google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Asked Buy Exxon Mobil in Jambaran - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wikipedia

Search results

Friday, January 20, 2017

Pertamina Asked Buy Exxon Mobil in Jambaran



The government assigned PT Pertamina for the project unitization Jambaran Field and Blue Tiung Iantaran Assignment granted for this project that worked together with Exxon Mobil to be unending road. Pertamina Upstream Director Syamsu Alam said unitization Project Blue Jambaran-Tiung not being started because the standards used by Pertamina and Exxon Mobil to assess the economics of different projects. Thus, if this is not a solution found, then the project on the border of Central Java and East Java was never the way.

"The government sees what if the option is assigned by the government to Pertamina. Pertamina to develop and later Pertamina told to talk with Exxon Mobil to take PI (participating interest / PI) him in Jambaran-Tiung Blue, "he said.

However, this does not mean that Pertamina will purchase participation interest in Exxon Mobil Cepu Jambaran Courses are given in the block. Alam explained, participation rights to be taken from Exxon Mobil only in Jambaran Golf course. But the realization of this participation right purchase still has to be discussed with Exxon Mobil. "Actually what baseball can (take over the rights of participation), Exxon Mobil would stay what baseball, baseball what the price is right," he said.

Thus, if the purchase of participation rights to be realized, Pertamina was given permission by the government to work on solo projects Jambaran Field unitization-Tiung this Blue. This step may be done if the company is able to work on the project without a partner. "We are prepared to do yourself," added Alam.

However, he is not sure when the takeover occurred participation rights and the project starts. He said he would discuss the issue this divestiture by Exxon Mobil, parallel it completed the Gas Sales Agreement (GSA) for this project. Allocation of gas yesterday in part to fertilizer. We've sent a letter to Pertamina if we can just all so that we could be signing GSA.

Previously, although not receive any incentives from the government, Pertamina states continue to be working on Project Field unitization Jambaran-Tiung Blue. Although, President Director of PT Pertamina EP Cepu Adriansyah said ExxonMobil as partners, objected because the incentives to cover the lack of return on investment (internal rate of return / IRR) is needed.

He explained that, if given incentives by the government, then the IRR of the project could reach 16%. However, if no incentive then Jambaran project IRR-Tiung Blue only reach 12-13%. If Exxon does not participate in gas block this possibility exists, because Exxon somewhat mind if not given incentives so that the IRR is still below 16%.

PT Pertamina EP Cepu has set aside about US $ 100 million to continue construction projects Jambaran Field unitization and Tiung Blue. He admits, the budget for Jambaran-Tiung Blue are not too big. Because the activities carried out this year has not been a lot of construction activities. Activities conducted namely construction engineering (engineering), the preparation, and the release of a small portion of land required. "We still plan can kick off the project at the beginning of this year," said Ardiandyah.

He identifies, Project Blue Jambaran-Tiung must be a way for the economic value is not further eroded. Each delay the production schedule (on stream) one year IRR dropped calls resulted in a value of more than 2%. This is because the cooperation contract expires in 2035.

Vice President of Public and Government Affairs Erwin Maryoto Exxon Mobil said it had been told about the project assignment Jambaran Field unitization-Tiung Blue to Pertamina, including the matter of divestment participation rights. However, it has not started to talk about this with Pertamina. "We will discuss this important to find the best solution and beneficial for all parties," he said.

Previously, although not receive any incentives from the government, Pertamina states continue to be working on Project unitization Iapangan Jambaran-Tiung Blue. Although, President Director of PT Pertamina EP Cepu Adriansyah said ExxonMobil as partners, objected because the incentives to cover the lack of return on investment (internal rate of return / IRR) is needed.

He explained that, if given incentives by the government, then the IRR of the project could reach 16%. However, if no incentive then Jambaran project IRR-Tiung Blue only reach 12-13%. "If Exxon does not participate in gas block this possibility exists, because Exxon somewhat mind if not given incentives so that the IRR is still below 16%," he said.

Earlier, after the revision of the POD, the development of Project Blue Jambaran-Tiung uncertainty inhibited the absorption of gas. This is due to the absence of an agreement about the gas price with the buyer at the time, namely PT Pupuk Kujang Cikampek. Finally, PT Pertamina decided to take the entire gas produced from the project Tiung Golf Blue-Jambaran could produce up to 320 MMSCFD gas.

However, the carbon dioxide content of 30%, the clean gas which can be used just about 180-185 MMSCFD. Initially, the gas production of 100 MMSCFD allocated to PT Pertamina, while the remaining 85 MMSCFD to PT Pupuk Kujang.

IN INDONESIAN

Pertamina Diminta Beli Saham Exxon Mobil di Jambaran

Pemerintah menugaskan PT Pertamina untuk mengerjakan proyek unitisasi Lapangan Jambaran dan Tiung Biru Penugasan diberikan Iantaran selama ini proyek yang digarap bersama Exxon Mobil itu tak kunjung jalan. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menuturkan, Proyek Unitisasi Jambaran-Tiung Biru tidak kunjung dimulai lantaran standar yang dipakai Pertamina dan Exxon Mobil untuk menilai keekonomian proyek berbeda. Sehingga, jika hal ini tidak dicarikan solusi, maka proyek di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu tidak akan pernah jalan.

“Pemerintah melihat opsi bagaimana kalau ini ditugaskan oleh pemerintah ke Pertamina. Pertamina mengembangkan dan nanti Pertamina disuruh bicara dengan Exxon Mobil untuk mengambil PI (participating interest/ PI) dia di Jambaran-Tiung Biru,” kata dia.

Namun, hal ini bukan berarti Pertamina bakal membeli hak partisipasi Exxon Mobil di Blok Cepu mengingat Lapangan Jambaran berada di blok tersebut. Alam menjelaskan, hak partisipasi yang akan diambil dari Exxon Mobil hanya yang ada di Lapangan Jambaran saja. Tetapi realisasi pembelian hak partisipasi ini masih harus dibicarakan dengan Exxon Mobil. “Sebetulnya apa yang enggak bisa (ambil alih hak partisipasi), tinggal Exxon Mobil mau apa enggak, harganya cocok apa enggak,” papar dia.

Sehingga, jika pembelian hak partisipasi terealisasi, Pertamina diberi izin oleh pemerintah untuk menggarap sendirian Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru ini. Langkah ini boleh dilakukan jika memang perseroan sanggup mengerjakan proyek tersebut tanpa mitra. “Kami sanggup kerjakan sendiri ,” tambah Alam.

Meski demikian, pihaknya tidak bisa memastikan kapan pengambilalihan hak partisipasi terjadi dan proyek mulai di jalankan. Pihaknya akan membahas masalah divestasi ini dengan Exxon Mobil, paralel pihaknya merampungkan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) untuk proyek ini. Alokasi gas-nya kemarin sebagian ke pupuk. Kami sudah kirim surat kalau bisa ke Pertamina saja semua sehingga kami bisa signing PJBG.

Sebelumnya, meski tidak memperoleh insentif dari pemerintah, Pertamina menyatakan tetap akan menggarap Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru. Meskipun, Presiden Direktur PT Pertamina EP Cepu Adriansyah mengatakan, ExxonMobil selaku mitranya, keberatan lantaran insentif untuk menutupi kekurangan tingkat pengembalian modal (internal rate of return/ IRR) yang dibutuhkan.

Dia menjelaskan, jika diberi insentif oleh pemerintah, maka IRR dari proyek ini bisa mencapai 16%. Namun jika tanpa insentif maka IRR proyek Jambaran-Tiung Biru hanya mencapai 12-13%. Kalau Exxon tidak berpartisipasi di blok gas ini kemungkinan ada, karena Exxon agak keberatan apabila tidak diberikan insentif sehingga IRR-nya masih dibawah 16%.

PT Pertamina EP Cepu telah menyiapkan dana sekitar US$ 100 juta untuk melanjutkan pengerjaan Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran dan Tiung Biru. Dia mengakui, anggaran untuk Jambaran-Tiung Biru memang belum terlalu besar. Pasalnya, kegiatan yang dilakukan pada tahun ini belum banyak kegiatan konstruksi. Aktifitas yang dilakukan yakni pengerjaan rekayasa (engineering), persiapan, dan pembebasan sebagian kecil lahan yang dibutuhkan. “Kami masih merencanakan dapat melakukan kick off project pada awal tahun ini,” tutur Ardiandyah.

Dia menjelaskan, Proyek Jambaran-Tiung Biru harus segera jalan agar nilai keekonomian-nya tidak semakin tergerus. Setiap penundaan jadwal produksi (on stream) satu tahun disebutnya mengakibatkan IRR turun nilai lebih dari 2%. Hal ini lantaran kontrak kerja samanya berakhir pada 2035.

Vice President Public and Government Affair Exxon Mobil Erwin Maryoto menuturkan, pihaknya telah diberi tahu soal penugasan Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru kepada Pertamina, termasuk soal divestasi hak partisipasi. Meski demikian, pihaknya belum mulai membicarakan soal hal ini dengan Pertamina. “Kami yang penting akan membicarakan ini untuk mencari solusi yang terbaik dan menguntungkan bagi semua pihak,” kata dia.

Sebelumnya, meski tidak memperoleh insentif dari pemerintah, Pertamina menyatakan tetap akan menggarap Proyek Unitisasi Iapangan Jambaran-Tiung Biru. Meskipun, Presiden Direktur PT Pertamina EP Cepu Adriansyah mengatakan, ExxonMobil selaku mitranya, keberatan lantaran insentif untuk menutupi kekurangan tingkat pengembalian modal (internal rate of return/IRR) yang dibutuhkan.

Dia menjelaskan, jika diberi insentif oleh pemerintah, maka IRR dari proyek ini bisa mencapai 16%. Namun jika tanpa insentif maka IRR proyek Jambaran-Tiung Biru hanya mencapai 12-13%. “Kalau Exxon tidak berpartisipasi di blok gas ini kemungkinan ada, karena Exxon agak keberatan apabila tidak diberikan insentif sehingga IRR-nya masih dibawah 16%,” ujarnya.

Sebelumnya, pasca revisi POD, pengembangan Proyek Jambaran-Tiung Biru terhambat ketidakpastian penyerapan gas. Hal ini lantaran tidak adanya kata sepakat soal harga gas dengan calon pembeli saat itu, yakni PT Pupuk Kujang Cikampek. Akhirnya, PT Pertamina memutuskan untuk mengambil seluruh gas yang dihasilkan dari proyek   Lapangan Tiung Biru-Jambaran sebenarnya bisa menghasilkan gas hingga 320 mmscfd.

Namun dengan kandungan karbon dioksida sebesar 30%, gas bersih yang bisa digunakan hanya sekitar 180-185 mmscfd. Awalnya, produksi gas sebanyak 100 mmscfd dialokasikan untuk PT Pertamina, sementara sisanya 85 mmscfd untuk PT Pupuk Kujang.

Investor Daily, Page-9, Friday, Jan, 20, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel