhir, Lapangan Madura BD dengan nilai investasi US$ 642,1 juta. Lapangan migas ini menghasilkan gas sebesar 46 mmscfd dan 3.000 bph kondensat. Kapasitas produksi 100 mmscfd. Sekarang hanya 46 mmscfd.

Tekan Biaya Operasional 

Pada kesempatan yang sama, Amin juga mengungkapkan bahwa industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih menghadapi tantangan besar yakni menurunnya nilai investasi akibat rendahnya harga minyak. Untuk dapat bertahan dalam menjalankan kegiatan di sektor hulu migas, pemerintah, investor, maupun industri pendukungnya dituntut untuk menghasilkan keputusan bisnis yang paling efektif dan efisien.

Tidak hanya di kegiatan inti hulu migas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong efisiensi di segala bidang, tidak terkecuali operasional kantor (general affairs) mulai dari sewa gedung, transportasi untuk mobilisasi pekerja, fasilitas dan peralatan kantor, fasilitas kedinasan, serta travel dan akomodasi perjalanan dinas.

“SKK Migas terus berusaha menjaga kesinambungan kegiatan hulu migas, berupaya untuk terus efisien di berbagai aspek, termasuk menjaga iklim investasi agar industri ini tetap menarik bagi investor,” kata Amien.

Dicontohkan, SKK Migas telah melakukan efisiensi operasional. Untuk gedung, pengurangan luas area ruang kantor yang disewa menghemat Rp 70 miliar untuk lima tahun.

Efisiensi anggaran untuk rapat luar kantor mulai tahun 2017 ini diperkirakan mencapai Rp 51 miliar per tahun. Sementara itu, dalam pengajuan anggaran general affairs oleh seluruh kontraktor kontrak kerja sama dalam rencana program dan anggaran (WP&B) tahun 2017, memberikan kontribusi efisiensi senilai Rp 350 miliar. 

“Hal ini bisa dicapai melalui komunikasi dan koordinasi intensif, terbentuknya kelompok kerja, serta rekomendasi standarisasi pengelolaan general affairs,” kata Kepala Divisi Fasilitas Kantor dan Keuangan SKK Migas Sapta Nugraha.

GA Forum 2017 diselenggarakan sebagai wadah bertukar ide dan benchmarking bagi pengelola General Affairs melibatkan pelaku industri hulu migas maupun industri lainnya. Tahun ini, kegiatan yang dihadiri 300 orang peserta ini mengangkat tema “Smart Facility Management to Enhance Business Process and fficiency”.

Forum menghadirkan Finance and Administration Director, MRT Jakarta, Tuhiyat sebagai pembicara utama dan belasan narasumber dari SKK Migas, Unilever Indonesia, Bank Mandiri, Grad Indonesia, Microsoft Indonesia, Citilink, Chevron, dan lainnya. Selain itu, digelar pemeran yang melibatkan beberapa perusahaan, semisal Telkomsel dan Garuda Indonesia.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 15, 2017