PARTNER SELECTION BONTANG REFINERY
PT Pertamina will hold an announcement once the selection of partners for the project refinery fuel oil (BBM) just in Bontang, East Kalimantan at the end of this month. In Ielang this time, Pertamina open opportunity for national companies to come invest in this project.
Director megaproject PengoIahan and Pertamina Petrochemical Hardadi Rachmat said, in contrast to Tuban Refinery Project, a partner in the Bontang workmanship is not limited only world-class player refinery business. Pertamina has opened up opportunities for companies, both from the refinery business, buying and selling (trading), and financial institutions, to become a strategic partner in the implementation of the Project Bontang.
"To Bontang, we do not limit that the candidate has experience building a refinery in the country or other countries, it will be more chance of domestic investors can contribute," he said in a conference
the press in Jakarta, Friday (24/2).
He explained, for the refinery project, Pertamina is not just looking for strategic partners like to Tuban refinery. For Bontang, partners sought are some companies that join the consortium, which consists of a strategic partner, the company crude oil supplier, and the owners of capital.
According to him, there are four major characteristics desired potential partners Pertamina. The details, have a strong track record in the industry a major oil pengoIahan keahndalan operational and project execution, can adjust to the structure and business model of the desired Pertamina, has a strong desire to accelerate the project and complete it in 2023, as well as provide compelling value for Bontang refinery project.
Project expose or exposure Bontang details about this project will be held on February 28 this Pertamina. It also marks the start of the selection of potential partners. Hardadi targeting, the company has gained a strategic partner two weeks after the project expose or on April 28, 2017. "Then the frame work agreement to be signed in mid-second quarter or the end of April," he said.
Immediately after his election, Pertamina, along with strategic partners will begin the process of Bankable Feasibility Study (BFS) which is targeted for completion in early 2018. In addition, the company will complete the formation of the consortium and set Pre-Investment Decision 1 which illustrates the expected initial investment Bontang refinery project.
"At the time (signatory frame work agreement) existing US $ 5 million placed in the account for a guarantee of sincerity. Then after sunrise Pre-Investment Deeision 1, put the commitment of US $ 10 million, "said Hardadi.
Senior Vice President of Business Development Pertamina Iriawan Yulianto said it has invited and announced in the mass media expose Bontang Project plan. Invitations are sent to companies prospective strategic partner, announcing smentara to find a partner who is a member of the consortium. So far more than 50 companies expressed their interest to follow Project Expose.
"From these two ways, there are seven companies of invitation prospective strategic partner and 50 companies of the announcement in the newspaper," he said.
Strategic partners are expected to play a role in the procurement of crude and prepare funding. Partners also have the ability to market products that are not absorbed in the domestic market to foreign markets, such as Australia, Papua New Guinea, New Zealand and the Philippines. In addition, the partnership is expected to adhere to the corporate governance aspects and promote local content.
Bontang plant is targeted to process crude oil of about 300 thousand barrels per day (bpd). However, the company is not sure konigurasi volume of each product. Hardadi just mentioned, the portion of solar production will reach about 40% of the total refinery capacity. "For gasoline (petrol), I can not tell now because the petrochemical not yet been defined," he said.
Economical ascertained
Hardadi said, the investment value Bontang refinery will be lower than US $ 3 billion. This is partly because already the availability of the necessary equipment such as power generation and supply of nitrogen as well as infrastructure supporters such as settlement and airports.
"Estimation (investments) of approximately US $ 8 billion, may be US $ 10-12 billion, if the Tuban refinery between US $ 12-15 billion. And then IRR (internal rate of return / return on equity) of 13%, on top of big rate, so definitely fly (to the street), "he said.
In addition to land, ancillary equipment, and additional infrastructure already available, the location is close to the Bontang Philippines also be an advantage for potential investors. Therefore, the company expects there will be residual production of diesel and jet fuel that can not be absorbed by the market domestjk approximately 35%. The rest of the production is to be exported by Pertamina and its partners.
"The Philippines is very suffer for diesel oil and aviation fuel. So this could be a potential market, "he said. Meanwhile, other products which is sold in the country, will certainly be bought by Pertamina.
For the portion of stock ownership, Pertamina will enter with a minimum ownership of approximately 5% to 25% in the early stages. However, the company furthermore has the right or option to increase its holdings in the period to be agreed upon later. Thus, the partner will hold a majority stake. "This is because many Pertamina projects once and executed at almost the same. So is giving eager for money, " he said.
Nevertheless, it would ensure Bontang stay will be an asset Pertamina. He said he and partners will discuss the clauses of right to buy or partner's chances of buying sallam gradually after 1020 years. Until now, Pertamina already has positive experience in partnering with other international partners. SK Energy, South Korea for the project in partnership with Pertamina Lube Base Group Ill (synthetic lubricant) since 2007 in Unit II Dumai refinery Refinery, Rosneft Oil Company for GRR Tuban and Saudi Aramco to RDMP Cilacap.
Implementation of the construction of a new refinery in Bontang is a further tintlak of ESDM Minister Decree No. 7935 K / 10 / MEM / 2016 dated December 9, 2016 which is assigned Pertamina to build and operate an oil refinery in Bontang, East Kalimantan. The project is expected to support Nawacita/Nine Hope President Joko Widodo to increase energy independence by reducing fuel imports.
IN INDONESIAN
SELEKSI MITRA KILANG BONTANG
Pertamina Buka Kesempatan bagi Perusahaan Nasional
PT Pertamina akan menggelar pengumuman sekaligus seleksi mitra untuk proyek kilang bahan bakar minyak (BBM) baru di Bontang, Kalimantan Timur pada akhir bulan ini. Dalam Ielang kali ini, Pertamina membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan nasional untuk ikut menanamkan modal dalam proyek ini.
Direktur Megaproyek PengoIahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, berbeda dengan Proyek Kilang Tuban, mitra dalam pengerjaan Kilang Bontang ini tidak dibatasi hanya pemain bisnis kilang kelas dunia. Pertamina telah membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan, baik dari bisnis kilang, jual beli (trading), dan institusi finansial, untuk menjadi mitra strategis dalam pelaksanaan Proyek Kilang Bontang.
“Untuk Kilang Bontang, kami tidak membatasi bahwa peserta memiliki pengalaman membangun kilang di negaranya atau negara lain, maka akan lebih banyak kesempatan investor dalam negeri bisa memberi kontribusi,” kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (24/2).
Dia menjelaskan, untuk proyek kilang ini, Pertamina tidak hanya mencari mitra strategis seperti untuk Kilang Tuban. Untuk Kilang Bontang, mitra yang dicari adalah beberapa perusahaan yang bergabung menjadi konsorsium, yang terdiri dari mitra strategis, perusahaan pemasok minyak mentah, dan pemilik modal.
Menurut dia, terdapat empat karakteristik utama calon mitra yang dikehendaki Pertamina. Rinciannya, memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengoIahan minyak utamanya keahndalan operasional dan eksekusi proyek, dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina, memiliki keinginan kuat untuk percepatan proyek dan
menyelesaikannya pada 2023, serta memberikan nilai menarik bagi proyek Kilang Bontang.
Project expose atau paparan rinci soal Proyek Kilang Bontang ini akan digelar Pertamina pada 28 Februari ini. Hal ini sekaligus menandai dimulainya seleksi calon mitra. Hardadi menargetkan, perseroan sudah memperoleh mitra strategis dua pekan setelah project expose atau pada 28 April 2017. “Kemudian akan ditandatangani frame work agreement pada pertengahan
kuartal kedua atau akhir April,” kata dia.
Segera setelah terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018. Selain itu, perseroan akan menuntaskan pembentukan konsorsium dan menetapkan Pre-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi Proyek Kilang Bontang.
“Pada saat itu (penandatangan frame work agreement) sudah ada US$ 5 juta yang ditaruh di account untuk jaminan kesungguhan. Kemudian setelah terbit Pre-Investment Deeision 1, ditaruh komitmen US$ 10 juta,” kata Hardadi.
Senior Vice President Business Development Pertamina Iriawan Yulianto mengatakan, pihaknya telah mengundang dan mengumumkan di media massa rencana Project expose Kilang Bontang. Undangan dikirimkan kepada perusahaan-perusahaan calon strategic partner, smentara pengumumkan untuk mencari mitra yang menjadi anggota konsorsium. Sejauh ini lebih dari 50 perusahaan menyatakan berminat mengikuti Project Expose.
“Dari dua cara ini, ada tujuh perusahaan dari undangan calon strategic partner dan 50 perusahaan dari pengumuman di koran," tuturnya.
Mitra strategis diharapkan berperan dalam pengadaan crude dan menyiapkan pendanaan. Mitra juga memiliki kemampuan dalam memasarkan produk yang tidak terserap di pasar dalam negeri ke pasar luar negeri, seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru dan Filipina. Selain itu, kemitraan diharapkan mematuhi aspek GCG dan mengedepankan tingkat kandungan dalam negeri.
Kilang Bontang ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari (bph). Namun, perseroan belum memastikan konigurasi volume masing-masing produk yang dihasilkan. Hardadi hanya menyebutkan, porsi produksi solar akan mencapai sekitar 40% dari total kapasitas kilang. “Untuk gasoline (bensin), saya tidak bisa sampaikan sekarang karena petrokimianya belum didefinisikan,” ujarnya.
Dipastikan Ekonomis
Hardadi menuturkan, nilai investasi Kilang Bontang akan lebih rendah dari Kilang sekitar US$ 3 miliar. Hal ini lantaran sudah tersedianya sebagian peralatan yang diperlukan seperti pembangkit listrik dan pasokan nitrogen serta infrastruktur pendukung seperti pemukiman dan bandar udara.
“Estimasi (investasi) sekitar US$ 8 miliar, mungkin bisa US$ 10-12 miliar, kalau kilang Tuban antara US$ 12-15 miliar. Kemudian IRR (internal rate of return/tingkat pengembalian modal) 13%, di atas big rate, jadi pasti fly (bisa jalan)," kata dia.
Selain lahan, peralatan pendukung, dan infrastruktur tambahan yang sudah tersedia, lokasi Bontang yang dekat dengan Filipina juga menjadi keuntungan bagi calon investor. Sebab, perseroan memperkirakan akan ada sisa produksi solar dan avtur yang tidak dapat terserap pasar domestjk sekitar 35%. Sisa produksi ini dapat diekspor oleh Pertamina dan mitranya.
“Filipina sangat suffer untuk minyak diesel dan avtur. Sehingga ini bisa menjadi pasar potensial," ujar dia. Sementara produk lain yang dijual ke dalam negeri, dipastikan akan dibeli oleh Pertamina.
Untuk porsi kepemilikan saham, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5% hingga 25 % pada tahap awal. Namun, perseroan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian. Sehingga, mitra akan memegang saham mayoritas.
“ini karena proyeknya Pertamina banyak sekali dan dilaksanakan pada saat hampir bersamaan. Jadi bagi-bagi uanglah,”
ujarnya.
Meski demikian, pihaknya akan memastikan Kilang Bontang tetap akan menjadi aset Pertamina. Pihaknya dan mitra akan membahas klausul right to buy atau kemungkinan membeli sallam milik mitra secara bertahap setelah 1020 tahun. Sampai saat ini Pertamina sudah mempunyai pengalaman positif dalam bermitra dengan mitra-mitra lnternasional. SK Energy, Korea Selatan bermitra dengan Pertamina untuk proyek Lube Base Grup Ill (pelumas sintetis) sejak tahun 2007 di kilang Refinery Unit ll Dumai, Rosneft Oil Company untuk GRR Tuban dan Saudi Aramco untuk RDMP Kilang Cilacap.
Pelaksanaan pembangunan kilang baru di Bontang ini merupakan tintlak lanjut dari Keputusan Mentri ESDM No. 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016 yang menugaskan Pertamina untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek ini diharapkan bisa mendukung Nawacita Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kemandirian energi dengan mengurangi impor BBM.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Feb, 25, 2017