12 Projects Become Mainstay

The government is relying on 12 upstream oil and gas projects to increase production this year. The 12 projects are targeted to produce 7,200 barrels of oil per day and 520 million standard cubic feet of gas per day. Last year, the oil and gas production target was not reached. 

Arifin Tasrif

    According to the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif, there is the potential for additional oil and gas lifting production by 2020. Several oil and gas working areas this year have entered the production stage. In addition to the new work area, additional production is also obtained from the development of the old oil and gas working area.

"In recent years, oil and gas lifting has continued to fall. The reason is that the existing oil wells are old and their productivity is decreasing. We hope that there will be additional production through the development of existing wells and new wells, "Arifin said.

The 12 projects are located in Sumatra, Java, and Kalimantan. The total investment for all projects is 1.4 billion US dollars, or around Rp 19 trillion. The overall production capacity is estimated at 7,200 barrels of oil per day and 520 million standard cubic feet of gas per day (MMSCFD). 

the Merakes Field

    Of all the projects, the Merakes Field in the East Sepinggan Block, East Kalimantan, is one of the fields with the largest gas production, which is 360 MMSCFD.

The application of enhanced oil recovery (EOR) methods will also be carried out this year. EOR uses water or chemical injection methods so that oil can be lifted out. This method is commonly applied in old wells whose productivity has decreased.

Dwi Soetjipto

Head of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK oil and gas) Dwi Soetjipto said, this year there were two OER implementation projects in the form of trials and studies. The trial implementation of EOR will be conducted in the Sago, Gemah, Jatibarang, and Tanjung fields managed by PT Pertamina EP, a subsidiary of PT Pertamina (Persero). The EOR study will be applied in the Pedada field in Riau and Kaji -Semoga in South Sumatra.

"No doubt, a decline in oil and gas production. However, we are trying our hardest so that the rate of decline does not increase. As major projects begin to operate in the coming years, it is expected that oil and gas production will increase from 2022, "Dwi said.

In 2019, Indonesia's oil lifting is 746,000 barrels per day or less than the target of 775,000 barrels per day. The 2019 natural gas lifting as much as 1.06 million barrels of oil equivalent per day or below the target of 1.25 million barrels of oil equivalent per day. This year, the target of lifting oil is 755,000 barrels per day and natural gas is 1,191 million barrels of oil equivalent per day. The government is targeting oil production of 1 million barrels per day in 2030.

Pessimistic

In a hearing with oil and gas SKK last week, member of the House of Representatives Commission VII, Abdul Wahid, said he was pessimistic that the target of producing 1 million barrels of oil per day in 2030 could be achieved. He reflected on oil and gas production which has continued to decline in recent years. Likewise, the realization of a seismic survey to find new reserves that did not reach the target in 2019.

"It is unfortunate that oil and gas production continues to decline. Such conditions are still exacerbated by illegal oil theft which reaches 20,000 barrels per day. With the seismic survey target that was not achieved in 2019, I am pessimistic that 1 million barrels of oil per day can be achieved by 2030, "Wahid said.

Based on SKK oil and gas data, in 2019 new sources of oil and gas reserves were found from 16 projects throughout Indonesia. New oil reserves were found at 384 million barrels and natural gas at 4.54 trillion cubic feet. The biggest finding in the Sakakemang Block in South Sumatra is 327 million barrels of oil equivalent.

IN INDONESIA

12 Proyek Menjadi Andalan

Pemerintah mengandalkan 12 proyek hulu minyak dan gas bumi untuk menambah produksi pada tahun ini. Ke-12 proyek itu ditargetkan dapat menghasilkan 7.200 barel minyak per hari dan gas 520 juta standar kaki kubik per hari. Tahun lalu, target produksi minyak dan gas bumi tidak tercapai. 

    Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, ada potensi penambahan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi pada 2020. Beberapa wilayah kerja minyak dan gas tahun ini sudah memasuki tahap produksi. Selain wilayah kerja baru, penambahan produksi juga diperoleh dari hasil pengembangan wilayah kerja minyak dan gas yang lama.

”Dalam beberapa tahun terakhir, liftng minyak dan gas terus turun. Penyebabnya, sumur-sumur minyak yang ada berusia tua dan produktivitasnya menurun. Kami berharap ada penambahan produksi lewat pengembangan sumur yang ada dan dan sumur yang baru,” kata Arifin.

Ke-12 proyek tersebut berlokasi di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Total investasi untuk seluruh proyek 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19 triliun. Adapun kapasitas produksi secara keseluruhan diperkirakan 7.200 barel minyak per hari dan gas 520 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Dari seluruh proyek itu, Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan, Kalimantan Timur, merupakan salah satu lapangan dengan produksi gas terbesar, yaitu 360 MMSCFD. 

Penerapan metode pengurasan minyak tingkat lanjut  atau (enhanced oil recovery/EOR) juga akan dilakukan tahun ini. EOR menggunakan metode penyuntikan air atau dengan bahan kimia agar minyak dapat terangkat keluar. Cara ini lazim diterapkan di sumur-sumur tua yang produktivitasnya menurun.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK minyak dan gas) Dwi Soetjipto mengatakan, tahun ini ada dua proyek penerapan OER berupa uji coba dan kajian. Uji coba penerapan EOR akan dilakukan di lapangan Sago, Gemah, Jatibarang, dan Tanjung yang dikelola PT Pertamina EP anak usaha PT Pertamina (Persero). Adapun kajian EOR akan diterapkan di lapangan Pedada di Riau dan Kaji-Semoga di Sumatera Selatan.

”Tidak dimungkiri, terjadi penurunan produksi minyak dan gas. Akan tetapi, kami berusaha sekuat tenaga agar tingkat penurunannya tidak membesar. Seiring mulai beroperasinya proyek-proyek besar di beberapa tahun mendatang, diharapkan produksi minyak dan gas meningkat mulai 2022” kata Dwi.

Sepanjang 2019, Iifting minyak Indonesia 746.000 barel per hari atau kurang dari target 775.000 barel per hari. Adapun lifting gas bumi 2019 sebanyak 1,06 juta barel setara minyak per hari atau di bawah target 1,25 juta barel setara minyak per hari. Tahun ini, target lifting minyak sebanyak 755.000 barel per hari dan gas bumi 1,191 juta barel setara minyak per hari. Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030.

Pesimistis

Dalam rapat dengar pendapat dengan SKK minyak dan gas pada pekan lalu, anggota Komisi VII DPR, Abdul Wahid, mengatakan pesimistis target produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030 dapat tercapai. Ia berkaca pada produksi minyak dan gas yang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir. Begitu pula dengan realisasi survei seismik untuk mencari smnber cadangan baru yang tidak mencapai target pada 2019.

”Sangat disayangkan produksi minyak dan gas terus menurun. Kondisi seperti itu masih diperburuk dengan pencurian minyak secara ilegal yang mencapai 20.000 barel per hari. Dengan target survei seismik yang tidak tercapai pada 2019, saya pesimistis 1 juta barel minyak per hari bisa dicapai pada 2030,” kata Wahid.

Berdasarkan data SKK minyak dan gas, pada 2019 ditemukan sumber cadangan minyak dan gas baru dari 16 proyek di seluruh Indonesia. Cadangan baru minyak yang ditemukan sebanyak 384 juta barel dan gas bumi sebanyak 4,54 triliun kaki kubik. Temuan terbesar di Blok Sakakemang di Sumatera Selatan sebesar 327 juta barel setara minyak.

Kompas, Page-13, Monday, Jan 20, 2020

Pertamina EP Relies on the EOR Method

PT Pertamina EP (PEP) claims to successfully exceed the 2019 oil and gas lifting target. This subsidiary of PT Pertamina (Persero) promises oil and gas production in 2020 will be even greater with the support of enhanced oil recovery (EOR) methods and reactivation of old wells.

PEP recorded the realization of lifting oil in 2019 and amounted to 82,213 barrels of oil per day (bopd) from the target of 82,190 bopd. While the gas production is 959 mmscfd from the 749 mmscfd targets.

Nanang Abdul Manaf

From the financial side, PEP's net profit reached the US $ 634 million with EBITDA of US $ 1,821 million. PT Pertamina EP President Director Nanang Abdul Manaf explained that his party would spur oil and gas production in 2020 to pursue a bigger target. The target is to lift 85,000 bopd of oil and gas by 932 mmscfd. One of PEP's strategies to spur production is to continue implementing EOR technology in several oil and gas fields.

"In Tanjung Field (South Kalimantan), the chemical EOR polymer has been implemented. In Rantau (Aceh), the implementation of polymer also started this year," he said.

The implementation of EOR in Tanjung Field is expected to be completed this year. In addition, the field trials at the Jirak, Ramba, and Belimbing fields will be completed in 2021. PEP is also preparing waterflood applications in three other fields namely Jirak, Ramba, and Belimbing.

"Studies are still being carried out on dozens of other fields," said Nanang.

Implementation of the waterflood and EOR patterns will optimize oil production and increase reserves. The application of EOR is expected to be able to increase production by 5% to 10%.

"Additional production (confirmed) after the full-scale stage is complete," explained Nanang.

PEP is targeting to drill 108 development wells this year. PEP will also reactivate old wells.

"We have tried, but for Pertamina EP it is not economical," Nanang said.

PEP will collaborate with regionally owned enterprises (BUMD) as has been done in Cepu, Blora, Sekayu, and Pali. Reactivation efforts include 200 wells with an average potential of 10 bopd per well.

"The wells are long-abandoned ones. It is estimated that investment per well starts from the US $ 100,000 to the US $ 1 million or the US $ 2 million," Nanang said. For reactivation of old wells. The PEP must partner with Regional Government Enterprises (BUMD).

IN INDONESIA

Pertamina EP Mengandalkan Metode EOR

PT Pertamina EP (PEP) mengklaim berhasil melampaui target lifting minyak dan gas tahun 2019. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini menjanjikan produksi minyak dan gas tahun 2020 akan Iebih besar lagi dengan dukungan metode enchanced oil recovery (EOR) dan reaktivasi sumur tua.

PEP mencatatkan realisasi lifting minyak tahun 2019 lalu sebesar 82.213 barrel oil per day (bopd) dari target 82.190 bopd. Sedangkan produlsi gas sebesar 959 mmscfd dari target 749 mmscfd. 

Dari sisi keuangan, laba bersih PEP mencapai US$ 634juta dengan EBITDA sebesar US$ 1.821 juta. Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menjelaskan pihaknya akan memacu produlsi minyak dan gas tahun 2020 ini untuk mengejar target yang Iebih besar. Target lifting minyak 85.000 bopd dan gas sebesar 932 mmscfd. Salah satu strategi PEP untuk memacu produksi adalah tetap menerapkan teknologi EOR di beberapa lapangan minyak dan gas.

"Di Lapangan Tanjung (Kalimantan Selatan) sudah mengimplementasikan chemical EOR polymer. Di Rantau (Aceh) mulai implementasi polymer juga tahun ini,"katanya. 

Penerapan EOR pada Lapangan Tanjung diharapkan rampung pada tahun ini. Selain itu, field trial pada Lapangan Jirak, Ramba dan Belimbing akan rampung pada tahun 2021 mendatang. PEP juga sedang menyiapkan penerapan waterflood pada tiga lapangan lain yakni Jirak, Ramba dan Belimbing.

"Studi masih dilakukan pada puluhan Iapangan Iainnya,” ujar Nanang.

lmplementasi pattern waterflood dan EOR akan mengoptimalkan produksi minyak dan penambahan cadangan. Penerapan EOR diharapkan mampu memberikan peningkatan produksi sebesar 5% hingga 10%. 

"Tambahan produksi (dipastikan) setelah tahapan full scale selesai," terang Nanang.

PEP menargetkan pengeboran 108 sumur pengembangan pada tahun ini. PEPjuga akan reaktivasi sumur tua. 

“Sudah kami upayakan, tapi untuk Pertamina EP tidak ekonomis,” kata Nanang.

PEP akan menjalin kerjasama dengan badan usaha milik daerah (BUMD) seperti yang telah dilakukan di Cepu, Blora, Sekayu dan Pali. Upaya reaktivasi antara lain terhadap 200-an sumur dengan potensi rata-rata 10 bopd per sumur. 

"Sumur-sumur itu adalah yang sudah lama ditinggalkan. Diperkirakan, investasi per sumur mulai dari US$ 100.000 hingga US$ 1 juta atau US$ 2 juta," ujar Nanang. Untuk reaktivasi sumur tua. PEP harus menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Kontan, Page-14, Monday, Jan 20, 2020

2019, Pertamina EP Lifting Exceeds Target

The performance of PT Pertamina EP, a subsidiary of PT Pertamina (Persero) as well as a Cooperation Contract Contractor under the supervision of SKK Migas, recorded positive results for the figure of oil lifting during 2019.

"In 2019, PEP achieved oil production figures of 82,213 BOPD and gas of 959 MMSCFD. As for gas lifting, the figure is 749 MMSCFD and oil lifting is at 82,190 BOPD, or 102% compared to the Company's Work Plan and Budget (RKAP) target of 80,733 BOPD, "Pertamina EP President Director Nanang Abdul Manaf said in Jakarta.

Nanang Abdul Manaf

According to Nanang, for exploration drilling, he has carried out 11 wells and exploitation drilling has drilled 99 wells, while for 3D seismic performance an area of ​​469 km2 has been carried out and 2D seismic has been carried out by 496 km, or 140% of the target of 355 km.

In financial terms, the net profit obtained by PEP was US $ 634 million and Ebitda was the US $ 1,821 million. PEP's commitment in the field of Health Safety Security and Environment is also evidenced by Zero Fatality and ZeroLost Time Incident with 99,741,534 safe working hours.

Nanang also emphasized that in the future there must be additional reserves of oil and gas in each field and asset. He said that now some field wells have entered old age.

For this reason, it needs to be rejuvenated again by finding new well points as reserves. As for the 2020 target, it wants to produce 85,000 BOPD of oil and gas of 932 MMSCFD. 

     To achieve this target, there are several challenges that must be faced including meeting the expectations of national oil production stakeholders of one million BOPD in 2030, optimizing gas prices, maintaining a positive trend for the last three years of oil and gas PEP (2017-2019), Ageing Production Facilities, EOR Implementation, and big discovery.

Furthermore, Nanang explained that several strategic points that will be implemented to achieve the 2020 Work Plan include maintaining and increasing HSSE performance, Execution of the On Time On Budget On Schedule and On Return work program by implementing the Business Acceleration Program (BAP) consistently. It also implements Cost Effectiveness & Efficiency and applies Good Change Management.

"Our strategy must also be aggressive at the beginning of this year and apply a culture of sharing and synergy between assets and fields," he added.

Meanwhile, Pertamina EP President Commissioner Basuki Trikora Putra expressed his appreciation for the performance of Pertamina EP during 2019. Especially in the field of oil lifting which was very proud and a good record in the HSSE field. He is also grateful for the 2019 PROPER Cup award with four gold trophies, as well as the acquisition of 12 green properties, and 4 blue properties.

IN INDONESIA

2019, Lifting Pertamina EP Melampaui Target

Kinerja PT Pertamina EP, salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah pengawasan SKK Migas, mencatat hasil positif untuk angka lifting minyak selama tahun 2019.

“Pada tahun 2019, PEP meraih angka produksi minyak sebesar 82.213 BOPD dan gas sebesar 959 MMSCFD. Sedangkan untuk lifting gas berada di angka 749 MMSCFD dan lifting minyak berada di angka 82.190 BOPD atau 102 % dibandingkan dengan target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 80.733 BOPD,”kata President Director Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Jakarta.

Menurut Nanang, untuk pemboran eksplorasi pihaknya elah melaksanakan sebanyak 11 sumur dan untuk pemboran eksploitasi telah dibor sebanyak 99 sumur, sedangkan untuk kinerja seismik 3D telah terlaksana seluas 469 km2 dan untuk seismik 2D telah terlaksana sebesar 496 km, atau 140% dari target sebesar 355 km.

Dalam hal keuangan, laba bersih yang diperoleh oleh PEP adalah sebesar US$ 634 juta dan Ebitda sebesar US$ 1.821 juta. Komitmen PEP dalam bidang Health Safety Security and Environment juga dibuktikan dengan Zero Fatality dan ZeroLost Time Incident dengan jumlah jam kerja selamat sebanyak 99.741.534.

Nanang juga menegaskan bahwa untuk kedepannya harus ada penambahan cadangan baik minyak dan gas di tiap field dan asset. Beliau mengatakan bahwa saat ini beberapa sumur field sudah memasuki usia senja. 

Untuk itu perlu diremajakan lagi dengan cara menemukan titik titik sumur baru sebagai cadangan. Adapun target 2020, pihaknya ingin menghasilkan minyak sebesar 85.000 BOPD dan gas sebesar 932 MMSCFD. 

     Untuk mencapai target tersebut, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi antara lain memenuhi harapan Stakeholder produksi minyak nasional sebesar satu juta BOPD tahun 2030, optimalisasi harga gas, mempertahankan trend positif tiga tahun terakhir migas PEP (2017-2019), Ageing Production Facilities, EOR Implementation, dan big discovery.

Lebih lanjut Nanang menjelaskan beberapa point strategi yang akan dilaksanakan untuk pencapaian Rencana Kerja tahun 2020 diantaranya adalah menjaga dan meningkatkan lagi kinerja HSSE, Eksekusi program kerja On Time On Budget On Schedule and On Return dengan mengimplementasikan Bussiness Acceleration Program (BAP) secara konsisten. Selain itu juga menerapkan Cost Effectiveness & Efficiency serta menerapkan Good Change Management.

“Strategi kami juga harus agresif di awal tahun ini serta menerapkan budaya sharing dan sinergi antar asset serta field,” tambahnya.

Sementara itu Komisaris Utama Pertamina EP Basuki Trikora Putra mengucapkan apresiasi terhadap kinerja Pertamina EP selama 2019. Khususnya di bidang lifting minyak yang sangat membanggakan serta catatan yang bagus di bidang HSSE. Beliau juga bersyukur dengan peraihan Piala PROPER 2019 dengan predikat emas sebanyak empat piala, begitu juga dengan perolehan 12 proper hijau, dan 4 proper biru.

Investor Daily, Page-9, Saturday, Jan 18, 2020

Supply Is Ready to Increase from 12 Projects

The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) estimates 12 upstream oil and gas projects are ready to operate throughout 2020 with estimated gas production of 705 million standard cubic feet per day (MMscfd) and oil of 3,000 barrels per day (BPD).

SKK Migas Deputy for Operations Julius Wiratno said that of the 12 oil and gas projects planned to start operating this year, the biggest was the Merakes Project undertaken by Eni Indonesia.

Eni Indonesia

"Merakes will be operational in the fourth quarter of 2020," he said.

Julius said the Merakes project by Eni East Sepinggan Ltd had an estimated production of 400 MMscfd. Meanwhile, gas reserves in the Merakes Field are estimated at 2 trillion cubic feet (Tcf).

the Merakes Field East Kalimantan

Eni started the Merakes-1 Well in 2014. Three years ago, Eni had drilled the Merakes-2 Appraisal Well. Meanwhile, the government has approved the proposed development plan (POD) for the Merakes Field, located in the Kutai basin, off the coast of East Kalimantan, in April 2018. Eni has begun developing the Merakes Field in May 2019.

On 2 May 2019, a symbolic steel cutting was carried out as a proof of the start of the Merakes Field development project. In Merakes Field, Eni plans to drill six underwater wells and build an underwater pipeline system that will be connected to Jangkrik's floating production unit (FPU) in Muara Bakau Block. Based on SKK Migas data, in the first quarter of 2020, there are estimated to be four upstream oil and gas projects

operate.

The four projects are Bukit Tua Phase 3 by Petronas Carigali Ketapang II Ltd with an estimated production of 31.5 MMscfd, Grati Pressure Lovering by Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd with an estimated production of 30 MMscfd, Buntal-5 by Medco E&P Natuna Ltd with an estimated production of 45 MMscfd, and Sembakung Power Plant by Pertamina EP:

Furthermore, in the second quarter of 2020 there were three projects planned to be operational. Call it the Randu Scissors project by PT PHE Randu Scissors with an estimated production of 3 mmscfd, Betung Compressors by Pertamina EP with an estimated production of 15 mmscfd, Malacca Strait Phase-1 by EMP Malacca Strait with an estimated production of 3,000 BPD, Meliwis by Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty. Ltd with an estimated production of 20 mmscf.

Entering the third quarter of 2020, SKK Migas projects that three projects will produce. Starting from the Cantik project by PT Sele Raya Belida with an estimated production of 2.5 mmscfd, LP-MP SKG-19 Compressor by Pertamina EP with an estimated production of 150 mmscfd and Peciko 8A by Pertamina Hulu Mahakam with an estimated production of 8 mmscfd.

This year, the government is targeting lifting oil and gas 1.95 million Barrels of Oil Equivalent Per Day (BOEPD), while the realization of lifting in 2019 is 1.8 million BOEPD. Meanwhile, the oil production target is 755,000 BPD, while gas is 1.19 million BOEPD. Achievement of lifting oil 7,000 BPD, and gas 1.06 million BOEPD in 2019.

SPEED OF LICENSING

Meanwhile, SKK Migas accelerates the upstream oil and gas licensing process to an average of 3 days from the previous 15 days to ensure all oil and gas projects are completed on time.

Dwi Soetjipto

SKK Migas Head Dwi Soetjipto said the One Door Service Policy (ODSP) program was present to build a transformation towards improving upstream oil and gas investment. In addition, the implementation of OSDP is expected to be in line with the dream of producing 1 million barrels of oil in 2030.

According to him, oil and gas exploration and exploitation activities require several licenses involving more than one agency. Through ODSP, SKK Migas claims that all licensing contract cooperation (KKKS) licensing process services are carried out in one door quickly.

Not only that, SKK Migas and KKKS also jointly conducted research on the completeness for each licensing requirement from various existing agencies. Dwi also promised that in the future the upstream oil and gas licensing related to SKK Migas would be integrated into the local government level.

      Licensing processes that take time, such as the EIA permit are promised to be completed sooner. Dwi added that this was important considering that if the project was completed on time, the project costs would not have been substantial and those that had been agreed upon and implementation were more efficient.

On the same occasion, Secretary-General of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ego Syahrial said that from 2017 to 2019 it had cut 189 permits. Of the licenses that were cut, at least 60 regulations came from the oil and gas sector.

"This year continued with ODSP, SKK Migas took the role even further. The end is to be able to produce 1 million barrels, "he said.

Meanwhile, Vice President of Corporate Services of Inpex Masela Ltd, Nico Muhyiddin, admitted that licensing issues are things that can slow down the project. According to him, the collaboration between SKK Migas and KKKS will see deeper problems so that efforts to find a way out more quickly and precisely.

"We hope that the implementation of this program will run well so that the intended target can be achieved properly," he said.

Azi N. Alam ExxonMobil Indonesia's

ExxonMobil Indonesia's Vice President Public and Government Affairs Azi N. Alam also appreciated SKK Migas's steps in implementing ODSP services. Azi explained the coordination that had been established coupled with ODSP provided progress in the process of an addendum to the revision of the analysis of environmental impacts (Amdal) at the Banyu Urip Bojonegoro Field in East Java.

the Banyu Urip Bojonegoro

"We are cooperating with SKK Migas, the Ministry of Energy and Mineral Resources, and KLHK [Ministry of Environment and Forestry] for the will of the Amdal addendum," he said.

IN INDONESIA

Pasokan Siap Bertambah dari 12 Proyek

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan 12 proyek hulu migas siap beroperasi sepanjang 2020 dengan estimasi produksi gas sebesar 705 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dan minyak 3.000 barel per hari (bph).

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan mengatakan dari 12 proyek migas yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun ini, yang paling besar adalah Proyek Merakes yang dikerjakan Eni Indonesia.

“Merakes akan beroperasi pada kuartal keernpat tahun 2020 ini,” ujarnya.

Julius mengatakan proyek Merakes oleh Eni East Sepinggan Ltd memiliki estimasi produksi 400 MMscfd. Adapun, cadangan gas di Lapangan Merakes diperkirakan sebesar 2 triliun kaki kubik (Tcf). 

Eni mulai Sumur Merakes-1 pada 2014. Tiga tahun berselang, Eni telah mengebor Sumur appraisal Merakes-2. Adapun, pemerintah telah menyetujui proposal rencana pengembangan (POD) Lapangan Merakes yang terletak di cekungan Kutai, lepas pantai Kalimantan Timur, pada April 2018. Eni sudah memulai pengembangan Lapangan Merakes pada Mei 2019.

Pada 2 Mei 2019, dilakukan pemotongan baja secara simbolis sebagai salah satu bukti dimulainya proyek pengembangan Iapangan Merakes. Di Lapangan Merakes, Eni rencananya akan mengebor enam sumur bawah laut serta membangun sistem pipa bawah laut yang akan terhubung dengan fasilitas produksi terapung (floating production unit/FPU) Jangkrik di Blok Muara Bakau. Berdasarkan data SKK Migas, pada kuartal I/2020, diperkirakan ada empat proyek hulu migas yang

beroperasi.

Keempat proyek tersebut adalah Bukit Tua Phase 3 oleh Petronas Carigali Ketapang II Ltd dengan estimasi produksi 31,5 MMscfd, Grati Pressure Lovering oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd dengan estimasi produksi 30 MMscfd, Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd dengan estimasi produksi 45 MMscfd, dan Sembakung Power Plant oleh Pertamina EP:

Selanjutnya, pada kuartal II/2020 tercatat ada tiga proyek yang direncakan beroperasi. Sebut saja seperti proyek Randu Gunting oleh PT PHE Randu Gunting dengan estimasi produksi 3 mmscfd, Kompresor Betung oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi sebesar 15 mmscfd, Malacca Strait Phase-1 oleh EMP Malacca Strait dengan estimasi produksi 3.000 bph, Meliwis oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty. Ltd dengan estimasi produksi 20 mmscf. 

Memasuki kuartal III/2020, SKK Migas memproyeksikan tiga proyek akan berproduksi. Mulai dari proyek Cantik oleh PT Sele Raya Belida dengan estimasi produksi sebesar 2,5 mmscfd, Kompresor LP-MP SKG-19 oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi 150 mmscfd serta Peciko 8A oleh Pertamina Hulu Mahakam dengan estimasi produksi 8 mmscfd.

Tahun ini, pemerintah menargetkan lifting migas 1,95 juta barel setara minyak per hari (boepd), sedangkan realisasi lifting 2019 sebesar 1,8 juta boepd. Adapun, target produksi minyak 755.000 bph, sedangkan gas sebesar 1,19 juta boepd. Capaian lifting minyak 7.000 bph, serta gas 1,06 juta oepd pada 2019.

PERCEPAT PERIJINAN

Adapun, SKK Migas mempercepat proses perizinan hulu migas menjadi rata-rata 3 hari dari sebelumnya selama 15 hari untuk memastikan seluruh proyek migas selesai tepat waktu. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan program One Door Service Policy (ODSP) hadir untuk membangun transformasi menuju perbaikan investasi hulu migas. Selain itu, pelaksanaan OSDP diharapkan searah dengan mimpi produksi minyak 1 juta barel pada 2030. 

Menurutnya, dalam kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi migas membutuhkan beberapa perizinan yang melibatkan lebih dari satu instansi. Melalui ODSP, SKK Migas mengklaim seluruh layanan proses perizinan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dilaksanakan dalam satu pintu dengan cepat.

Tidak hanya itu, SKK Migas dan KKKS juga bersama-sama melakukan penelitian atas kelengkapan untuk setiap persyaratan perizinan dari berbagai instansi yang ada. Dwi juga menjanjikan ke depan perizinan hulu migas yang berhubungan dengan SKK Migas akan ikut diintegrasikan hingga ke level pemerintah daerah. 

Proses perizinan yang menghabiskan waktu, seperti perizinan Amdal dijanjikan akan diselesaikan lebih cepat. Dwi menambahkan hal ini penting mengingat jika proyek selesai tepat waktu, biaya proyek juga tidak akan bertamnah besar dan yang telah disetujui dan pelaksanaan lebih efisien. 

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan sepanjang 2017 hingga 2019 pihaknya telah memangkas 189 perizinan. Dari perizinan yang dipangkas, setidaknya 60 regulasi yang berasal dari sektor migas.

“Tahun ini dilanjutkan dengan ODSP, SKK Migas ambil peran lebih jauh lagi. Ujungnya untuk mampu memproduksi 1 juta barel,” katanya.

Sementara itu Vice President Corporate Services Inpex Masela Ltd Nico Muhyiddin mengakui permasalahan perizinan merupakan hal yang dapat memperlambat proyek. Menurutnya, kolaborasi antara SKK Migas dan KKKS akan melihat permasalahan lebih dalam sehingga upaya mencari jalan keluar lebih cepat dan tepat.

“Kami harapkan implementasi program ini berlangsung dengan baik sehingga target yang dituju bisa dicapai dengan benar," katanya.

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N. Alam juga mengapresiasi langkah SKK Migas menerapkan layanan ODSP. Azi menjelaskan koordinasi yang sudah terjalin ditambah dengan ODSP memberikan kemajuan dalam proses adendum revisi analsisi mengenai dampak lingkungan (Amdal) di Lapangan Banyu Urip Bojonegoro Jawa Timur.

“Kami kerja sama dengan SKK Migas, Kementerian ESDM, dan KLHK [Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan] untuk kemauan adendum amdal,” katanya.

Bisnis Indonesia, Page-20, Thursday, Jan 16, 2020

SKK Migas Ensures Oil and Gas Licensing for Only Three Days

The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) accelerates and simplifies the upstream oil and gas licensing process to only three days to ensure all oil and gas projects are completed on time. This year, there are 12 oil and gas projects targeted to start operating.

Dwi Soetjipto

Head of SKK Migas Dwi Soetjipto said oil and gas exploration and exploitation activities require several licenses involving more than one agency. Therefore, with the active support of SKK Migas, he is optimistic that there will be no more constraints on licensing in the upstream oil and gas sector and licensing can be completed sooner. 

    The acceleration of this permit can be realized by the inauguration of the One Door Services Policy (ODSP).

"So that the licensing process can be accelerated from the usual 15 days to only three days," he said after inaugurating the ODSP.

Through ODSP, the entire service contract licensing contract (KKKS) licensing process is carried out in one door and the process is also faster. SKK Migas and KKKS jointly conduct research on the completeness of each licensing requirement from various agencies that exist today. 

    Even more than that, SKK Migas will help the KKKS to be able to fulfill the documents that are required for licensing and assist the licensing arrangements in the relevant agencies.

According to Dwi, with the delay in the completion of the upstream oil and gas project due to the ODSR due to the long and time-consuming process of licensing, this will not happen again. This is important considering that if the project is completed on time, the project costs will also not increase greater than agreed upon and implementation is more efficient.

"Because any delays in the upstream oil and gas project will lead to cost escalation. The impact on the government is that state revenue is delayed and not optimal, "he stressed.

He said the ODSP service completes the operation of the Integrated Operation Center (IOC) conducted by his party at the end of last year. He is optimistic that with these two improvements, the upstream oil and gas target this year can be achieved. Because the operation of the IOC and ODSP can overcome several obstacles, including in the field of licensing and data accuracy.

"We have enough time to make improvements if there are obstacles found during the implementation of the WP&B (work plan and budget). We have data to prevent negative events that could hamper upstream oil and gas operations this year, "Dwi explained.

Going forward, he hopes that ODSP services can provide a real and optimal contribution to improving the national oil and gas investment climate. Thus, Indonesia is able to compete with other countries in the region such as Malaysia, Thailand, and Vietnam, as well as other parts of the world, considering that upstream oil and gas investments are cross-border investments.

"This is the stage we want to build transformation, according to the government's vision and the direction of the Minister (ESDM Minister Arifin Tasrif), we must always improve investment in upstream oil and gas. One of them is to pursue the dream of 1 million BPD (barrels per day), "Dwi said.

Vice President Corporate Services of INPEX Masela Ltd. Nico Muhyiddin and ExxonMobil Indonesia's Vice President of Public and Government Affairs Azi N Alam appreciated SKK Migas's steps in implementing ODSP services. - each company.

Azi N Alam

"As we know licensing so far is something that can slow down the project. This step is very appropriate, we hope the problem will be dealt with quickly and appropriately. We hope that the implementation of this program runs well so that the target can be achieved properly, "said Nico.

12 Projects

Meanwhile, SKK Migas Deputy for Operations Julius Wiratno said there were 12 oil and gas projects planned to start operating this year. One of the biggest is the Merakes Project undertaken by ENI Indonesia.

"Merakes will be operational in the fourth quarter of this year," he said.

In the Merakes Field, ENI plans to drill six underwater wells and build an underwater pipeline system that will be connected to the floating production unit / FPU Jangkrik facility in the Muara Bakau Block.

The peak production of the Merakes Field is estimated to reach 60,305 barrels of oil equivalent per day (boepd barrels equivalent). In the first quarter, Julius continued, there were four projects targeted to operate. In particular, Bukit Tua Phase-3 with an estimated production of 31.5 million cubic feet per day / mmscfd by Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Grati Pressure Lowering 30 mmscfd by Ophir Indonesia (Sampang) Pty Ltd, Buntal-5 45 mmscfd by Medco E&P Natuna Ltd, and the Sembakung Power Plant by PT Pertamina EP.

Furthermore, four projects will operate in the second quarter. In particular, the Scissor Randu Project with an estimated production of 3 mmscfd by PT Pertamina Hulu Energi Randu Scissors, a 15 mmscfd Betung Compressor by PT Pertamina EP Malacca Strait Phase-13,000 BPD by EMP Mallacca Strait, and Meliwis 20 mmscfd by Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty Ltd . 

     Finally in the third quarter of 2020 there were three oil and gas projects scheduled to operate. These three projects are the 2.4 mmscfd Beauty Project by PT Sele Raya Belida, the 150 mmscfd LP-MP Compressor by PT Pertamina EP and Peciko 8A 8 mmscfd by PT Pertamina Hulu Mahakam.

In 2020, national oil and gas lifting is set at 1.95 million boepd, up slightly from last year's 1.8 million boepd. Specifically, oil production rose to 755 thousand bpd from the realization of 746 thousand bpd, and gas to 1.19 million boepd from the realization of 1.06 million boepd.

IN INDONESIA

SKK Migas Pastikan Perizinan Migas Hanya Tiga Hari

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mempercepat dan mempermudah proses perizinan hulu migas menjadi hanya tiga hari untuk memastikan seluruh proyek migas selesai tepat waktu. Pada tahun ini, terdapat 12 proyek migas yang ditargetkan mulai beroperasi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi migas membutuhkan beberapa perizinan yang melibatkan lebih dari satu instansi. Karenanya, dengan dukungan aktif SKK Migas, dia optimistis tidak akan ada lagi kendala perizinan di hulu migas dan perizinan bisa selesai lebih cepat. Percepatan perizinan ini dapat direalisasikan dengan diresmikannya One Door Services Policy (ODSP).

“Sehingga proses perizinan bisa dipercepat dari biasanya 15 hari menjadi hanya tiga hari,” kata dia usai meresmikan ODSP.

Melalui ODSP, seluruh layanan proses perizinan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dilaksanakan dalam satu pintu dan prosesnya juga lebih cepat. SKK Migas dan KKKS bersama-sama melakukan penelitian atas kelengkapan untuk setiap persyaratan perizinan dari berbagai instansi yang ada saat ini. Bahkan lebih dari itu, SKK Migas akan membantu KKKS untuk dapat memenuhi dokumen yang menjadi persyaratan perizinan serta mendampingi pengurusan perizinan di instansi terkait.  

Menurut Dwi, dengan adanya ODSR keterlambatan penyelesaian proyek hulu migas karena hambatan proses perizinan yang lama dan menghabiskan waktu, tidak akan terjadi lagi. Hal ini penting mengingat jika proyek selesai tepat waktu, maka biaya proyek juga tidak akan bertambah lebih besar dari yang telah disetujui dan pelaksanaan lebih efisien.

“Karena setiap keterlambatan proyek hulu migas akan menimbulkan ekskalasi biaya. Dampak bagi pemerintah adalah penerimaan negara tertunda dan tidak optimal,” tegas dia.

Layanan ODSP disebutnya melengkapi pengoperasian Integrated Operation Center (IOC) yang dilakukan pihaknya pada akhir tahun lalu. Dia optimis dengan dua perbaikan ini, target hulu migas pada tahun ini dapat tercapai. Pasalnya, beroperasinya IOC dan ODSP dapat menyelesaikan beberapa hambatan, antara lain di bidang perizinan dan akurasi data.

“Kami memiliki cukup waktu untuk melakukan perbaikan jika ada kendala yang ditemukan saat implementasi WP&B (work plan and budget/rencana kerja dan anggaran). Kami memiliki data untuk mencegah kejadian negatif yang dapat menghambat operasional hulu migas di tahun ini,” jelas Dwi.

Ke depannya, pihaknya berharap layanan ODSP dapat memberikan kontribusi yang nyata dan optimal untuk meningkatkan iklim investasi minyak dan gas nasional. Sehingga, Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain di kawasan seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, maupun belahan dunia lainnya, mengingat investasi hulu minyak dan gas adalah investasi lintas negara.

“Ini tahapan kami ingin membangun transformasi, sesuai visi pemerintah dan arahan Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) , kami harus selalu memperbaiki investasi di hulu migas. Salah satunya untuk mengejar mimpi 1 juta bph (barel per hari) ,” tutur Dwi.

Vice President Corporate Services INPEX Masela Ltd Nico Muhyiddin dan Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N Alam mengapresiasi langkah SKK Migas menerapkan layanan ODSP Kedua perusahaan ini sudah secara langsung merasakan manfaat ODSP ketika mengurus analisi dampak lingkungan (Amdal) proyek migas yang digarap masing-masing perusahaan.

“Seperti diketahui perizinan selama ini merupakan hal yang dapat memperlambat proyek. Langkah ini sangat tepat, harapan kami permasalahan akan ditangani dengan cepat dan tepat. Kami harapkan implementasi program ini berjalan dengan baik sehingga target yang dituju bisa dicapai dengan benar,” ujar Nico.

12 Proyek

Sementara itu, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, terdapat 12 proyek migas yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun ini. Salah satu yang paling besar adalah Proyek Merakes yang dikerjakan ENI Indonesia.

“Merakes akan beroperasi pada kuartal keempat tahun ini,” ujarnya.

Di Lapangan Merakes, ENI rencananya akan mengebor enam sumur bawah laut serta membangun sistem pipa bawah laut yang akan terhubung dengan fasilitas floating production unit/FPU Jangkrik di Blok Muara Bakau. 

Puncak produksi Lapangan Merakes diperkirakan bisa mencapai 60.305 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/ boepd). Pada kuartal pertama, Julius melanjutkan, terdapat empat proyek yang ditargetkan beroperasi. 

     Rincinya, Bukit Tua Phase-3 dengan estimasi produksi 31,5 juta kaki kubik per hari/ mmscfd oleh Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Grati Pressure Lowering 30 mmscfd oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty Ltd, Buntal-5 45 mmscfd oleh Medco E&P Natuna Ltd, dan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP.

Selanjutnya, empat proyek akan beroperasi di kuartal kedua. Rincinya, Proyek Randu Gunting dengan perkiraan produksi 3 mmscfd oleh PT Pertamina Hulu Energi Randu Gunting, Kompresor Betung 15 mmscfd oleh PT Pertamina EP Malacca Strait Phase-13.000 bph oleh EMP Mallacca Strait, serta Meliwis 20 mmscfd oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty Ltd. 

      Terakhir di kuartal ketiga 2020 terdapat tiga proyek migas yang dijadwalkan beroperasi. Ketiga proyek ini adalah Proyek Cantik 2,4 mmscfd oleh PT Sele Raya Belida, Kompresor LP-MP SKG-19 150 mmscfd oleh PT Pertamina ER serta Peciko 8A 8 mmscfd oleh PT Pertamina Hulu Mahakam.

Pada 2020, lifting migas nasional ditetapkan 1,95 juta boepd, naik sedikit dari realisasi tahun lalu 1,8 juta boepd. Rincinya, produksi minyak naik menjadi 755 ribu bph dari realisasi 746 ribu bph, serta gas menjadi 1,19 juta boepd dari realisasi 1,06 juta boepd.

Investor Daily, Page-9, Thursday, Jan 16, 2020

Pertamina Is Expected to Increase Lifting This Year

The Executive Director of the Center for Energy Policy, M. Kholid Syeirazi, said that in 2020 Pertamina was expected to be able to increase lifting, considering that the BUMN's performance in 2019 succeeded in exceeding the oil lifting target.

"I appreciate the achievement of Pertamina's achievement which exceeded last year's lifting target. For this reason, in 2020 I hope Pertamina can be more aggressive and dare to take risks to explore new areas, "he said as quoted by Antara.

Towards the end of 2019, Pertamina's oil lifting through Pertamina EP reached 29,939,653 BBL and Gas 272,954 MMSCF. Specifically for Pertamina EP Asset 3, it succeeded in producing 13,092 BOPD, equivalent to 100.6 percent of the WP&B target, while gas production reached 262 MMSCFD.

Based on that, Kholid believes that in 2020 Pertamina can increase lifting even more, but to achieve that, the company must be more daring to explore in new field areas.

Kholid added that the achievement could not be separated from the application of technology and human resources (HR) used by the state gas company. However, the use of high technology will impact Pertamina's high production costs. Besides that, the assignment of factors in a number of fields or oil and gas blocks was the trigger for Pertamina's success last year.

the Cepu Block

"This assignment factor has increased the amount of oil and gas production, one of which is the Cepu Block, which has contributed greatly to Pertamina. Not only Pertamina, but the Cepu Block production also contributes to the National oil and gas production, "he said.

IN INDONESIA

Pertamina Diharapkan Tingkatkan Lifting Tahun Ini

Direktur Eksekutif Center for Energy Policy, M. Kholid Syeirazi, mengatakan pada 2020 Pertamina diharapkan bisa lebih meningkatkan lifting mengingat kinerja BUMN tersebut pada 2019 berhasil melampaui target lifting minyak.

“Saya mengapresiasi hasil pencapaian Pertamina yang berhasil melampaui target (lifting) tahun lalu. Untuk itu, tahun 2020 ini saya harap Pertamina bisa lebih agresif dan berani mengambil resiko (taking risk) untuk melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru,” katanya seperti dikutip Antara.

Menjelang akhir 2019, lifting minyak Pertamina melalui Pertamina EP mencapai 29.939.653 BBL dan Gas 272.954 MMSCF. Khusus untuk Pertamina EP Asset 3, berhasil memproduksi 13,092 BOPD atau setara dengan 100,6 persen target WP&B, adapun produksi gas mencapai 262 MMSCFD. 

Berdasarkan hal itu, Kholid yakin pada 2020 Pertamina bisa lebih meningkatkan lifting tetapi untuk mencapai itu, perusahaan harus lebih berani melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru. 

Kholid menambahkan, pencapaian itu tidak bisa lepas dari penerapan teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan oleh perusahaan gas negara ini. Namun, penggunaan teknologi tinggi, akan berdampak tingginya cost produksi Pertamina. Selain itu faktor alih tugas sejumlah lapangan atau blok migas, jadi pemicu keberhasilan Pertamina di tahun lalu.

“Faktor alih tugas ini menambah jumlah produksi Migas, salah satunya Blok Cepu yang memberikan kontribusi sangat besar bagi Pertamina. Tidak hanya Pertamina, produksi Blok Cepu ini juga memberikan kontribusi bagi produksi migas Nasional,” katanya.

Investor Daily, Page-9, Monday, Jan 13, 2020