google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 ADNOC -->

Wikipedia

Search results

Showing posts with label ADNOC. Show all posts
Showing posts with label ADNOC. Show all posts

Wednesday, February 5, 2020

Pertamina-OOG Discontinues Cooperation in Build Bontang Refinery



PT Pertamina (Persero) did not continue to work with the oil and gas company from Oman, Overseas Oil and Gas (OOG) Llc, in working on a new refinery with a capacity of 300 thousand barrels per day (BPD) in Bontang, East Kalimantan. Pertamina is now looking for new partners to complete the project.

Overseas Oil and Gas (OOG)

This was known in a meeting between Pertamina and the House of Representatives Commission VI on Monday (3/2). In his presentation, Pertamina reported the development of the Bontang refinery development in which the proposed Regional Spatial Plan (RSP/RTRW) had been submitted to the local regional government.

However, the company also said that the framework agreement / FWA agreement with partners had ended. The intended partner is OOG. FWA is the basis for both companies to form a joint venture / JV. This FWA is valid for 12 months. Therefore, the company formation between Pertamina and OOG should have been completed at the end of 2019. One of the things discussed in the formation of the JV is the share ownership of each company.



Pertamina Megaprocess Processing and Petrochemical Director Ignatius Tallulembang confirmed that cooperation with OOG did not continue. Furthermore, he will look for new partners in building the refinery project.

"We are open [looking for new partners]. But with Oman, we have [not continued], "he said in Jakarta.

In fact, according to Pertamina's data, the Bontang Refinery Project is targeted to start operating in the next five years or in February 2025. So far, OOG has signed a memorandum of understanding with PT Meta Epsi and PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) to build the Bontang Refinery facility. The two companies will build supporting facilities (outside battery limit / OSBL), such as pipes, water treatment facilities, and fabrication.

In addition, OOG has also conducted open bidding in Singapore to engineering companies with a good reputation for conducting a financial feasibility study on 30 April 2019. This study will be used as a reference by lenders and banks to participate in funding the new refinery project.

The Bontang refinery requires a total investment of between the US $ 10-15 billion. In contrast to the cooperation between Pertamina and Rosneft Oil Company, for the Bontang Refinery Project, the funding needed to build the refinery is fully borne by OOG. While Pertamina obtained a 10% golden share as well as offtake of several products. The shareholding of this company can be increased.

Luhut Binsar Pandjaitan

Signals of continued cooperation with OOG have been voiced by the Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment Luhut Binsar Pandjaitan. The project partner at that time Luhut revealed that it could also be replaced if the performance was not good. The reason is, even though the project has been agreed since a few years ago this project has not yet been completed.


"What [Omani] company we want to find is a possible partner with Abu Dhabi, ADNOC or whatever," he said.

However, in fact, the oil and gas company from the United Arab Emirates actually did not enter the Bontang Refinery Project. The Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) agreed to explore further the potential of developing the Integrated Petrochemical Refinery Complex in Balongan, West Java. Pertamina and Adnoc signed a memorandum of understanding at the end of last year.

Mubadala Petroleum

While Mubadala Investment Company, a financial investment company from the United Arab Emirates (UAE), is interested in becoming an investor in the Balikpapan Refinery Project worth the US $ 5.5 billion. Pertamina has signed a principle agreement or Refinery Investment Principle Agreement to further evaluate investment cooperation opportunities in the processing sector.

Saudi Aramco

The agreement will provide a clear structure to ensure cooperation as a pathway to potential joint investment. Not only Bontang Refinery, but Pertamina also does not have an agreement with Saudi Aramco regarding the continued cooperation in capacity building and upgrading of the Cilacap Refinery.

After the asset valuation polemic that never ended, the two agreed to change the cooperation scheme into a lease. Under this scheme, Pertamina will pay the rental fees for the joint venture with Saudi Aramco which is building a new refinery unit at the Cilacap Refinery Complex. While the refinery unit which is currently in operation remains the property of Pertamina.

Nicke Widyawati

"The target is that we will agree to a leasing agreement within the next month. And if this happens, then the deal will happen, after that, we will carry out development, "said Pertamina President Director Nicke Widyawati.

The Bontang and Cilacap refineries are part of the six refinery projects developed by Pertamina. In addition to the Bontang refinery, another new refinery project developed by the company is Tuban Refinery in East Java. While the upgrading projects undertaken by other companies are in Balikapapan, East Kalimantan, in Balongan, West Java, and Dumai, Riau.

Arifin Tasrif 

Previously, Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif encouraged the speeding of the refinery project undertaken by Pertamina. The refinery upgrading project is expected to start operating in the second period of President Joko Widoro's government. While the new refinery project has at least begun the construction phase.

IN INDONESIA

Pertamina-OOG Tidak Lanjutkan Kerja Sama Membangun Kilang Bontang

PT Pertamina (Persero) tidak melanjutkan kerja sama dengan perusahaan minyak dan gas dari Oman, Overseas Oil and Gas (OOG) Llc, dalam mengerjakan kilang baru berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) di Bontang, Kalimantan Timur. Pertamina kini mencari mitra baru untuk merampungkan proyek tersebut.

Hal ini diketahui dalam rapat antara Pertamina dan Komisi VI DPR RI pada Senin (3/2) lalu. Dalam presentasinya, Pertamina melaporkan perkembangan pembangunan Kilang Bontang di mana usulan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah disampaikan kepada pemerintah daerah setempat. 

Namun, perseroan juga menyampaikan bahwa kesepakatan frame work agreement/FWA dengan mitra telah berakhir. Mitra yang dimaksud adalah OOG. FWA merupakan dasar bagi kedua perusahaan untuk membentuk joint venture/JV. FWA ini berlaku selama 12 bulan. Sehingga, seharusnya pembentukan perusahaan antara Pertamina dan OOG ini rampung di akhir 2019 lalu. Salah satu hal yang dibahas dalam pembentukan JV adalah kepemilikan saham masing-masing perusahaan.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang membenarkan bahwa kerja sama dengan OOG tidak berlanjut. Selanjutnya, pihaknya akan mencari mitra baru dalam membangun proyek kilang tersebut.

“Kami open [cari mitra baru]. Tetapi dengan Oman, kami sudah [tidak dilanjutkan],” kata dia di Jakarta.

Padahal, mengacu data Pertamina, Proyek Kilang Bontang ditargetkan mulai beroperasi dalam lima tahun ke depan atau pada Februari 2025. Sejauh ini, OOG telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Meta Epsi dan PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) untuk membangun fasilitas Kilang Bontang. Kedua perusahaan ini akan membangun fasilitas pendukung (outside battery limit/OSBL), seperti pipa, fasilitas water treatment, dan fabrikasi. 

Selain itu, OOG juga telah melakukan open bidding di Singapura kepada perusahaan engineering dengan reputasi bagus untuk melakukan kajian kelayakan finansial pada 30 April 2019. Kajian ini akan digunakan sebagai acuan oleh para pemberi pinjaman dan perbankan untuk turut serta mendanai proyek kilang baru tersebut.

Kilang Bontang membutuhkan total investasi antara US$ 10-15 miliar. Berbeda dengan kerja sama Pertamina dan Rosneft Oil Company, untuk Proyek Kilang Bontang, pendanaan yang dibutuhkan dalam membangun kilang ditanggung sepenuhnya oleh OOG. Sementara Pertamina memperoleh golden share 10% sekaligus sebagai offtaker beberapa produk. Bagian kepemilikan saham perseroan ini dapat ditingkatkan.

Sinyal tidak berlanjutnya kerja sama dengan OOG ini pernah disuarakan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Mitra proyek ini saat itu Luhut mengungkapkan juga dapat diganti jika kinerjanya tidak bagus. Pasalnya, meski proyek sudah disepakati sejak beberapa tahun lalu proyek ini belum juga rampung.

“Yang [perusahaan] Oman kami mau carikan mitra mungkin dengan Abu Dhabi, ADNOC atau mana,” kata dia.

Namun, nyatanya, perusahaan minyak dan gas asal Uni Emirat Arab itu justru tidak masuk ke Proyek Kilang Bontang. Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) sepakat mendalami lebih lanjut potensi pengembangan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Jawa Barat. Pertamina dan Adnoc telah menandatangani nota kesepahaman pada akhir tahun lalu.

Sementara Mubadala Investment Company, perusahaan investasi keuangan dari Uni Emirat Arab (UEA), berminat menjadi investor dalam Proyek Kilang Balikpapan senilai US$ 5,5 miliar. Pertamina telah meneken perjanjian prinsip atau Refinery Investment Principle Agreement untuk mengevaluasi lebih lanjut peluang kerja sama investasi di sektor pengolahan. 

Perjanjian tersebut akan memberikan struktur yang jelas untuk memastikan kerja sama sebagai jalur menuju investasi bersama yang potensial. Tidak hanya Kilang Bontang, Pertamina juga belum memiliki kesepakatan dengan Saudi Aramco terkait kelanjutan kerja sama peningkatan kapasitas dan perbaikan (upgrading) Kilang Cilacap. 

Setelah polemik valuasi aset yang tidak kunjung usai, keduanya sepakat mengubah skema kerja sama menjadi sewa. Dalam skema ini, Pertamina akan membayar biaya sewa terhadap perusahaan patungan dengan Saudi Aramco yang membangun kilang unit baru di Komplek Kilang Cilacap. Sementara unit kilang yang saat ini sudah beroperasi tetap menjadi milik Pertamina.

“Targetnya, kami dalam maksimum satu bulan ke depan akan menyepakati leasing agreement. Dan kalau ini terjadi, maka deal itu akan terjadi, setelah itu kami akan melakukan pembangunan,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Kilang Bontang dan Cilacap merupakan bagian dari enam proyek kilang yang dibangun Pertamina. Selain Kilang Bontang, proyek kilang baru lainnya yang dibangun perseroan yakni Kilang Tuban di Jawa Timur. Sementara proyek upgrading yang dikerjakan perseroan lainnya adalah di Balikapapan, Kalimantan Timur, di Balongan, Jawa Barat, dan Dumai, Riau. 

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong percepat proyek kilang yang dikerjakan oleh Pertamina. Untuk proyek upgrading kilang, diharapkan sudah mulai beroperasi di periode kedua pemerintah Presiden Joko Widoro ini. Sementara proyek kilang baru setidaknya sudah mulai tahap konstruksi.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, Feb 5, 2020

Thursday, January 30, 2020

Pertamina and ADNOC Work in Balongan Refinery



PT Pertamina and the national oil company Abu Dhabi, ADNOC, have agreed to work together to further develop the potential for developing the Integrated Petrochemical Refinery Complex in Balongan, Indramayu, West Java.


The signing of a memorandum of understanding (MoU) between Pertamina and ADNOC was carried out in Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE), on Sunday (1/12/2020). 

Nicke Widyawati

    Pertamina President Director Nicke Widyawati said the MoU was a follow-up to the comprehensive strategic framework (CSF) agreement that had been signed by both parties in July 2019.

The MoU was conducted to explore opportunities for cooperation in all oil and gas business chains, both in the UAE, Indonesia and internationally. Nicke further explained, as a result of the intensive discussion, Pertamina and ADNOC succeeded in increasing the agreement towards a more strategic and specific direction.

Among them are to evaluate the potential for developing crude to petrochemical complexes in Balongan. As a first step, both parties will study and explore the proposed business structure and technical configuration in the development of the refinery.

"Pertamina is opening up to a strategic partnership. The potential collaboration with ADNOC will strengthen Pertamina's business steps especially in optimizing the development of petrochemical refineries in Balongan, West Java so that later it can produce high-value products and meet the demand for domestic and foreign petrochemical products, especially polyolefins, "Nicke said.

On the same occasion, Pertamina and ADNOC also signed LPG supply agreements. This year, ADNOC will provide LPG up to 528,000 metric tons for Pertamina in order to secure domestic LPG needs.

"This transaction is also effective because the source is directly from the producer," Nicke said.

For information, ADNOC is known as one of the largest LPG producers in the world with a capacity of more than 10 million metric tons per year.

IN INDONESIA

Pertamina dan ADNOC Kerjaama di Kilang Balongan

PT Pertamina dan perusahaan minyak nasional Abu Dhabi, ADNOC, bersepakat menjalin kerja sama untuk mengembangkan lebih lanjut potensi pengembangan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. 

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pertamina dan ADNOC dilakukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada Minggu (12/1/2020).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan MoU itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan comprehensive strategic framework (CSF) yang telah ditandatangani kedua belah pihak pada Juli 2019.

MoU dilakukan untuk menjajaki peluang kerja sama di seluruh mata rantai bisnis minyak dan gas, baik di UEA, Indonesia, maupun internasional. Lebih lanjut Nicke menjelaskan, sebagai hasil diskusi intensif tersebut, Pertamina dan ADNOC berhasil meningkatkan kesepakatan ke arah yang lebih strategis dan spesifik. 

Diantaranya untuk mengevaluasi potensi pengembangan crude to petrochemicals complex di Balongan. Sebagai langkah awal, kedua belah pihak akan mempelajari dan mendalami usulan struktur bisnis dan konfigurasi teknis pada pengembangan kilang tersebut.

“Pertamina membuka diri untuk strategic partnership. Potensi kolaborasi dengan ADNOC akan memperkuat langkah bisnis Pertamina khususnya dalam mengoptimalkan pengembangan kilang petrokimia di Balongan Jawa Barat sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi serta memenuhi permintaan produk petrokimia dalam dan luar negeri, terutama polyolefin,” ujar Nicke.

Dalam kesempatan yang sama Pertamina dan ADNOC juga menandatangani perjanjian pasokan elpiji. Pada tahun ini ADNOC akan menyediakan elpiji sampai dengan 528.000 metrik ton untuk Pertamina dalam rangka mengamankan kebutuhan elpiji dalam negeri.

“Transaksi ini juga efektif karena sumbernya langsung dari produsen,” ujar Nicke.

Sebagai informasi, ADNOC dikenal sebagai salah satu produsen elpiji terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 10 juta metrik ton per tahun.

Media Indonesia, Page-10, Friday, Jan 17, 2020

Pertamima and Adnoc Explore Potential of Balongan Refinery



PT Pertamina (Persero) and the United Arab Emirates Nab (UAE) oil company Adnoc have committed to developing the Petrochemical Integrated Refinery Complex in Balongan, West Java. 

Mubdala Petroleum

    The two companies have also signed a memorandum of understanding or memorandum of understanding (MOU) to further develop the potential for the development of the Balongan Refinery in Abu Dhabi, UAE.

Nicke Widyawati

Pertamina President Director Nicke Widyawati said the two companies agreed to increase cooperation to be more specific and strategic in Arabia.

"As a first step, both parties will study and explore the proposed business structure and technical configuration of the development of the refinery," Nicke said.

The agreement is a follow-up to the Comprehensive Strategic Frame-work (CSF) agreement that was signed by both parties in July 2019. This was done to explore opportunities for cooperation in all oil and gas business chains, both in the UAE, Indonesia and internationally.


Nicke Widyawati ensured Pertamina was open to strategic cooperation. The potential collaboration with Adnoc, according to him, will strengthen Pertamina's business steps, especially in optimizing the development of the petrochemical refinery in Balongan.

"So that later it can produce high-value products and meet the demand for domestic and foreign petrochemical products, especially polyolefins," said Nicke.

She considered the potential of this cooperation was important because the development of the crude oil processing complex into petrochemicals would also be integrated with Balongan's Refinery Development Master Plan (RDMP).

In addition, Pertamina and Adnoc also signed a supply agreement for Liquefied Petroleum Gas (LPG). Thus, in 2020 Adnoc will provide LPG up to 528 thousand MT LPG to Pertamina in order to secure the domestic LPG needs.

"This transaction is also effective because the source is directly from the producer," said Nicke.

Regarding LPG supply, Adnoc is known as one of the largest oil and gas companies that produce LPG in the world with a capacity of more than 10 million MT per year. 

Sultan Ahmed al Jaber

    Meanwhile, Adnoc CEO Sultan Ahmed al Jaber said the agreement with Pertamina would support and strengthen the company's presence in Indonesia. Al-Jaber rate, Indonesia is one of the fastest-growing markets in Southeast Asia.

"This signed agreement also shows opportunities for innovative value creation and strong bilateral relations between the UAE and the Republic of Indonesia," Al-Jaber said.

In addition to cooperating with Adnoc, Pertamina is also collaborating with UAE company, Mubadala, to accelerate the development of RDMP Balikpapan, East Kalimantan.

IN INDONESIA

Pertamima dan Adnoc Eksplorasi Potensi Kilang Balongan

PT Pertamina (Persero) dan perusahaan minyak Uni Emirat Nab (UEA) Adnoc telah berkomitmen mengembangkan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Jawa Barat. Kedua perusahaan juga telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MOU) untuk mengembangkan lebih lanjut potensi pengembangan Kilang Balongan di Abu Dhabi, UEA.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, kedua perusahaan sepakat untuk meningkatkan kerja sama ke arab yang lebih spesifik dan strategis. 

"Sebagai langkah awal, kedua belah pihak akan mempelajari dan mendalami usulan struktur bisnis dan kofigurasi teknis atas pengembangan kilang tersebut," kata Nicke.

Kesepakatan tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Comprehensive Strategic Frame-work (CSF) yang telah ditandatangani kedua belah pihak pada Juli 2019. Hal tersebut dilakukan untuk menjajaki peluang kerja sama di seluruh mata rantai bisnis minyak dan gas, baik di UEA, Indonesia, maupun internasional. 

Nicke Widyawati memastikan Pertamina membuka diri untuk kerja sama strategis. Potensi kolaborasi dengan Adnoc, menurut dia akan memperkuat langkah bisnis Pertamina khususnya dalam mengoptimalkan pengembangan kilang petrokimia di Balongan.

“Sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi serta memenuhi permintaan produk petrokimia dalam dan luar negeri terutama polyolefin," tutur Nicke.

Nicke Widyawati menilai potensi kerja sama ini penting karena pengembangan kompleks pengolahan minyak mentah menjadi petrokimia juga akan terintegrasi dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan. 

Selain itu, Pertamina dan Adnoc juga menandatangani perjanjian pasokan liquied petroleum gas (LPG). Dengan demikian, pada 2020 Adnoc akan menyediakan LPG sampai dengan 528 ribu MT LPG untuk Pertamina dalam rangka mengamankan kebutuhan LPG dalam negeri.

“Transaksi ini juga efektif karena sumbernya langsung dari produsen,” ungkap Nicke.

Terkait pasokan LPG, Adnoc dikenal sebagai salah satu perusahaan minyak dan gas yang memproduksi LPG terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai lebih dari 10 juta MT per tahun. 

    Sementara itu, CEO Adnoc Sultan Ahmed al Jaber mengatakan, perjanjian dengan Pertamina akan mendukung dan memperkuat kehadiran perusahaannya di Indonesia. Al-Jaber menilai, Indonesia adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara.

"Kesepakatan yang telah ditandatangani ini juga menunjukkan peluang penciptaan nilai yang inovatif dan hubungan bilateral yang kuat antara UEA dengan Republik Indonesia," kata Al- Jaber.

Selain bekerja sama dengan Adnoc, Pertamina juga menggandeng perusahaan UEA, Mubadala, untuk mempercepat pengembangan RDMP Balikpapan, Kalimantan Timur.

Republika, Page-15, Friday, Jan 17, 2020

Tuesday, January 28, 2020

Pertamina-Adnoc Develops Petrochemical Integrated Refinery in Balongan



PT Pertamina (Persero) and the Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) agreed to explore further the potential for the development of the Petrochemical Integrated Refinery Complex in Balongan, West Java. Both of them signed a memorandum of understanding / MoU.


This MoU is a follow-up to the Comprehensive Strategic Framework (CSF) agreement signed by the two companies in July 2019. The CSF is to explore opportunities for cooperation in all oil and gas business chains, both in the United Arab Emirates (UAE), Indonesia, or international.

Pertamina President Director Nicke Widyawati said from the intensive discussion, Pertamina and ADNOC had succeeded in increasing the agreement in a more strategic and specific direction. One of them is to evaluate the potential of developing the oil processing complex into petrochemicals in Balongan. As a first step, both parties will study and explore the proposed business structure and technical configuration for the development of the refinery.

Nicke Widyawati

"Pertamina is opening up to a strategic partnership," said Nicke Widyawati.

According to Nicke Widyawati, the potential for this cooperation is important because the development of the petrochemical complex is planned to be integrated with the Balongan Refinery upgrading project. 

    So that in addition to reducing imports of fuel oil (BBM), this project will also minimize the import of petrochemical products. It targets the project to produce high-value products and meet domestic and foreign petrochemical product demands, especially polyolefins.

"The potential collaboration with ADNOC will strengthen Pertamina's business steps especially in optimizing the development of the petrochemical refinery in Balongan," said Nicke.

She explained, ADNOC was a potential strategic partner calculated by Pertamina. Because, in addition to his experience managing integrated refineries of petrochemical facilities with the largest capacity in the Middle East and the fourth largest in the world, ADNOC also offered an option to offer Pertamina's participation in the oil and gas production block in the UAE.

The upstream oil and gas cooperation will later be discussed by the two parties. In addition, on the same occasion, Pertamina and ADNOC also signed a liquid gas / LPG supply agreement. In 2020, ADNOC will supply up to 528 thousand metric tons of LPG to Pertamina to secure domestic LPG needs.

"This transaction is also effective because the source is directly from the producer," Nicke said.

ADNOC is also known as one of the largest oil and gas companies that produce LPG in the world with a capacity of more than 10 million metric tons per year for domestic and international markets.

Sultan Ahmed Al Jaber

Meanwhile, Minister of State of the United Arab Emirates (UAE) Sultan Ahmed Al Jaber said the agreement with Pertamina would support ADNOC to strengthen its presence in Indonesia as one of the fastest-growing economic markets in Southeast Asia. 

    This signed agreement also shows the opportunity for innovative value creation and strong bilateral relations between the UAE and the Republic of Indonesia.

IN INDONESIA

Pertamina-Adnoc Kembangkan Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan

PT Pertamina (Persero) dan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) sepakat menggali lebih lanjut potensi pengembangan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Jawa Barat. Keduanya telah menandatangani nota kesepahaman/MoU.

MoU ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Comprehensive Strategic Framework (CSF) yang telah ditandatangani kedua perusahaan pada Juli 2019. CSF ini untuk menjajaki peluang kerja sama di seluruh mata rantai bisnis minyak dan gas, baik di Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia, ataupun internasional.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan dari diskusi intensif tersebut, Pertamina dan ADNOC berhasil meningkatkan kesepakatan ke arah yang lebih strategis dan spesifik. Salah satunya untuk mengevaluasi potensi pengembangan komplek pengolahan minyak menjadi petrokimia di Balongan. Sebagai langkah awal, kedua belah pihak akan mempelajari dan mendalami usulan struktur bisnis dan konfigurasi teknis atas pengembangan kilang tersebut.

“Pertamina membuka diri untuk strategic partnership,” kata Nicke Widyawati.

Menurut Nicke Widyawati, potensi kerja sama ini penting karena pengembangan komplek petrokimia ini rencananya akan terintegrasi dengan proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas (upgrading) Kilang Balongan. Sehingga selain akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), proyek ini juga akan meminimalkan impor produk petrokimia. 

   Pihaknya menargetkan proyek ini dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi serta memenuhi permintaan produk petrokimia dalam dan luar negeri, terutama polyolefin.

“Potensi kolaborasi dengan ADNOC akan memperkuat langkah bisnis Pertamina khususnya dalam mengoptimalkan pengembangan kilang petrokimia di Balongan,” tegas Nicke.

Nicke Widyawati menjelaskan, ADNOC merupakan mitra strategis potensial yang diperhitungkan Pertamina. Pasalnya, selain berpengalaman mengelola kilang terintegrasi fasilitas petrokimia dengan kapasitas terbesar di Timur Tengah dan terbesar ke­-4 di dunia, ADNOC juga memberikan opsi tawaran partisipasi Pertamina di blok produksi migas di UEA. 

Kerja sama hulu migas ini nantinya akan didiskusikan oleh kedua pihak. Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Pertamina dan ADNOC juga menandatangani perjanjian pasokan gas minyak cair/LPG. Pada tahun 2020 ini, ADNOC akan memasok LPG sampai dengan 528 ribu metrik ton untuk Pertamina untuk mengamankan kebutuhan LPG dalam negeri.

“Transaksi ini juga efektif karena sumbernya langsung dari produsen,” ujar Nicke.

ADNOC juga dikenal sebagai salah satu perusahaan migas yang memproduksi LPG terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai lebih dari 10 juta metrik ton per tahun untuk kebutuhan dalam negeri maupun pasar internasional. 

Sementara itu, Menteri Negara Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Ahmed Al Jaber mengatakan, perjanjian dengan Pertamina akan mendukung ADNOC untuk memperkuat keberadaannya di Indonesia sebagai salah satu pasar pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara. Kesepakatan yang telah ditandatangani ini juga menunjukkan peluang penciptaan nilai yang inovatif dan hubungan bilateral yang kuat antara UEA dengan Republik Indonesia.

Investor Daily, Page-9, Friday, Jan 17, 2020

Monday, January 27, 2020

Abu Dhabi Aims for Energy Sector Investment in Indonesia



Indonesia strengthens relations with the United Arab Emirates (UAE). The two countries agreed on a number of cooperation and investments. Of the 16 agreements, Indonesia and the UAE agreed on five agreements in the fields of religion, education, agriculture, health, and counter-terrorism. While there are 11 business agreements signed by the two countries, covering the fields of energy, oil, and gas, petrochemicals, ports, telecommunications, and research. The total estimated investment value obtained from these 11 agreements reached Rp 314.9 trillion or the US $ 22.89 billion.

The UAE has high confidence in the development of the energy sector business in Indonesia. A total of 11 business agreements have been signed-in part for the energy business, said the Head of the Public Information Services and Cooperation Biro Ministry of Energy and Mineral Resources, Agung Pribadi.

PT Pembangkit Jawa Bali investment (PJBI)

One of the agreements in the business sector is the construction of a floating solar power plant in Cirata Reservoir, West Java. Later, the Masdar renewable energy company (EBT) based in Abu Dhabi UAE, will partner with PT Pembangkit Jawa Bali investment (PJBI) to build Cirata Floating PLTS with a capacity of 145 megawatt peak (MWp).

The investment value in the plant is estimated to reach Rp 1.8 trillion. Cirata Floating PLTS will break the record of the largest solar power plant in the ASEAN region after PLTS in the Philippines, Cadiz Solar Powerplant of 132.5 MW.

In addition to developing EBT-based electricity, Indonesia and the UAE agreed on a number of oil and gas projects such as the development of the Balikpapan RUV V Refinery Development Master Plan (RDMP) between Pertamina and Mubadala.

Later, RDMP RU V Balikpapan will increase refinery processing capacity from 260,000 barrels per day (BPD) to 360,000 BPD and improve product quality from fuel equivalent to Euro II to Euro V. The other agreed cooperation is about developing the potential of crude oil in Balongan between Pertamina and the Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), to the supply of liquified natural gas (LPG) between the two companies.


In the mineral subsector, Indonesia and the UAE signed a collaboration involving Emirates Global Aluminum (EGA) and PT Indonesia Mahan Aluminum (Mind Id) in the context of increasing the production of ingot alloys and billets.

During the test period (oba, planned additional production is around 20,000 tons with a current normal production capacity of 250,000 tons. In fact, the Middle East investment record in Indonesia is less encouraging and the value is not significant.


For example, the promise of Saudi Aramco, the Saudi oil and gas giant to build a refinery in Cilacap, Central Java, with Pertamina. The plan is not clear because an agreement has not been established. The negotiations between Pertamina and Aramco began in 2014, or have been in vain for six years.

Then there was the Food and Energy Estate project in Merauke (MIFEE) in Papua in 2010. This 2.5 million hectare project is predicted to save IDR 4.7 trillion in foreign exchange through reducing food imports.

Saudi Binladin Group

Saudi Binladin Group, a construction conglomerate from Saudi Arabia, expressed interest in entering the project. There is even a mention of US $ 4 billion worth of investment interest. But until now there has been no continuation of the Bin Ladin Group investment plan.

During President Joko Widodo's visit to Saudi Arabia on 14 ~ 15 April 2019, Prince Muhammad bin Salman expressed interest in a $ 6 billion investment in the oil and gas sector and tourism in Indonesia. But until now there is also no clarity. 

       Previously, during the state visit of Saudi Arabia's King Salman bin Abdul Aziz AL Saud to Indonesia in 2017, the investment was the only US $ 6 billion or Rp 89 trillion. This figure is far from the value of Saudi Arabia's investment in China which reached the US $ 65 billion or Rp870 trillion.

IN INDONESIA

Abu Dhabi Incar Investasi Sektor Energi di Indonesia


Indonesia mempererat hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Kedua negara menyepakati sejumlah kerjasama dan Investasi dengan. Dari 16 perjanjian, Indonesia dan UEA menyepakati lima perjanjian di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan dan penanggulangan terorisme. Sementara ada 11 perjanjian bisnis yang ditandatangani oleh kedua negara, meliputi bidang energi, minyak dan gas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi dan riset. Total estimasi nilai investasi yang diperoleh dari 11 perjanjian ini mencapai Rp 314,9 triliun atau US$ 22,89 miliar.

UEA menaruh kepercayaan tinggi terhadap pengembangan bisnis sektor energi di Indonesia. Sebanyak 11 perjanjian bisnis yang berhasil ditandatangani  sebagian untuk bisnis energi, kata Kepala Blro Komunkasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi.

Dari sejumlah kesepakatan di sektor bisnis itu salah satunya adalah pembangunan pembangkit Iistrik tenaga surya (PLTS) Terapung dl Waduk Cirata, Jawa Barat. Kelak, perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar yang berbasis di Abu Dhabi UEA, akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali investasi (PJBI) membangun PLTS Terapung Cirata dengan kapasitas 145 mega watt peak (MWp).

Nilai investasi di pembangkit tersebut diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata bakal memecahkan rekor pembangkit tenaga surya terbesar di kawasan ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Selain pengembangan listrik berbasis EBT, Indonesia dan UEA menyepakati sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dan Mubadala. 

Kelak, RDMP RU V Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260.000 barel per hari (bph) menjadi 360.000 bph serta meningkatkan kualitas produk dari BBM setara Euro II menjadi setara Euro V. Adapun kerjasama Iainnya yang disepakati adalah mengenai pengembangan potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), hingga penyediaan liquified natural gas (LPG) antara kedua perusahaan.

Pada subsektor mineral, Indonesia dan UEA menandatangani kerjasama yang melibatkan Emirates Global Aluminium (EGA) dan PT Indonesia Mahan Aluminium (Mind Id) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. 

Pada masa uji (oba, penambahan produksi direncanakan sekitar 20.000 ton dengan kapasitas produksi normal saat ini 250.000 ton. Sejatinya, catatan investasi TimurTengah di Indonesia kurang begitu menggembirakan dan nilainya belum signifikan. 

Contohnya janji Saudi Aramco, raksasa migas Arab Saudi untuk membangun kilang di CiIacap, Jawa Tengah, bersama Pertamina. Rencana tersebut tidak jelas karena belum terjalin kesepakatan. Negosiasi Pertamina dan Aramco dimulai sejak tahun 2014 alias sudah enam tahun Ialu sia-sia.

Kemudian ada proyek Food and Energy Estate di Merauke (MIFEE) Papua pada tahun 2010 silam. Proyek seluas 2,5 juta hektare ini digadang-gadang bisa menghemat devisa Rp 4,7 triliun melalui Pengurangan impor pangan. 

Saudi Binladin Group, konglomerasi konstruksi asal Arab Saudi, sempat menyatakan ketertarikan untuk masuk ke proyek ini. Bahkan disebut-sebut ada minat Investasi senilai US$ 4 miliar. Tapi hingga kini tidak ada kelanjutan atas rencana investasi Bin ladin Group tersebut. 

Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Arab Saudi pada 14~15 April 2019, Pangeran Muhammad bin Salman menyatakan minat Investasi senilal US$ 6 miliar di bidang minyak dan gas serta pariwisata di Indonesia. Namun hingga kini juga belum ada kejelasan. 

King Salman and Jokowi

    Sebelumnya, dalam lawatan kenegaraan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud ke Indonesia pada 2017, investasi yang masuk hanya USS 6 miliar atau Rp 89 triliun. Angka ini terpaut jauh dari nilai investasi Arab Saudi ke China yang mencapai US$ 65 miliar atau Rp 870 triliun.

Kontan, Page-14, Tuesday, Jan 14, 2020

Minister of EMR Finalizes Collaboration with UAE



Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif held a working visit to Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE) on Saturday (11/1) to Tuesday (1/14). The work visit precedes the planned visit of President Joko Widodo (Jokowi) on Sunday (12/1) to witness the signing of several business cooperation agreements in the energy and mineral resources sector.

According to the Head of the Communication, Public Information Service and Cooperation Bureau of the Ministry of Energy and Mineral Resources, Agung, the signed business cooperation document will be exchanged at the United Arab Emirates Presidential Office, Qasr Alwatan and witnessed by the two heads of state. 



    During his visit, Minister Arifin had a meeting with the Minister of State of the United Arab Emirates, as well as the CEO of the Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc). The meeting also discussed the exploration of cooperation between PT Pertamina with Adnoc and Mubadala.



"At present, all documents are brought by Adnoc and Mubadala. If both parties agree, a 12 January 2020 cooperation agreement will be signed in Abu Dhabi," Agung said.



In addition, the Minister of Energy and Mineral Resources has also witnessed the signing of the Addendum of Memorandum of Understanding (MoU) between Emirates Global Aluminum (EGA) and PT Indonesia Asahan Aluminum (lnalum) regarding technology transfer that will be beneficial in increasing mining production.

IN INDONESIA

Menteri ESDM Finaslisasi Kerjasama dengan UEA


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menggelar kunjungan kerja ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu (11/1) hingga Selasa (14/1). Adapun kunjungan kerja tersebut mendahului rencana kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu (12/1) untuk menyaksikan beberapa penandatanganan kerjasama bisnis di sektor energi dan Sumber daya mineral.

Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi, dokumen kerjasama bisnis yang telah ditandatangani itu akan dipertukarkan di lstana Kepresidenan Uni Emirat Arab, Qasr Alwatan dan disaksikan kedua kepala negara. 

    Dalam kunjungannya, Menteri Arifin sempat melakukan pertemuan dengan Minister of State Persatuan Emirat Arab, sekaligus CEO Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc). Dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai penjajakan kerjasama antara PT Pertamina dengan Adnoc dan Mubadala. 

"Saat ini semua dokumen dibawa oleh Adnoc dan Mubadala. Bila kedua pihak sepakat, akan dilakukan penandatangan kerjasama 12 Januari 2020 di Abu Dhabi," kata Agung.

Selain itu, Menteri ESDM juga telah menyaksikan penandatangan Addendum of Memorandum of Understanding (MoU) antara Emirates Global Aluminium (EGA) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (lnalum) mengenai transfer teknologi yang akan bermanfaat dalam meningkatkan produksi pertambangan.

Kontan, Page-14, Monday, Jan 13, 2020