google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina is Expansive in East Kalimantan & Kaltara - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Monday, June 17, 2019

Pertamina is Expansive in East Kalimantan & Kaltara



PT Pertamina (Persero) aggressively strengthens its upstream business lines in the eastern and northern Kalimantan regions by increasing the search for oil and gas assets.

Dharmawan Samsu, Director of Upstream Pertamina, said that the company prioritizes old assets in East Kalimantan (Kaltim) and North Kalimantan (Kaltara) to be replaced with new assets. According to him, Pertamina's seriousness in the region can be seen from its commitment to enter Merakes Field with Eni through its subsidiary, Eni East Sepinggan Limited, becoming the operator of East Sepinggan.



Eni's management rights in the block were recorded at 85%, while Pertamina through PT Pertamina Hulu Energi Sepinggan Timur amounted to 15%. This project located in the Kutai Basin, off the coast of East Kalimantan.

Meanwhile, the Merakes project is connected to the Jangkrik Field production unit which is located close together, which is about 35 kilometers in the Northeast.

"Offshore with Merakes the profile can go up, because the project is strategic. "We also have a desire for other potentials in East Kalimantan, to compensate for mature assets replaced with new ones," he said.

Pertamina's priorities in East Kalimantan are directed to the offshore interconnection of Pertamina Hulu Mahakam and Pertamina Hulu East Kalimantan (Blok East Kalimantan), expansion by cooperating with existing assets offshore, and interconnection of onshore fitting pipelines with Unit V. Refinery.

Meanwhile, in North Kalimantan (Kaltara), Pertamina focused on the success of the gas sale and purchase agreement with PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) from WK Simenggaris and the addition of gas capacity at Pertamina Hulu Energi Nunukan. In addition, Pertamina will also manage oil reserves and gas networks through Pertamina EP and the use of the Kaltara gas system with the potential for the construction of a methanole refinery with an estimated operation of 2022.

Dharmawan said that his party also invited investors to build a methanol plant in Bunyu. According to him, considering the gas found on the field which is 7 miles from Parang Field cannot be moved, ideally production facilities should be built around the area.

"If there are investors who build a methanol plant there, it can be commercialized and contribute to national gas production. All of us building itself seems too out of line [business lines], "he added.

At present, Pertamina's assets in East Kalimantan and Kaltara are PT Pertamina Hulu Mahakam with oil production of 33,000 barrels per day and gas (bpd) 794 standard cubic feet per day (mmscfd), PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (oil 8,340 bpd / gas 91 mmscfd), PT Pertamina Hulu East Kalimantan (oil 10,600 bph / gas 59 mmscfd), Pertamina EP Asset S (oil 20,000 bpd / gas 8 mmscfd), and PT Pertamina Hulu Energi East Sepinggan.

In addition to optimizing existing assets, Dharmawan admitted that he would also aggressively add potential assets around the area.
"Everything we do is part of wealth calculated risk management," he said.

BLOK MAHAKAM

In another development, PT Pertamina Hulu Mahakam continues to improve its oil and gas production. This year, the operator of the Mahakam Block will drill 108 wells or increase from the realization in 2018 of 69 wells. PHM targets to be able to produce oil as much as 30,400 bph and 715 mmscfd in 2019. In addition, the company invests in interconnection of Pertamina's offshore pipes Hulu Mahakam and Pertamina Hulu East Kalimantan.

Pertamina's performance in the Mahakam Block was highlighted considering last year's production realization of 33,500 bpd and natural gas amounting to 794 mmscfd, Bambang Manumayoso, Managing Director of Pertamina Hulu Indonesia (PHI), said that PHM, which is part of the PHI, was the biggest contributor to oil and gas lifting, of PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) and PT Pertamina Hulu East Kalimantan (PHKT).

He said, the three working areas under the PHI managed to meet the set lifting targets. In fact, PHSS and PHKT can increase the amount of lifting exceeding the target.

"The PHI targets total oil and condensate production of 52,800 bpd and gas at 944 mmscfd by continuing to run more programs, drilling, work over & well services with lower costs," he said.

Meanwhile, the demand factor for the decline in prices of rig daily rental services caused PT. Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) rose slightly in 2018. Over the past year, PDSI's consolidated revenue was US $ 238 million or exceeded the Company's Revised Work Plan (RKAP) target of US $ 237 million and higher than US revenues in 2017 $ 235 million.

President Director of Pertamina Drilling Service Indonesia, Budhi N. Pangaribuan, said that his company was able to maintain revenue in 2018 because it succeeded in increasing the utility and productivity of the rig.

"We were able to maintain revenue last year, one of which was because we were able to increase utility rates and rig productivity, and instead reduce the number of non-productive time [NPT]," he said.

Even though income is relatively stagnant, PDSI is able to record a net profit of US $ 18 million or 150% of the 2018 target. Related to project execution, PDSI has completed 319 wells (including exploration, exploitation, well service and workover) throughout 2018. On the operational side, PDSI is supported by the existence of nine cyber rig units with a capacity of 1000 HP-1500 HP. The cyber rig used by PDSI is a high-tech and sophisticated type of rig.

This cyber rig succeeded in completing the side track operation for jobs at the 001 Albatros White Tuban, East Java, B1 and B2 Big Bamboo (BBS) in West Java, and the Titanum 001 Aceh. PDSI has also carried out S-type drilling in the working area of ​​PEPC ADK, Cepu, East Java.

Budhi is optimistic that PDSI can maintain and even increase the company's revenue this year. In addition to being a factor of large-scale new job opportunities that are wide open, this belief was triggered by the presence of the Indonesia Drilling Training Center (IUTC).

IN INDONESIA

Pertamina Ekspansif di Kaltim & Kaltara


PT Pertamina (Persero) agresif memperkuat lini bisnis hulu di kawasan Kalimantan bagian timur dan utara dengan menambah pencarian aset minyak dan gas.

Dharmawan Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan bahwa perseroan memprioritaskan aset-aset tua di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara)untuk diganti dengan aset-aset baru. Menurutnya, keseriusan Pertamina di kawasan tersebut terlihat dari komitmennya masuk ke Lapangan Merakes bersama Eni melalui anak usahanya, Eni East Sepinggan Limited, menjadi operator East Sepinggan.

Hak kelola Eni di blok tersebut tercatat sebesar 85%, sedangkan Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi Sepinggan Timur sebesar 15%. Proyek ini berada di Cekungan Kutai, lepas pantai Kalimantan Timur.

Adapun, proyek Merakes terhubung dengan unit produksi Lapangan Jangkrik yang terletak secara berdekatan, yaitu sekitar 35 kilometer di Timur Laut. 

“Di offshore dengan Merakes profilnya bisa naik, karena proyek tersebut strategis. Kami juga punya keinginan untuk potensi lain yang ada di Kalimantan Timur, untuk mengimbangi mature asset diganti dengan yang baru,” tuturnya.

Prioritas Pertamina di Kalimantan Timur diarahkan kepada interkoneksi lepas pantai Pertamina Hulu Mahakam dan Pertamina Hulu Kalimtantan Timur (Blok East Kalimantan), ekspansi dengan kerja sama kepada aset yang ada di lepas pantai, serta interkoneksi jaringan pipa pas onshore dengan Refinery Unit V.

Sementara itu, di Kalimantan Utara (Kaltara), Pertamina fokus menyukseskan perjanjian jual beli gas dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari WK Simenggaris dan penambahan kapasitas gas di Pertamina Hulu Energi Nunukan. Selain itu, Pertamina juga akan melakukan pengelolaan cadangan minyak dan jaringan gas melalui Pertamina EP dan pemanfaatan gas sistem Kaltara dengan potensi pembangunan kilang methanole dengan estimasi beroperasi 2022.

Dharmawan mengatakan bahwa pihak-nya juga mengundang investor untuk membangun pabrik metanol di Bunyu. Menurutnya, mengingat gas yang ditemukan di lapangan yang berada di 7 mil dari Lapangan Parang tersebut tidak dapat dipindahkan, idealnya dibangun fasilitas produksi di sekitar wilayah itu.

“Kalau ada investor yang membangun pabrik metanol di situ, kan dapat dikomersialkan dan berkontribusi pada produksi gas nasional. Kalau semua kami
bangun sendiri sepertinya terlalu luar [lini bisnis]," tambahnya.

Saat ini, aset-aset Pertamina yang ada di Kaltim dan Kaltara adalah PT Pertamina Hulu Mahakam dengan produksi minyak 33.000 barel per hari dan gas (bph) 794 standar kaki kubik per hari (mmscfd), PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (minyak 8.340 bph/gas 91 mmscfd), PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (minyak 10.600 bph/ gas 59 mmscfd), Pertamina EP Asset S (minyak 20.000 bph/ gas 8 mmscfd), dan PT Pertamina Hulu Energi East Sepinggan.

Selain mengoptimalkan aset yang ada, Dharmawan mengaku juga akan agresif menambah aset-aset yang potensial di sekitar wilayah tersebut. “Semua yang kami lakukan itu bagian dari wealth calculated risk management,” ujarnya.

BLOK MAHAKAM

Dalam perkembangan lain, PT Pertamina Hulu Mahakam terus berbenah untuk meningkatkan produksi migasnya. Pada tahun ini, operator Blok Mahakam ini akan melakukan pengeboran di 108 sumur atau meningkat dari realisasi pada 2018 sebanyak 69 sumur. PHM menargetkan mampu memproduksi minyak sebanyak 30.400 bph dan 715 mmscfd pada 2019. Selain itu, perseroan melakukan investasi interkoneksi pipa lepas pantai (offshore) Pertamina Hulu Mahakam dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur.

Kinerja Pertamina di Blok Mahakam disorot mengingat realisasi produksi pada tahun lalu tercatat 33.500 bph dan gas bumi sebesar 794 mmscfd, Bambang Manumayoso, Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia (PHI), menyampaikan bahwa PHM, yang menjadi bagian PHI, menjadi kontributor terbesar lifting migas, di atas PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) dan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).

Dia menuturkan, ketiga wilayah kerja dibawah PHI berhasil memenuhi target lifting yang ditetapkan. Bahkan, PHSS dan PHKT dapat meningkatkan jumlah lifting melebihi target.

“PHI menargetkan total produksi minyak dan kondensat sebesar 52.800 bph dan gas sebesar 944 mmscfd dengan terus menjalankan program ,drilling, work over & well service yang lebih banyak dengan biaya yang lebih rendah,” katanya.

Sementara itu, faktor permintaan penurunan harga jasa sewa harian rig menyebabkan pendapatan PT. Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) naik sedikit pada 2018. Sepanjang tahun lalu, pendapatan konsolidasi PDSI tercatat US$238 juta atau melebihi target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Revisi senilai US$ 237 juta dan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan pada 2017 senilai US$ 235 juta.

Direktur Utama Pertamina Drilling Service Indonesia Budhi N. Pangaribuan mengatakan, pihaknya mampu mempertahankan pendapatan pada 2018 karena berhasil meningkatkan utilitas dan produktivitas rig.

“Kami mampu mempertahankan pendapatan pada tahun lalu, salah satunya karena kami mampu meningkatkan angka utilitas dan produktivitas rig, serta sebaliknya menekan angka non-productive time [NPT],” katanya.

Kendati pendapatan terbilang stagnan, PDSI mampu mencatatkan laba bersih senilai US$18 juta atau 150% dari target 2018. Terkait dengan pengerjaan proyek, PDSI telah menyelesaikan 319 sumur (termasuk eksplorasi, eksploitasi, well service, dan workover) sepanjang 2018. Di sisi operasional, PDSI didukung oleh keberadaan sembilan unit cyber rig berkapasitas 1000 HP-1500 HP. Rig cyber yang digunakan PDSI merupakan jenis rig dengan teknologi tinggi dan canggih.

Rig cyber ini berhasil menuntaskan side track operation untuk pekerjaan di Albatros Putih-001 Tuban, Jawa Timur, Bambu Besar (BBS) B1 dan B2 di Jawa Barat, serta Titanum 001 Aceh. PDSI juga telah melakukan pengeboran berarah tipe S di wilayah kerja PEPC ADK, Cepu, Jawa Timur.

Budhi optimistis PDSI dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan pendapatan perseroan pada tahun ini. Selain karena faktor peluang-peluang kerja baru berskala besar yang terbuka lebar, keyakinan ini dipicu oleh kehadiran Indonesia Drilling Training Center (IUTC). 

Bisnis Indonesia, Page-24, Monday, Jan 21, 2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel